Kamis, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 3 Agutus 2017 09:57 wib
24.952 views
Suara Hati Ibu yang Memiliki Nurani, Dukungan untuk Bu Elly Risman
Saya merasa sangat sedih dengan apa yang menimpa Bu Elly.
Menurut saya, beliau tak sepenuhnya salah.
Hanya standar saja yang berbeda. Apalagi hal yang beliau komentari terkait erat dekat dengan salah satu pemicu kerusakan moral generasi. Ya soal pornoaksi dan pornografi.
Bagi orang normal dan masih menjunjung tinggi adat ketimuran, pakaian dan gaya GB itu jelas mempertontonkan pornografi dan pornoaksi.
Apalagi jika kita cek berita, saat manggung ada personel yang memakai rok saking pendeknya sampai celdamnya kelihatan.
Kostum yang dipakai saat aksi panggung/video clip adalah pakaian ketat atau rok super pendek, baju you can see, dan juga memperlihatkan pusar. *saya sudah cek beberapa di youtube
Seksi sekali bukan?
Itu untuk ukuran orang normal dan masih menjunjung budaya timur, iya. Apalagi jika menggunakan standar muslim. Lebih jelas lagi.
Kita tahu Bu Elly adalah seorang muslimah plus orang yang separuh hidupnya didedikasikan untuk berjuang di jalur parenting.
Beliau menangani banyak korban kecanduan pornografi. Mendengar langsung curhatan korban atau ortu korban. Melihat dan mendengar langsung cerita atau foto-foto kasus pornografi.
*sudah banyak beredar contoh-contoh kasus pornografi sampai seks bebas dikalangan remaja yang dipaparkan Bu Elly dalam seminarnya. Mengerikan saat anak SMP hanya memerlukan waktu beberapa menit saja untuk melakukan penetrasi, itupun di tangga (sekolah?), karena foreplaynya sudah melalui gadget. Dll... Dll...
Beliau merasakan langsung.
Maka, sangat wajar ketika mendengar soal SNSD girlband seksi Itu akan diundang ke Indonesia beliau sangat gusar.
Soal perbedaan penafsiran 'simbol seks' bagi orang normal tentu dapat memahami apa yang dimaksud oleh Bu Elly apalagi dengan latar belakang beliau. Walau bagi masyarakat yang sudah terbiasa terpapar pemandangan demikian dianggap terlalu berlebihan.
Soal pemisalan 'pelacur' bukankah memang begitu jamaknya pakaian para pelacur? Sengaja mengumbar aurat untuk memancing kumbang datang?
Memang mereka dari luar negeri, dari negara bebas yang mungkin berpakaian seperti itu adalah biasa, mereka tak bisa disalahkan toh? Di Indonesia juga banyak artis yang manggung dengan kostum dan goyangan hot.
Tapi, hei, tunggu dulu, bukankan mereka akan diundang ke negeri ini? Secara resmi, oleh negara pula. Lepas dari dalih bahwa kedatangan mereka bukan pada moment kemerdekaan, tapi untuk Asian Games, tapi jelas, untuk apa negara mengundang girlband macam itu?
Belum cukupkah kerusakan moral remaja yang terjadi di negeri ini hingga harus ditambah dengan sajian mubadzir dan pornoaksi dari girlband yang difasilitasi negara? Apa manfaat yang bisa diambil?
Dan... Lihatlah reaksi dari para fans girlband tersebut dan para netizen atas cuitan Bu Elly, sangat jauh dari adab sopan santun pada orang tua, seorang tokoh pula, bukan tokoh sembarangan tapi seseorang yang sangat tulus, dan besar cinta dan kepeduliannya dalam membawa misi penyelamatan anak-anak Indonesia dari kesalahan pengasuhan dan juga bahaya pornografi. Orang yang memperjuangkan mereka.
Andai mereka tahu getar suara beliau, isak yang tertahan hingga air mata yang mengalir serta seraknya suara beliau saat memaparkan parahnya kondisi remaja kita. Andai mereka tahu perjuangan seorang nenek yang pantang menyerah berjuang demi generasi masa depan. Andai mereka tahu...😭😭😭
Tapi, lihatlah, terpampang di hadapan kita jiwa-jiwa yang sakit. Akibat dari rusaknya akhlak, rusaknya otak, rusaknya pergaulan hingga kerusakan itu menjelma nyata lewat lisan-lisan (tangan-tangan yang menulis) menghujat, mencaci maki dan menghina dengan kata-kata yang begitu kurang ajar.😭😭😭
Allah...
Kami saja, para orang tua yang hanya sibuk memikirkan anak sendiri begitu pedih membacanya, apalagi Bu Elly yang telah sekian lama menganggap anak-anak Indonesia adalah anak dan cucunya. Tak terbayangkan betapa hancur dan sedihnya beliau. Terbayang betapa masih panjangnya perjuangan, betapa semakin beratnya beban. 😭😭😭
Apalagi hingga kemudian muncul petisi menuntut beliau meminta maaf.
