Kamis, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 27 April 2017 09:37 wib
9.511 views
Alamku Tersayang, Alamku yang Malang
Oleh: Ilma Kurnia Pangestuti
Belum lama ini media masa diramaikan dengan berita tentang kejadian bencana alam tanah longsor yang menimpa masyarakat yang terkenal dengan kesenian Reognya, tepatnya di Desa Bekiring dan Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur pada 10 april 2017.
Bencana telah menelan banyak korban jiwa, harta benda, hilangnya tempat tinggal dan terganggunya aktivitas masyarakat sehari-hari. Telah tercatat 28 jenazah warga desa banaran yang telah dimakamkan dan sampai saat ini para TNI, POLRI serta ratusan relawan masih terus mencari dan mengevakuasi korban yang tertibun tanah longsor.
Bencana tanah longsor termasuk bencana meteorologi yang dipengaruhikan oleh faktor-faktor meteorologi. Perubahan cuaca tidak menentu bisa terjadi pada saat ini karena penyebab utamanya adalah kerusakan lingkungan yang masif akibat penurunan daya dukung lingkungan. Badan nasional penanggulangan bencana (BNPB) melaporkan frekuensi dan intensitas bencana di Indonesia terus meningkat selama 15 tahun terahir. Pada tahun 2016 telah mengalami peningkatan jumlah kejadian bencana hingga 16 kali yaitu dengan jumlah bencana alam 2.342 dari tahun 2002 yang hanya 143 bencana alam.
Kepala badan meteorologi klimatologi dan geofisika mengatakan banjir dan tanah longsor berkaitan dengan curah hujan yang tinggi akibat kondisi cuaca ekstrim sebagai konsekuensi dari perubahan iklim. Selain itu faktor lingkungan seperti drainase yang buruk, penggundulan hutan, dan keadaan tanah atau infrastruktur yang kurang bagus juga dapat mengakibatkan bencana alam tanah longsor.
Bencana Alam dan Hikmahnya
Sebagian besar masyarakat terutama yang berada didaerah pegunungan kurang memperhatikan akan kelestarian alam dan lingkungan sekitar. Banyak yang melanggar aturan untuk pembuatan rumah dilereng-lereng atau tempat yang memiliki kontur tanah yang curam. Daerah yang memiliki tingkat kecuraman lebih dari 50% memiliki kontur curam dengan struktur tanah yang gembur dan remah cenderung dapat mengakibatkan terjadinya tanah longsor. Selain itu daerah yang seharusnya lebih sesuai untuk ditanami tanaman hutan yang dapat menjaga konservasi tanah dan kelestarian lingkunga menjadi lahan atau tanah gersang dengan penebangan pohon secara liar yang dilakukan oleh masyarakat tidak bertanggung jawab serta menjadi alih fungsi lahan pertanian tanaman hortikultura yang dijadikan sebagai mata pencahariannya.
Hal ini dikarenakan mahalnya harga tanah atau lahan yang dapat digunakan untuk pembangunan rumah membuat masyarakat mengurungkan niatnya, belum lagi pembanyaran pajak bumi dan bangunan yang rutin dibayarkan setiap bulannya. Ditambah dengan harga-harga kebutuhan bahan pokok sehari-hari juga semakin mahal, inilah yang mengakibatkan masyarakat harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga keserakahan manusia akan kehidupan yang sekulerisme dan kapitalisme ini membuat masyarakat dituntut agar dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya dengan menghalalkan segala cara salah satunya dengan menjadi serakah merusak alam ini. Padahal Allah SWT berfirman didalam Alqur’an yang artinya:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS.Al A’raf : 56)
Saudariku, dari ayat ini Allah sangatlah jelas memberikan peringatan kepada kita sebagai penghuni alam semesta yang telah diciptakan oleh Allah untuk keidupan kita. Akan tetapi kita lupa dan telah berbuat dzalim terhadap alam ini. Allah berfirman dalam QS. Ar-Rum ayat 9, yang artinya :
“Tidaklah kerusakan alam terjadi dan bencana silih berganti datang membawa nestapa, kecuali disebabkan oleh kezaliman manusia itu sendiri. Allah Ta’ala berfirman: “Maka Allah sekali-kali tidaklah berlaku zalim kepada mereka (manusia), akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri”
Kezaliman yang dilakukan oleh manusia di muka bumi ini merupakan realita dari rusaknya aqidah manusia. Kalau aqidah sudah rusak, maka perbuatan dosa dilakukan tanpa beban. Jangankan aturan perundang-undangan negara, hukumAllah juga akan diabaikan. Dosa dan keserakahan manusia itulah yang sesungguhnya mengundang bencana Allah. Allah Ta’ala berfirman:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan (kemaksiatan) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka. Agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar Rum: 41).
Saudariku dirahmati Allah, peristiwa yang terjadi ini bisa membuka kesadaran kita bahwa bentuk dosa dapat menyebabkan manusia jauh dari keimanan dan ketakwaan atau terhalangnya keberkahan dari langit dan bumi, karena telah mendustakan atau menolak ayat-ayat (aturan) Allah. Inilah yang menyebabkan penduduk suatu negeri merasakan bencana yang terjadi pada kita adalah sebagian dari ujian dari Allah, padahal bisa jadi itu adalah teguran bahkan siksaan yang sangat kecil untuk menyadarkan kita. Manusia hidup dibumi Allah maka, sudah selayaknya kita sebagai hambanya taat dan patuh terhadap perintah Allah dengan menerapkan kembali aturan Allah yakni islam secara kaffah.
Karena dengan penerapan islam secara menyeluruh dapat meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita sehingga kita sadar bahwa seluruhnya yang ada dialam ini adalah milik Allah dan titipan Allah, maka sepatutnya kita menjaga kelestaria alam ini agar tetap terjaga dan keberlanjutan sampai nanti.
Semoga kita dapat menjadi manusia dan hamba Allah yang jauh dari keserakan dan semoga Allah senantiasa memberikan rahmatNya dari langit maupun dari bumi serta mengampuni segala dosa-dosa yang pernah kita perbuat. Wallahu’alam bi ash-showab. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!