Sabtu, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 23 Februari 2019 18:00 wib
5.902 views
Laporan: Putra Mahkota Saudi MBS Dukung Cina Gunakan 'Kamp Konsentrasi' untuk Muslim Xinjiang
BEIJING, CINA (voa-islam.com) - Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) menutup mata terhadap nasib Muslim Uighur di Xinjiang Barat Laut Cina ketika ia bertemu dengan Presiden Xi Jinping di Beijing hari Jum'at (22/2/2019).
Komunitas Uighur baik di dalam maupun di luar Cina telah mengharapkan bin Salman, penguasa de facto Arab Saudi dan penjaga situs-situs paling suci Islam, untuk mengangkat isu pelanggaran HAM Tiongkok terhadap etnis Uighur.
Sebaliknya, ia justru lebih memilih untuk berpihak pada Komunis Cina dari pada umat Muslim yang sedikit berharap kepadanya.
Selama kunjungannya, MBS tampak membela penggunaan kamp-kamp pendidikan ulang di Cina bagi populasi Muslim di negaranya.
"Kami menghormati dan mendukung hak Cina untuk mengambil tindakan kontra-terorisme dan de-ekstremisme untuk menjaga keamanan nasional. Kami siap untuk memperkuat kerja sama dengan Cina," kata bin Salman, menurut kantor berita Xinhua milik pemerintah Cina yang dilansir Anadolu Agency.
Nasib Uighur
Wilayah Xinjiang Cina adalah rumah bagi sekitar 10 juta warga Uighur. Kelompok Muslim Turki, yang berjumlah sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang, telah lama mengatakan pemerintah Komunis Cina melakukan diskriminasi budaya, agama dan ekonomi.
Dalam sebuah laporan September lalu, Human Rights Watch mengatakan pemerintah Cina melakukan "kampanye sistematis pelanggaran hak asasi manusia" terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.
Menurut laporan setebal 117 halaman itu, pemerintah Tiongkok melakukan "penahanan massal, penyiksaan dan penganiayaan" terhadap warga Turki Uighur di wilayah tersebut.
Sejak 2014, pemerintah Cina telah memulai kampanye melawan kelompok minoritas Muslim di provinsi barat laut negara itu. Wilayah itu berbatasan dengan Kyrgyzstan, Kazakhstan, dan Mongolia, dan telah berada di bawah kendali Cina sejak 1949.
Program pemerintah Cina melawan Uighur dipercepat pada tahun 2017, ketika diamanatkan bahwa tampilan publik atau pribadi dari afiliasi keagamaan dapat ditangkap.
Orang-orang Uighur telah secara sistematis ditangkapi oleh Cina
Hingga 1 juta orang, atau sekitar 7 persen dari populasi Muslim di Xinjiang dikatakan ditahan di kamp-kamp interniran tempat mereka menjalani "pendidikan ulang" politik. Wilayah ini juga berada di bawah pengawasan ketat dan intrusif.
Salih Hudayar, pejabat internasional dan politik Gerakan Kebangkitan Nasional Turkistan Timur, kelompok advokasi Uighur di AS, mengatakan kepada MEE bahwa Islam sebagai agama sekarang dilarang di wilayah tersebut.
"Kami dipaksa makan daging babi. Mereka mengumpulkan Al-Qur'an kami dan melecehkannya," katanya.
Cina secara konsisten membantah tuduhan bahwa mereka menganiaya kelompok minoritas. Sebagai gantinya, mereka menuduh kelompok-kelompok hak asasi manusia mencampuri urusan dalam negeri Tiongkok. (st/ds)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!