Jokowi Diusulkan Tiga Periode, Pengamat: Nanti Dikasih Tiga Minta Empat Terus Seumur Hidup

JAKARTA (voa-islam.com)—Menjelang amandemen terbatas UUD 1945 muncul usulan masa jabatan presiden menjadi tiga periode. Pengamat intelijen Suhendra Hadikuntono menilai usulan tiga periode ini untuk kesinambungan kepemimpinan.

"Tanpa kesinambungan kepemimpinan Presiden Jokowi lima tahun lagi setelah 2024, saya khawatir berbagai proyek strategis nasional, salah satunya pemindahan ibu kota negara, tidak akan berjalan sesuai rencana. Jadi saya mengusulkan agar MPR mempertimbangkan untuk mengamandemen UUD 1945, khususnya agar presiden bisa menjabat tiga periode," jelas Suhendra, yang juga penggagas 'Sabuk Nusantara', dalam keterangan tertulis, Selasa (12/11/2019).

Usulan masa jabatan presiden menjadi tiga periode ini menuai pro kontra. Pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Satrio tidak sepakat dengan usulan ini.

“Pengen banget tiga periode? Ini maruk amat yang ngusulin tiga periode. SBY juga dua periode gak apa apa, nanti dikasih tiga minta empat, terus seumur hidup,” kata Hendri pada akun twitternya, Jumat (22/11/2019).

Menurut Hendri, Indonesia tidak akan kehabisan stok pemimpin sehingga jabatan presiden ditambah jadi tiga periode.

“Pak SBY, Jokowi pemimpin baik, pintar dan bersahaja, jadi jangan dijerumuskan. Indonesia tidak akan pernah kehabisan pemimpin,” tegas Hendri.* [Syaf/voa-islam.com]      

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Berita Politik Indonesia lainnya:

• Ahok Bakal Jadi Bos BUMN, KH Tengku Zulkarnain: Driver Ojol Saja Wajib Punya SKCK
• Adhie Massardi: Jika Pertamina Banyak Mafianya Kenapa Bukan Kirim Polisi?
• Mardani Apresiasi Indonesia Tolak Pernyataan AS Dukung Pemukiman Ilegal Yahudi Israel
• Ade Armando: Rizieq Shihab Itu Musuh Saya
• Kejagung Upayakan Aset First Travel Dikembalikan ke Calon Jamaah, Fahira: Langkah Tepat
• PKS Minta Pemerintah Tunda Naikan Tarif Listrik
• Kampung Isinya Cuma 20 Orang, Tapi Terima Dana Desa Rp 1 Miliar
• Heboh Maulid Nabi di Vihara, Tokoh Kristen Papua: Itu Bukan Toleransi