Kamis, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 24 Agutus 2017 00:14 wib
17.649 views
Pelakor, Saat Perempuan Hobi Menyakiti Sesamanya
Istilah pelakor saat ini sedang ngetrend. Pelakor adalah singkatan perampas laki orang disamakan dengan valakor dalam film conjuring yang menakutkan. Lini media massa sedang heboh dengan curhatan seorang istri dari publik figur yang memutuskan menikah tanpa sepengetahuan istrinya. Tak perlulah kita bahas detil tentang hal ini, siapa dan bagaimananya kejadian tersebut terjadi. Sudah banyak media infotainment yang membahas dengan berbagai sudut pandang.
Saya hanya ingin sedikit membahas tentang betapa sesungguhnya yang menyakiti perempuan itu bukanlah laki-laki. Perempuan punya kecenderungan menyakiti sesamanya sendiri. Mulai dari seorang perempuan yang menggoda laki-laki beristri, itu artinya dia sedang menyakiti hati perempuan yang menjadi istri sah laki-laki tersebut. Saat ketahuan katakanlah suami selingkuh, seringkali yang didamprat oleh si istri adalah perempuan lain tersebut.
Jarang ada istri yang berusaha mendamprat suaminya sendiri. Lebih jarang lagi adalah seorang istri yang dengan elegan mengajak suami berdialog tentang keputusannya selingkuh tersebut. Emosi terhadap sesama perempuan jauh lebih mengemuka daripada rasionalitas bahwa perselingkuhan tidak akan terjadi apabila si suami tidak menghendaki.
...Semoga saja kita menjadi perempuan yang apabila ada hal tidak berkenan di hati, lebih memilih menahan bibir dan jari. Berdoa menjadi pillihan saat ada kejadian yang tidak diinginkan...
Tidak berhenti di situ saja. Ada banyak perempuan lainnya sebagai penonton yang siap untuk menyakiti perempuan yang dijuluki dengan istilah pelakor itu dengan cacian, sumpah serapah dan kata-kata buruk lainnya. Lucunya, kenal saja tidak tapi perempuan-perempuan penonton itu seolah merasa satu nasib dengan ‘korban’ sehingga merasa berhak untuk menyakiti secara masif si pelakor tersebut. Perasaan seperti ini akan terus dibawa bahkan pada situasi tenang dan damai praktik poligami milik perempuan lainnya.
Saya ingat pernah semobil dengan seorang perempuan yang berstatus istri pertama. Ia becerita bahwa kehidupan poligaminya dengan istri kedua suaminya sangat harmonis. Saat itu pun dia sedang dalam perjalanan ke rumah istri kedua karena ia mendengar adek madunya ini sedang sakit. Di mobil itu ia melanjutkan cerita bahwa teman-temannya yang perempuan seringkali gemas dengan sikapnya yang baik dan harmonis dengan istri kedua suaminya.
Mereka, para teman perempuan ini sering mengompori agar ia membenci adik madunya. Sungguh, secara alami perempuan memang hobi menyakiti perempuan lainnya. Bahkan tak jarang, saat istri pertama menerima dan damai dengan istri-istri suaminya yang berikut, perempuan penonton itu masih saja memusuhi dan bertindak mengompori. Duh perempuan, tidak punyakan kalian kegiatan lain yang bermanfaat daripada mengurusi kehidupan perempuan lainnya?
Istri sah kedua, ketiga dan keempat dari laki-laki tak jarang dikenai tudingan sebagai pelakor juga. Padahal faktanya mereka tidak merampas laki/suami orang. Mereka hanya berbagi: berbagi suami pun berbagi kebahagiaan dengan restu dari istri pertama. Lalu kenapa perempuan lain yang repot?
Semoga saja kita bukan menjadi bagian dari perempuan yang hobi menyakiti perempuan lainnya baik dengan sikap maupun perkataan. Semoga saja kita menjadi perempuan yang apabila ada hal tidak berkenan di hati, lebih memilih menahan bibir dan jari. Berdoa menjadi pillihan saat ada kejadian yang tidak diinginkan. Diam menjadi pilihan bijak saat semua riuh berusaha rebutan memberikan opini. Pun tulisan ini, semoga saja menjadi bagian pengingat diri bahwa berkomentar untuk hal yang tidak kita kuasai akan memberikan konsekuensi tersendiri.
Semoga Allah selalu melindungi kita dari kejahatan orang lain dan juga dari diri kita sendiri. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!