Selasa, 2 Sya'ban 1446 H / 2 April 2019 10:11 wib
3.194 views
Perhitungan: Belasan Hari Lagi 02 Jemput Kemenangan (Insyaallah)
JAKARTA (voa-islam.com)- Seandainya mudah membaca hati orang, tentu seluruh rakyat negeri ini akan memilih Prabowo Subianto. Sebab musuh-musuh mantan prajurit ini menggunakan apa yang nampak luar sebagai fitnah: Tegas ditulis kejam. Spontan ditulis emosional.
Orator ditulis diktator. Dan lain-lain.
Dan karena kita tak mampu membaca warna hati itulah kita salah pilih dan menyesal,” demikian cuitan Fahri Hamzah, kemarin.
Tukang permak citra menjadi konsultan kata Fahri telah memutar balik fakta: Bodoh dibilang sederhana. Lemah dibilang rendah hati. Bohong dibilang dinamika. Semua Asal Bapak Senang.
“Masak kita gak boleh bicara jujur tentang presiden kita? #DebatKeempatCapres2019 telah secara telanjang menjelaskan kapasitas dan kemampuannya.” Semua seperti belum dipahami atau baru dibaca jadi salah. “4,5 apa kurang lama untuk ambil kesimpulan? #16HariLagi02Menang.”
Jika diamati, kata Fahri, petahana selalu mengatakan kecepatan, “kita harus cepat, kompetisi masa depan bukan antara negara besar dan kecil tapi antara negara cepat dan lambat”. Faktanya, kata dia, malah kita yang lambat sehingga nyaris tak ada yang dicapai secara baik. “Kita makin tertinggal.”
Presiden dilihatnya juga kalau bicara terlihata lambat. Bukan karena yang diucapkan yang mendalam, tapi karena sulit memahami konsep-konsep yang sederhana; kesalahan paling mendasar adalah reduksi konsep negara menjadi konsep kota.
“Indonesia dibayangkan sebagai kota bukan negara. #16HariLagi02Menang.”
Maka, waktu bertanya kepada Prabowo, petahana dilihatnya ingin ambil untung dengan bertanya soal #MallPelayananPublik yang ia berharap Prabowo tidak paham. “Ini kelanjutan pertanyaan TPID (Tim pengendalian inflasi daerah) yg ditanyakan dalam debat capres 2014. Padahal itu bukan isu presiden.
Kalau @prabowo jahat, ia bisa tanya istilah-istilah khusus dalam dunia militer. Tapi buat apa?” Ini adalah debat tentang isu-isu negara dan bagaimana seorang presiden menyelesaikan seluruh persoalan yang ada salam sekala negara. “Apakah ia punya presidensial material #16HariLagi02Menang.”
Sejak debat 2014 Fahri mengaku sudah berkesimpulan bahwa petahana masih nampak bergaya Wali Kota; ini tentang skala pengertian soal negara, pilihan kata, kebijakan bahkan bahasa tubuh. 5 tahun ini tak nampak ada perubahan.
“Pengertiannya tentang negara belum tumbuh.”
(Robi/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!