Jum'at, 15 Jumadil Awwal 1446 H / 27 Maret 2020 22:27 wib
5.469 views
Peran Ibu Terhadap Anak Saat Karantina
Oleh:
Habsah, Aktivis UINSU
SEJUMLAH provinsi di Indonesia pada senin kemarin (16/3) meliburkan sekolah demi mengantisipasi penyebaran virus corona yang sudah masuk ke Indonesia. Sebagai gantinya sekolah-sekolah pun mulai memberlakukan sistem daring. Sekilas terlihat menyenangkan karena hanya melalui kelas dalam jaringan, tidak menggunakan seragam, dan bahkan bisa mengerjakan tugas sambil ngemil. Namun disisi lain anak-anak mulai merasa terbebani karena setiap harinya ada saja tugas yang masuk melalui email yang isinya bertumpuk.
Selama belajar dirumah orangtua diwajibkan untuk mengawasi anaknya. Dalam hal ini banyak sekali keluhan para ibu, seperti anaknya stres karena tugas yang menumpuk, bahkan ada yang mengeluh sang anak bukannya belajar malah bermain gawai. Retno Listyarti selaku Komisioner KPAI Bidang Pendidikan mengatakan, “Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima pengaduan sejumlah orangtua siswa yang mengeluhkan anak-anak mereka malah stres karena mendapatkan berbagai tugas setiap hari dari para gurunya.”
Retno pun menyayangkan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Dinas Pendidikan setempat karena tidak melakukan persiapan terhadap guru untuk melakukan kegiatan belajar dari rumah. Menurutnya kementerian dan dinas seharusnya membuat Juknis mengenai metode daring ini. Karena banyak guru yang belum siap dan masih bingung perihal pembelajaran daring. (detik.com).
Dilansir dari Republika.co.id bahwa seorang ibu mengeluhkan masalah pelajaran anaknya yang memakai bahasa inggris, ibu tersebut mengaku pusing dan berkata harus terpaksa memakai Google Translate.
Bukan hanya itu saja, salah seorang ibu juga mengeluhkan bahwa tidak semua orang tua bisa menyediakan fasilitas dirumah karena tidak semua anak punya gawai. Melihat kondisi ini, yang perlu kita lihat adalah bukan hanya permasalahan prasana tetapi melihat begitu bobroknya kualitas pendidikan dalam sistem kapitalis. Dalam cengkraman kapitalis membuat pendidikan khususnya di Indonesia akhirnya mengikuti arah pandang barat dan dinilai telah gagal, sehingga pendidikan saat ini sarat dengan kondisi yang memprihatinkan. Pendidikan kapitalis terbukti telah gagal mencetak generasi manusia dengan kepribadian yang utuh dan berkarakter. Yang ada hanya mengarah untuk mencapai suatu materi tanpa memandang baik dan buruk.
Salah satu hal yang mendasar adalah kerusakan fungsional dalam 3 unsur pelaksana pendidikan, yaitu lembaga pendidikan formal yang lemah (kacaunya kurikulum dan tidak berfungsinya guru sebagaimana mestinya), keluarga yang tidak mendukung, serta keadaan masyarakat yang tidak kondusif.
Dari sini juga bisa dilihat bahwa di sistem kapitalis peran seorang ibu mulai tergerus karena lebih memilih guru yang menjadi madrasah utama anaknya. Peran seorang ibu pun mulai tergeser karena sibuk mencari nafkah karena kebutuhan ekonomi serta propoganda kesetaraan gender. Padahal perlu diingat lagi ibu adalah madrasatul ula bagi anaknya, bukan yang lain.
Padahal di dalam Islam perempuan memperoleh kedudukan yang terhormat dan mulia Aktivitas pendidikan menyangkut pola asuh dan pembiasaan pun, keduanya secara kodratnya menyangkut tugas dan tanggung jawab seorang ibu. Oleh karena itu, sebenaranya beban ibu dalam mendidik anak memang cukup berat dan berkepanjangan. Berat dan menanggung penderitaan, serta prosesnya berlangsung cukup lama. Semuanya itu dilaksanakan dengan ikhlas dan penuh kesungguhan. Bukan hanya akan menoreh generasi yang cerdas di bidang akademik namun juga generasi yng sholeh.
Apalagi dalam buku Menjadi Ibu Ideal karya Adil Fathi Abdullah “Ibu yang ideal adalah ibu yang berhasil dalam menjalankan peranannya secara maksimal sebagai seorang ibu. Ia harus dapat membaca pribadi anak-anaknya, persoalan dan problem yang dihadapi, bagaimana berinteraksi dengan mereka, bagaimana cara mendidik, bagaimana mengajarkan Al-Qur’an, dan bagaimana mengajarkan masalah-masalah yang berkaitan dengan agama dan pendidikan, serta memiliki pengetahuan tentang sarana pendidikan modern dan cara penggunaannya”.
Jadi jelaslah bahwa sosok ibu sangat berperan besar dalam mendidik anaknya. Ibu juga harus bisa menjadi pembina yang membentuk kepribadian anaknya, yang mana anak itu perlu asupan pendikan islam, seperti akidah, ahlak, dan intelektual.
Apalagi masa-masa physical distancing, sudah seyogyanya ibu lebih mendekatkan diri pada keluarga dan menanamkan nilai-nilai utama demi terwujudnya generasi yang berkepribadian Islam.*
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!