Senin, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 4 September 2017 00:32 wib
8.387 views
Menikah Menjadi Cita-cita, Gadis 14 Tahun Ini Fokus Mewujudkannya di Usia 17
Salah satu teman menceritakan tentang putrinya yang sedang pulang untuk liburan dari mondok. Si putri bercerita bahwa ada temannya yang usia 14 tahun gemar membaca buku-buku parenting. Selain itu, dia juga rajin ikut seminar-seminar pra nikah sebagai bekal persiapan pernikahan kelak. Ternyata si teman ini memunyai cita-cita ingin menikah di usia 17 tahun. Nanti di usia 28 tahun, ia berharap sudah memunyai 8 anak di saat energi masih prima.
Masya Allah. Di usia sebelia itu, seorang remaja telah memunyai visi dan misi untuk hidup dia ke depannya. Satu cita-cita yang bisa dibilang tidak lazim di saat teman-teman sebayanya ingin menjadi dokter, guru, insinyur atau bahkan wanita karier. Tak ada yang salah dengan itu semua. Perempuan dalam Islam memunyai kebebasan untuk memilih cita-cita apapun selama itu tidak melanggar hukum syara.
Satu hal yang saya garisbawahi dan menjadi kekaguman adalah fokusnya dia pada cita-citanya. Dia sudah mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan sedari dini, 3 tahun sebelum waktu yang diinginkannya tiba. Betapa banyak dari kita, jangankan yang masih remaja-yang sudah dewasa pun- seringkali masih bingung dalam menetapkan skala prioritas dan langkah untuk meraih cita. Inginnya apa, yang dilakukan juga apa.
Misal, minat pada bahasa. Cita-cita pun seputar editor, ahli bahasa atau penerjemah. Tapi saat penjurusan malah memilih IPA dengan alasan karena bisa fleksibel ke banyak jurusan. Ini salah satu contoh ketidakfokusan yang jamak dilakukan sebagian dari kita. Iya kita, termasuk saya sendiri juga meskipun saya dulu memilih IPS saat SMA.
...tetapkan posisimu mau menjadi sosok yang penuh perencanaan ataukah spontanitas saja. Tentu dengan segala konsekuensi yang menyertai dan tak ada ganti rugi karena waktu toh juga tak akan pernah kembali...
Cita-cita jadi penulis tapi malah ‘kesasar’ atau menyasarkan diri kerja kantoran selama 5 tahun. Iya sih, selama periode ngantor itu, saya bergabung dengan beberapa grup kepenulisan via internet dan akhirnya bisa memunyai karya perdana dan karya-karya selanjutnya.
“Tapi itu gak maksimal. Coba kamu sedari awal fokus pada cita-citamu, saat ini prestasi menulismu bisa lebih cetar daripada sekarang,” salah satu senior di kampus berkomentar.
Sudah qadarullah prestasi menulis saya segini-segini saja hehe. Inti tulisan ini adalah mencoba menunjukkan ini loh beda yang fokus dan yang tidak fokus, contohnya adalah saya sendiri. Terlalu sering saya ingin melakukan apa, tapi ternyata menit kemudian yang dilakukan berbeda dengan apa yang direncanakan tadi. Jadi cukup kagum saat teman bercerita bahwa salah satu teman putrinya ada yang sudah matang merencanakan hal-hal penting dalam kehidupannya bahkan sejak usia semuda itu.
Ya...menikah memang bisa menjadi salah satu cita-cita meskipun saya pribadi memunyai pandangan yang berbeda. Tentang ini insya Allah kita bahas pada kesempatan lain. Tapi terhadap mereka yang menjadikan salah satu fase kehidupan ini (saya menyebutnya demikian) sebagai cita-cita, itu juga sah-sah saja. Kekonsistenan dan fokusnya itu yang lebih saya soroti untuk dijadikan contoh dan teladan. Karena pada kedua hal ini bisa dibilang saya masih sangat jauh untuk bisa disiplin.
Semoga saja tulisan sederhana ini bisa diambil segi positifnya untuk meniru jejak mereka yang fokus, konsisten dan disiplin dalam meraih cita-cita. Jangan tiru jejak mereka yang moody kusnaedy (halah, ini menunjuk hidung saya sendiri), karena itu imbasnya banyak hal penting dalam hidupmu terlewat begitu saja. Tapi ada segi positifnya sih, hidup jadi lebih semarak karena berisi hal-hal spontanitas (tetap tak mau kalah hehehe).
Jadi, tetapkan posisimu mau menjadi sosok yang penuh perencanaan ataukah spontanitas saja. Tentu dengan segala konsekuensi yang menyertai dan tak ada ganti rugi karena waktu toh juga tak akan pernah kembali. Apapun itu, pastikan bahwa segala pilihan tetaplah dalam koridor syar’i sebagai bukti identitas diri sebagai muslimah sejati. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!