Selasa, 28 Rabiul Akhir 1446 H / 2 April 2019 09:11 wib
3.932 views
Peringatan Tegas untuk 01 dan Kapolri
JAKARTA (voa-islam.com)- Wasekjen Demokrat, Rachland Nashidik mengatakan jika Jokowi tidak berbuat cukup dan segera melindungi integritas Pemilu, maka ia de facto sudah kalah dari Pak Prabowo. Kekalahan ini sulit diperbaiki bahkan bila ia menang di bulan April.
Rakyat akan anggap ia menang curang akibat keberpihakan aparat hukum dan pemerintahan,” katanya, di akun Twittwer pribadi miliknya.
Public dinilai Rachland sudah distrust, dan sudah dalam taraf membahayakan. Dan harusnya membangunkan kewaspadaan semua pihak.
“Situasi bisa sedikit diperbaiki bila pemantau Pemilu independen internasional yang kredibel bisa datang menyaksikan. Tapi ini sudah tak mungkin karena waktu sudah terlalu singkat.”
Satu-satunya kemungkinan, kata dia, kendati sangat tipis, adalah berharap pada hati nurani. Ada hati nurani seorang Kapolsek dalam pengungkapan fakta keberpihakan Polisi.
“Bila mukzizat itu makin banyak dan gencar, merambat dari bawah hingga ke Kapolri, situasi masih mungkin diselamatkan.” Maha penting katanya untuk mengingatkan aparat hukum, khususnya Polisi yang sedang dalam sorotan besar publik, usia public distrust kepadanya akibat kegagalan bersikap netral, akan lebih panjang dan melampaui Pemilu bulan depan.
“Ini menempatkan praktik negara hukum pada bahaya kesangsian
‘Indonesia adalah negara hukum, bukan negara kekuasaan’.”
Hukum harusnya tegak pertama-tama oleh kesadaran rakyat, bukan oleh paksaan padanya. Kesadaran lahir dari kepercayaan bahwa hukum adil dan aparatnya imparsial.
Bila itu runtuh, martabat aparat hukum tak runtuh sendirian. Bila kesadaran hukum runtuh, hukum cuma tegak oleh paksaan dan kekerasan.
“Tapi bulan depan Pemilu: Risiko bentrokan massa akibat persepsi Pemilu curang ada di depan mata. Polisi harus mengukur diri. Sanggupkah meredakan dan menengahi tanpa bekal kepercayaan pada imparsialitasnya?
Kapolri Tito Karnavian -- saya katakan ini dengan rasa sayang -- cuma punya dua pilihan.”
Yaitu habis-habisan melindungi pemihakan anggotanya demi memenangkan 01. Atau memenangkan profesionalisme Polri dan hati nurani dengan mengambil langkah-langkah radikal dalam waktu singkat ini.
Yang pertama kata dia berarti ia berjudi. Bila 01 menang, ia mungkin akan mendapat karir baru dalam politik, meski harga bagi keuntungan pribadinya itu sangat mahal. Ia harus mampu padamkan gejolak kemarahan massa akibat persepsi pemilu curang.
“Bila 01 kalah, ia akan digilas oleh sejarah.”
Kedua, memenangkan profesionalisme Polri dan hati nurani. Kapolri Tito membutuhkan keberanian memulihkan kepercayaan rakyat dalam waktu singkat. Langkah sistemik dan radikal mendisiplinkan anggotanya diperlukan. LItu, atau kalau tidak, saran saya Tito Karnavian meletakkan jabatan.
Pak Tito, situasi ini tak memberi Anda pilihan mudah. Bila Anda mengambil pilihan benar, situasi belum tentu lebih baik, tapi Anda tak akan dicatat oleh sejarah sebagai figur yang ikut bersalah.”
Maka berusahalah agar tidak salah menempatkan diri dalam sejarah.
(Robi/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!