Allah...
Lihatlah betapa kebatilan begitu terorganisir. Lihatlah jumlah orang yang menandatangani petisi itu. Pertanda apa ini? Pertanda jungkir baliknya logika. Pertanda akhir zaman dimana yang buruk dipandang baik dan sebaliknya. Pertanda bangsa muslim terbesar tapi jauh dari nilai-nilai islam. 😭😭😭
Juga begitu nyatanya ghadzwul fikri, perang pemikiran. Dan sosmed adalah medan perangnya.
Lalu, apa yang dilakukan Ibunda kita tercinta?
Beliau dengan lapang dada dan berani menyatakan permintaan maaf. Untuk sebuah kata yang menurut saya sebenarnya tak sepenuhnya salah. Lihatlah pemilik jiwa satria ini. Betapa mulia dirinya. Bahkan dalam kondisi terhina, beliau memberikan sebuah keteladanan. Laksana mutiara yang kilaunya tak tertutup oleh pekatnya lumpur. Maa syaa Allah...
Padahal beliau tak merugikan siapa-siapa. Beliau hanya mengungkapkan perasaan dan pikiran yang jelas sebenarnya didukung adab kesopanan budaya timur dan syariat. Ah, sungguh beliau adalah mutiara.
Jika mau dibandingkan, betapa banyak orang (tokoh) di negeri ini yang telah jelas melakukan kedzaliman, jangankan meminta maaf, merasa salah pun tidak.
Maka, betapa semakin engkau berkilau, Ibunda...
Lalu, apa kabar para pembullynya? Apakah mereka berhenti? Ternyata tidak. Bahkan ada portal berita yang seringkali menyebar hoax masih membully beliau dengan menyatakan permintaan maaf beliau tidak tulus.
Inilah cermin generasi yang sakit.
Generasi yang sakit dan tinggal di negara yang sakit dengan pemerintahan yang juga sedang sakit.
Saya justru curiga, melihat sepak terjang rezim pemerintah yang mendukung bahkan memfasilitasi segala upaya pengrusakan bangsa, mulai dari penistaan agama, pelanggaran hukum, premanisme, pembubaran ormas, kriminalisasi ulama sampai pencemaran nama baik tokoh dan instansi. Tapi pada saat yang sama melindungi penjahat, membela LGBT, membiarkan organisasi terlarang unjuk gigi dalam simbol, bangga mengundang remaja plagiat daripada yang berprestasi nyata, dll.
Justru bisa jadi kasus ini digunakan pihak tertentu menjadi salah satu jalan untuk menggebuk para pejuang dalam ranah parenting. Setelah sebelumnya menggebuk pejuang dalam ranah agama dan hukum serta IT. Bukankah banyak akun tak jelas yang membully beliau? Yakinkah semuanya adalah remaja? Atau sebagian besarnya adalah buzzer bayaran?
Saya bahkan merasa sesak saat tahu bahwa banyak juga akun ibu-ibu yang membully beliau.
Allah... Speechless😭😭😭
Balik lagi ke asal polemik.
Bukankah mengundang girlband adalah salah satu contoh betapa negara merasa tak peduli pada generasi muda? Bukankah lebih baik menampilkan budaya sendiri yang begitu kaya agar generasi muda bisa mengenalnya dan mewarisinya?
Atau...
Apakah memang negara sedang membentuk generasi hedonis?
Sungguh banyak keanehan memang.
Istana begitu peduli sampai mengundang remaja plagiat tapi mengabaikan remaja berprestasi nyata.
Pun kita saksikan Menteri agama kita justru menghadiri award LGBT dan mensuportnya lewat pernyataannya.
Dan Bu Elly, adalah salah satu pakar yang concern berjuang memerangi pornografi dan LGBT. Apakah sikon ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu? Entahlah, wallahu'alam.
Tapi yang jelas, generasi muda Indonesia sedang benar-benar dalam keadaan kritis. Dikepung pornografi/pornoaksi, narkoba, trend liar dan seks bebas, juga disuguhi tontonan, tokoh yang dipoles dan idola-idola yang jauh dari layak untuk dicontoh.
Dan yang pasti, Indonesia membutuhkan beliau, Bu Elly Risman, untuk tetap tegak berjuang demi menyelamatkan generasi muda dan juga orang tua yang tersesat.
Bu Elly, kami mencintaimu, kami membutuhkanmu.
Terima kasih untuk segala perjuangan Ibu selama ini. Semoga Allah senantiasa melindungi dan memberkahi Ibu dan keluarga serta orang-orang yang berjuang bersama Ibu.
Teruslah berjuang Bu, kami akan terus mendukungmu.
Salam sepenuh cinta,
Cahya Naurizza
-Seorang Ibu yang menyuarakan nurani.-
(riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!