Senin, 21 Jumadil Awwal 1446 H / 14 Maret 2011 20:16 wib
8.161 views
Ibu Bijak, Prioritaskan Gizi untuk Keluarga
Peran serta ibu–sebagai manajer rumah tangga–untuk mengatur kecukupan gizi dalam keluarga sangat krusial. Ibu yang bijak pasti akan memilih asupan terbaik bagi dirinya sendiri, suami juga anak-anaknya. Apakah anda termasuk salah satunya?
Perhatikan asupan nutrisi sejak kehamilan
Makanan bergizi adalah asupan wajib bagi wanita hamil. Ini semua agar janin yang dikandung bisa tumbuh dan lahir dengan sehat.
Faktanya, masalah gizi yang kerap ditemui pada wanita hamil adalah kekurangan zat besi sebagai penyebab utama anemia. Bahkan diperkirakan, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia mencapai lebih dari 50 persen.
Berdasarkan kriteria Badan Kesehatan Dunia (WHO), batas normal kadar Hb untuk wanita hamil adalah 11gr/dL. Kurang dari angka tersebut dikatakan menderita anemia.
Gejala anemia biasanya ditandai dengan menurunnya stamina fisik, seperti letih, lesu, lemah, malas beraktivitas, kurang nafsu makan.
Sayangnya, gejala anemia tesebut sering diabaikan, tanpa disadari terjadi akumulasi penurunan Hb yang signifikan. Lama kelamaan, jantung berdebar-debar, wajah, kuku, kelopak mata pun tampak pucat. Bahkan, kalau anemia sudah sangat berat, bisa mengakibatkan penderita sesak napas bahkan lemah jantung. Anemia pada Bumil ini tak boleh dipandang remeh sebab bisa berakibat kematian dan berisiko bagi janin.
Selain itu, asupan folat juga harus diperhatikan baik, utamanya pada trimester pertama sebab pada masa itu pembentukan organ-organ tubuh janin sudah dimulai. Asam folat berguna bagi Bumil guna mencegah bayi lahir cacat, misalnya pada penderita anensefali (bayi lahir tanpa tempurung otak dan kepala).
Terjadinya anensefali ini diakibatkan adanya defisiensi atau kekurangan asam folat selama kehamilan. Asam folat bisa didapat dari sereal, roti, gandum, kol, brokoli, bayam dan tauge.
Nah, walau di tengah kehamilan Moms mungkin mengalami mual muntah atau susah makan, tetap harus menjalankan prinsip makanan bergizi seimbang, beragam dan bervariasi.
Berikan ASI dan MPASI terbaik untuk bayi
Setelah gizi pada kehamilan, tugas selanjutnya bagi Ibu adalah memerhatikan gizi sang buah hati. ASI, tak diragukan lagi adalah nutrisi terbaik untuk bayi Anda selama 6 bulan pertama kehidupannya.
Pada masa-masa memberikan ASI eksklusif, Ibu perlu memerhatikan apakah bayi Anda cukup mendapat ASI. Tanda bahwa ASI itu cukup, menurut dr. Tinuk Agung Meilany, Sp.A adalah: jika bayi bisa hidup dengan nyaman, bangun-tidur cukup, bisa minum dengan puas, dan bisa rata-rata menyusu dengan ibunya selama 30 – 60 menit. Selain itu, kecukupan ASI dapat juga dipantau dari data objektif penambahan berat badan si kecil tiap bulannya.
Ragam manfaat ASI berderet, saking banyaknya. Menurut dr. Jeanne Roos Tikoalu, SpA, setelah dilakukan penelitian di berbagai negara dan sudah terbukti bahwa setelah diberikan ASI ekslusif, angka kejadian bayi yang mengalami infeksi saluran pencernaan seperti diare dan saluran pernapasan menurun drastis. Yup, dalam ASI banyak sekali mengandung nutrisi yang dibutuhkan bayi dan bermanfaat baik bagi bayi.
Cerdas pilih MPASI
Begitu menginjak usia 6 bulan ke atas, asupan bayi sebaiknya ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI). Jangan memberikan MPASI terlalu cepat, saat anak berusia 4 bulan, misalnya. Memberi makanan padat terlalu dini hanya akan memperbesar potensi bayi terkena alergi makanan.
Apalagi pada bulan-bulan pertama, sistem percernaan bayi belum berkembang secara sempurna. Jadi, makanan padat hanya akan menambah berat kerja sistem pencernaannya. Demikian diuangkapkan oleh dr. Yulia Hernawati, SpA dari RS Islam Jakarta.
Selain itu, pemberian MPASI pada bayi perlu dilakukan secermat mungkin dan diberikan secara bertahap. Pemberian MPASI tak hanya dipandang sebagai proses makan.
“Pemberian makanan padat kepada si kecil merupakan proses belajar mengenal rasa, mengunyah serta menelan makanan. Tentunya, harus diberikan secara bertahap,” sambungnya.
Penuhi Kebutuhan otak dan tulang balita
Usia 0-5 tahun adalah masa-masa dimana kemampuan otak anak untuk menyerap informasi sangat tinggi. Itulah mengapa masa ini disebut sebagai “golden age” atau “golden years” (masa keemasan).
Ketika si kecil sudah bisa berbicara, Ibu mungkin sering kewalahan menghadapi pertanyaan-pertanyaan kritis-nya. Atau, Ibu terkesima dengan jawaban pendek tapi cerdas yang dilontarkannya. Menciptakan anak cerdas tak seperti membalikkan telapak tangan, butuh stimulasi dan disokong oleh gizi yang tepat.
“Otak adalah organ tubuh pertama yang menyerap nutrisi dari makanan yang dikonsumsi,” kata Bethany Thayer, ahli nutrisi dari American Dietetic Association (ADA).
Jadi, bila ingin si kecil bertambah cerdas, Ibu bisa memilihkan makanan yang bagus untuk otak (brain food) untuk buah hati Anda. Dengan mengonsumsi makanan untuk otak, pertumbuhan dan perkembangan fisik si kecil juga akan menjadi lebih baik.
Ya, selain otak, fisik juga perlu diperhatikan. Cerdas dan sehat, suatu kombinasi yang pas! Masa balita adalah masa dimana si kecil sedang aktif-aktifnya bereksplorasi menjelajah ‘dunia’. Berjalan, berlari, melompat, atau memanjat adalah aktivitas yang disukai anak balita.
Itulah sebabnya, kebutuhan akan kalsium sangat penting untuk pemeliharaan tulang si balita. Kalsium dapat ditemukan pada sumber makanan hewani maupun nabati. Misalnya pada susu dan produk olahannya seperti keju, yoghurt, kelompok sayur (misalnya bayam, daun melinjo, brokoli, buncis, tempe, tahu, kacang kedelai), kelompok ikan dan makanan laut (misalnya teri, udang, salmon), aneka buah yang dijus, roti dan sereal.
(sydh/ Mom& Kiddie)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!