Kenapa Allah Perintahkan Berinfak?

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Allah ciptakan manusia dengan kecenderungan kepada harta; menguasai dan memperbanyaknya. Demikianlah, Allah jadikan harta dan anak-anak sebagai perhiasan kehidupan dunia yang fana.

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَاءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ

 “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.” (QS. Ali Imran: 14)

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.” (QS. Al-Kahfi: 46)

Sesungguhnya harta adalah wasilah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Wasilah (sarana) bisa terpuji atau tercela sesuai dengan akibat yang diitmbulkannya. Jika menimbulkan kebaikan maka ia dipuji; seperti harta untuk menafkahi keluarga, menjadi sarana ibadah dan sedekah, dan menjadi alat dapat akhirat. Jika melalaikan dari dzikrullah dan negeri akhirat maka ia tercela.

Harta ibarat senjata. Di tangan orang jahat bisa untuk membunuh orang lain. Namun di tangan mujahid bisa digunakan membela agama dan negerinya. Karenanya, Allah berfirman tentang harta ini bisa membawa kebaikan atau keburukan di dunia dan akhirat.

فَأَمَّا مَن أَعْطَى وَاتَّقَىوَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَى وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى

“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwadan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukupserta mendustakan pahala terbaikmaka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (QS. Al-Lail: 5-10)

Lalu, kenapa Allah perintahkan kita bersedekah?

Pertama, sesungguhnya harta kita ini adalah harta milik Allah.

Pemilik hakiki semua harta adalah Allah Ta’ala. Dialah yang memiliki dan menguasainya.Lalu memberikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Sementara kita ini tidak lain hanya mendapat pinjaman harta sementara.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَأَنفِقُواْ مِمَّا جَعَلَكُم مُّسْتَخْلَفِينَ فِيهِ

“Dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya.” (QS. Al-Hadid: 7)

Kedua, harta adalah ujian dari Allah atas kita. Allah ingin melihat apa yang kita perbuat dengan harta tersebut. Apakah kita menunaikan hak Allah dalam harta tersebut atau sebaliknya?

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَنفِقُواْ مِمَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ يَوْمٌ لاَّ بَيْعٌ فِيهِ وَلاَ خُلَّةٌ وَلاَ شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 254)

Ketiga,agar kita lebih menghendaki pahala dan balasan di sisi Allah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

 مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ، وَلَا يَصْعَدُ إِلَى اللَّهِ إِلَّا الطَّيِّبُ، فَإِنَّ اللَّهَ يَتَقَبَّلُهَا بِيَمِينِهِ، ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ ، حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ

“Barang siapa bersedekah dengan sesuatu yang seukuran biji kurma dari penghasilan yang baik -dan tidak ada yang naik kepada Allah kecuali amal yang baik- maka Allah menerimanya dengan tangan kanan-Nya, kemudian mengembangkannya untuk pelakunya -sebagaimana salah seorang kalian merawat kuda piaraan kecilnya- hingga jadi sebesar gunung.” (HR. Al Bukhari)

Berapa harga sebutir kurma? Sangat murah. Namun Allah berjanji akan melipatgandakannya dan memberikan ganjaran berlipat-lipat. Ini bukti bahwa infak bisa dikerjakan orang yang belum kaya. Karenanya, jangan menunggu kaya baru akan berinfak!  

Keempat, yakin dengan ganti dan balasan baik dari Allah.

مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللّهَ قَرْضاً حَسَناً فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافاً كَثِيرَةً وَاللّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah: 245)

Allah sangat tahu kecintaan manusia kepada harta. Maka Allah tawarkan infak dengan pinjaman yang baik. Kemudian Allah berjanji akan mengembalikannya dengan berlipat-lipat. Dia maha kaya. Karenanya, orang berinfak akan tenang dan akan selalu beruntung.

وَمَا أَنفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39)

Kelima,meninggalkan infak adalah perbuatan yang paling banyak membuat orang menyesal saat meninggal dunia.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

"Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), "Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Al-Munafiqun: 10)

[Baca: Bersedekahlah Sebelum Mati, Mayit Ingin Bersedekah Jika Bisa Hidup Kembali]

Keenam,  infak akan membersihkan harta dan menyucikan jiwa.

Zakat dan infak benar-benar akan membersihkan harta dan menyucikan jiwa secara materi maupun maknawi. Menyucikan ruhani orang yang memberikan zakat dari dosa dan sifat-sifat buruk semacam bakhil dan rakus. Juga akan membersihkan harta dari kotoran yang merusak keberkahannya.

Kedua fungsi tersebut telah disebutkan dalam satu ayat yang mulia,

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Taubah: 103)

Ketujuh, zakat dan infak akan melahirkan cinta dan kasih sayang.

Zakat dan infak akan mengikat hati orang kaya dengan orang miskin dengan persaudaraan dan kerjasama yang baik. Seseorang akan senang kepada orang yang memberi kebaikan kepadanya dan menyelematkan dirinya dari bahaya. Demikianlah perasaan yang akan tumbuh dalam diri orang-orang miskin kepada orang kaya sehingga tidak ada iri dan dengki di antara mereka.

Karenanya, setelah mengetahui alasan syar’i untuk banyak berinfak tidak ada alasan bagi kita untuk bakhil dan pelit. Segera berinfak dan menjadi orang dermawan. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Tsaqofah lainnya:

• Ayah Suruh Anak Ceraikah Istrinya, Haruskah Dilaksanakan?
• Surat Yasin Jantungnya Al-Qur’an?
• Kewajiban Menyedekahi 360 Persendian Setiap Hari
• Jadikan Sedekah Sebagai Gaya Hidup
• ''Cinta Negeri Sebagian dari Iman'' Adalah Hadits Palsu
• Capek, Istri Boleh Tolak Ajakan ‘Ranjang’ Suami?
• Bakti ke Orang Tua Lancarkan Rizki
• Bagaimana Cara Menyambung Silaturahim?