Jum'at, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 1 Oktober 2021 16:04 wib
4.781 views
PKI dan Orang-orang Gila
Oleh: KH. Athian Ali M.Dai, Lc., MA.*
Dalam kesaksian yang diungkap dan dipublikasikan Fadli Zon Official 28 September 2021, penyair terkemuka Taufiq Ismail, mengingatkan akan acara ludruk dimasa lalu yang diselenggarakan di desa Ngronggo, Kediri Jawa Timur di tahun 1964, dengan tema: "Matinya Gusti Alloh" yang diselenggarakan selama kurang lebih dua jam, di mana kemudian ditutup oleh panitia dengan menyatakan: “Malam ini Alloh sudah mati, karenanya besok sudah tidak ada lagi Alloh”.
Ludruk dengan pesan yang sama terus digelar pada waktu itu khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur diantara tahun 1963 sampai dengan meletusnya peristiwa G 30 S PKI di tahun 1965.
Kini aroma bangkitnya kembali mereka yang anti Tuhan dan anti Agama sudah semakin terasa.
Ribka Ciptaning penulis buku “Aku bangga sebagai anak PKI” pernah menyatakan, paling tidak ada 20 juta anak cucu dan simpatisan PKI yang masih berpegang teguh dengan ideologi komunis di negeri ini.
Mereka memilih tiarap sepenuhnya selama masa orde baru dan di era reformasi. Jikapun tampil hanya muncul dalam polesan wajah kemunafikan.
Kini mereka mulai berani membuka sedikit demi sedikit baju kemunafikan serta menunjukkan jati diri sebagai komunis sejati.
Belakangan ini aroma tersebut semakin terasa menyengat dan menyesakkan dada setiap orang yang masih mendambakan Tuhan senantiasa hadir khususnya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Kehadiran mereka nampak diantaranya dalam upaya memperjuangkan RUU HIP yang salah satu sasaran ułamanya merubah Pancasila menjadi TRISILA dengan mengganti Ketuhanan YME menjadi Ketuhanan yang berkebudayaan, di mana tujuan akhirnya adalah EKASILA dengan menghilangkan "Ketuhanan" dari dasar negara dan menggantinya dengan “Gotong royong” sejalan dengan prinsip komunis “sama rata, sama rasa."
Namun perlawanan dari berbagai elemen masyarakat membuat RUU HIP sementara ini bertiarap dan bermetamorfosa dengan nama RUU BPIP.
Selain itu juga, upaya mengadu domba ummat Islam dengan mendukung aliran sesat berbaju Islam seperti Ahmadiyah dan Syiah.
Menyebarkan dan manakut-nakuti masyarakat dengan isu khilafah yang hakekatnya merupakan bagian dari ajaran Islam, di mana hakekatnya manusia diciptakan Alloh untuk menjadi khalifah Nya dimuka bumi (Q.S. AI Baqaroh 30).
Berupaya memecah belah ummat Islam yang hakekatnya merupakan “Ummatan waahidah” - Ummat yang satu - (Q.S. AI Anbiyaa 92, Ali Imraan 19) kepada Islam moderat, Islam radikal, Islam fundamentalis, Islam Arab, Islam Nusantara dsb.
Seperti halnya juga di era 60-an menjelang G 30 S PKI, kini mereka juga melakukan hal yang sama, dengan menggelindingkan kembali predikat "KADRUN" (Kadal Gurun) kepada setiap ulama, kiyai, habaaib atau siapapun yang berusaha keras ingin mengembalikan kemurnian risalah Islam dan melaksanakan syari’atnya secara kaffah totalitas - (Q.S. AI Baqaroh 208), karena mereka meyakini jika hal tersebut tercapai maka pasti akan menghalangi mereka untuk kembali bangkit di negeri ini.
Upaya sementara pihak untuk mempertahankan kekuasaan dengan menghalalkan segala macam cara.
Membungkam dan atau menyempitkan ruang gerak bahkan mengkriminalisasikan ulama dan para aktivis yang bersikap kritis terhadap kekuasaan yang dianggap telah melenceng dari jalurnya.
Berbagai kasus penganiayaan bahkan pembunuhan kepada para ustadz dan ulama yang tidak pernah tuntas kasusnya karena pelakunya selalu dianggap orang gila. Saking seringnya peristiwa tersebut terjadi, sehingga membuat Menkopolhumkam Mahfud MD belum lama ini memuntahkan kekesalannya dan meminta aparat kepolisian untuk tidak terburu-buru menyatakan pelaku sebagai orang gila. Biar hakim nanti yang memutuskan (Yotube Menkopolhukam, Jakarta, Sabtu 25 september 2021)
Masyarakat seawam apapun kendati sangat geram hanya bisa berkata di dalam hati: Kok orang-orang gila itu hanya memilih ustadz dan ulama yang menjadi sasaran mereka? Mengapa orang-orang gila itu hanya dendam kepada para Ustadz dan Ulama?
Apa gerangan dosa para ustadz dan para Ulama kepada mereka ?
Mengapa peristiwa tersebut terjadi berturut-turut di bulan September ?
Mungkinkah orang yang beragama tiba-tiba membenci sesama orang yang beragama tanpa ada alasan sedikitpun?
Siapa sesungguhnya orang-orang gila itu? Siapa yang membuat mereka gila atau dibuat terkesan gila? Atau siapakah orang-orang gila yang berada dibalik orang-orang gila yang selalu ingin membunuh par ustadz dan para Ulama di negeri ini?
Memang benar PKI sudah dibubarkan, tapi apakah komunis sudah benar-benar lenyap dari bumi Indonesia? Ataukah ini semua isyarat yang sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk menyatakan telah bangkitnya kembali PKI di negeri ini?
*) Penulis adalah Ketua Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) dan Aliansi Nasional Anti-Syiah (ANNAS) Pusat
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!