Selasa, 20 Syawwal 1446 H / 9 November 2010 09:01 wib
1.867 views
Awad: Ancaman Syariah Sebenarnya Tidak Ada

OKLAHOMA (Berita SuaraMedia) – Seorang aktivis hak sipil Muslim menuntut negara bagian Oklahoma atas pemilihan undang-undang baru yang disetujui yang melarang hukum Islam, juga dikenal sebagai Syariah, dan hukum internasional dari pengadilan negara bagian.
Muneer Awad, direktur cabang negara bagian Dewan Hubungan Amerika-Islam (Council on American-Islamic Relation – CAIR), menuntut bahwa undang-undang tersebut melanggar pelarangan Amandemen Pertama tentang pemerintah menegakkan agama. Awad juga berpendapat bahwa undang-undang tersebut menstigmakan Muslim dengan Islam untuk pelarangan tersebut dan tidak ada agama lain, dan bahwa ancaman yang diartikan Syariah mengambil alih hukum negara bagian sebenarnya tidak benar-benar ada.
Seorang profesor hukum mengatakan kepada kantor berita CNN bahwa undang-undnag tersebut adalah sebuah "kekacauan" yang akan menyebabkan sebuah kebingungan yang merintangi di pengadilan.
"Banyak dari kita yang mengerti bahwa undang-undang tersebut mencoreng kepala kita pagi ini, tertawa sehingga kita tidak menangis," profesor hukum Universitas Oklahoma Rick Tepker mengatakan setelah undang-undang tersebut diloloskan dengan 70 persen dari pemilihan. "Saya ingin melihat politisi Oklahoma menjelaskan jika hal ini berarti bahwa pengadilan tidak lagi dapat mempertimbangkan Sepuluh Komandemen. Tidakkah itu adalah sebuah pedoman dari budaya lain dan negara lain? Akibat dari hal ini adalah bahwa para hakim tidak akan mengetahui kapan dan bagaimana mereka dapat melihat sumeber hukum Amerika yang adalah hukum internasional pada asalnya."
CAIR mendesak bahwa bahasa dari undang-undang ini sangat meluas, kemungkinan dapat "mencegah pengadilan Oklahoma dari mengimplemtasikan perjanjian internasional, menghormati peradilan internasional, menghormati perjanjian hak asasi manusia internasional, dan menghormati pernikahan dan perceraian dari negara lain."
Belum pernah ada sebuah kasus hukum Syariah "menyelusup" pengadilan Oklahoma, namun para orang yang percaya ancaman Syariah menunjuk pada sebuah kasus tunggal di New Jersey yang kemudian digulingkan. Pada putusan tahun 2009 tersebut, seorang hakim New Jersey menolak untuk mengabulkan sebuah perintah penahanan seorang istri yang suaminya memaksakan berhubungan badan dengannya, keputusan tersebut mendukung pendapat suami bahwa perngharapan bahwa istrinya akan berhubungan badan dengannya "konsisten dengan praktik keagamaannya."
Sebuah pengadilan banding menggulingkan keputusan hakim, menyebutkan preseden Mahkamah Agung mentapkan dalam sebuah kasus yang di dalamnya seorang pria Mormon tidak diperbolehkan memiliki istri lebih dari satu karena hukum AS mengalahkan kepercayaan agama. Semua pengadilan terikat oleh preseden tersebut.
Namun pencabutan dari keputusan New Jersey tersebut belum menghentikan para legislator Oklahoma mempercayai bahwa mereka harus memastikan hukum Syariah tidak mendapatkan tempat berpijak di negara mereka. Kasus tersebut juga telah mengipasi industri perumahan cendikiawan konservatif yang memperingatkan tentang sebuah ancaman Syariah di negara tersebut.
"Fakta bahwa hukum Syariah bahkan dipertimbangkan di manapun di AS cukup bagi saya," Senator negara bagian Oklahoma Anthony Sykes mengatakan kepada kantor berita CNN. "Hukum tersebut seharusnya menakuti siapa saja bahwa hakim manapun di Amerika akan mempertimbangkan menggunakannya sebagai preseden."
Para hakim terkadang benar-benar merujuk pada hukum internasional di dalam keputusan mereka, harian The Wall Street Journal menunjukkan. Dalam peninjauan ulang Mahkamah Agung dalam pelarangan Washington pada bunuh diri yang dibantu, contohnya, "Hakim Ketua William Rehnquist mengutip keputusan pengadilan dari Australia, Inggris, Kanada, Kolumbia, dan Selandia Baru," Jurnal tersebut menyebutkan.
Hakim Ruth Bader Ginsburg telah mengatakan bahwa kasus-kasus dari hukum internasional tentu saja tidak mengkikat hakim AS manapun, namun "mereka dapat menambahkan pada pengetahuan mereka yang relevan pada solusi dari pertanyaan apapun.'
Blog liberal Thinkprogress mencatatkan bahwa ketakutan pada hukum Syariah dulunya berada pada tepian gerakan konservatif, namun lebih banyak peringatan dewasa ini atas dugaan ancaman Syariah dari mantan Pembicara dari House of Newt Ginggrich telah membantu membawa masalah tersebut ke dalam alur utama.
Pada September, Frank Gaffney, Presiden dari organisasi nirlaba Pusat untuk Kebijakan Keamanan, merilis sebuah laporan yang disebut Shariah: The Threat to America (Syariah: Ancaman bagi Amerika), berpendapat bahwa Muslim radikal berusaha untuk memulai Syariah di negara ini.
Brannon Wheeler, profesor sejarah dan direktur dari Pusat untuk Timur Tengah dan Studi Islami di Akademi Angkatan Laut AS, mengatakan kepada kantor berita harian The Tennessean bahwa laporan Gaffney menyesatkan.
"Ia membuat Syariah nampak absurd dan tersembunyi dan membahayakan dengan memancing dan menemukan putusan kasar dan kemudian membuatnya universal untuk semua masa," Wheeler mengatakan. "Ini benar-benar menggelikan"
Wheeler juga mengatakan bahwa Syariah datang dari interpretasi para candikiawan atas Al-Qu'an, sehingga hukum tersebut bukan satu rangkaian kode hukum yang berlaku untuk setiap Muslim.
"Tidak ada wacana yang berjudul 'The Shariah'," Wheeler mengatakan. "Ini bukan sebuah kode hukum. Ini bukan seperti Anda dapat pergi ke perpustakaan dan mendapatkan 12 seri dari hukum Syariah."
Masyarakat Barat yang mengijinkan Syariah di antara komunitas Muslim belum membuka adanya jendela bukti pada sebuah ancaman pengambilalihan Islam. Daily Mail Inggris memberitakan bahwa Inggris mengakui pengadilan Islam sebagai forum untuk "perselisihan komunitas yang melibatkan perselisihan pendapat atau masalah uang tidak dianggap sesuai untuk undang-undang hukum konvensional."
Dari 3,7 juta penduduk Oklahoma, sekitar 15.000 diantaranya adalah Muslim, dan Muslim membentuk kurang dari 1 persen jumlah keseluruhan populasi AS. (ppt/yh) www.suaramedia.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!