Senin, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 20 September 2010 07:55 wib
10.141 views
Peran Orang Tua Dalam Mencerdaskan Anak
Orang tua memiliki peran besar dalam mendidik anak, termasuk mendidik anak menjadi jenius. Banyak cara bisa dilakukan untuk urusan ini. Apa dan bagaimana caranya?
“Kenapa Daren masih punya nilai yang jelek ya di setiap nilai akademisnya. Padahal waktu dites, IQ-nya di atas rata-rata,yaitu 140,” keluh Maria Aurora, seorang ibu yang memiliki anak berumur 12 tahun. Berbeda halnya dengan Rara, yang sudah menjadi juara kelas sejak kelas 1. Dia diyakini menjadi anak yang jenius sejak kecil karena sudah memperlihatkan bakat-bakat yang istimewa sejak umur 3 tahun, seperti jago dalam hal musik walaupun saat tes IQ nilainya hanya 100.
Keluhan para orangtua memang beragam, terutama bagi orangtua yang terobsesi menjadikan anaknya jenius. Seperti halnya Maria yang merasa telah total mengurus Daren untuk menjadikannya jenius. Sejak kecil Daren sudah disibukkan dengan beragam aktivitas yang dipercaya dapat menjadikannya anak jenius. Sebenarnya apa dan bagaimana standar jenius pada seseorang?
Istilah jenius dalam pemahaman ilmu psikologi hanya diberikan kepada mereka yang mempunyai tingkat inteligensi luar biasa (dengan IQ yang termasuk kategori “very superior” atau dua standar deviasi di atas rata-rata), dengan kreativitas yang luar biasa, dan yang penting lagi harus sudah mempunyai prestasi yang luar biasa. Contohnya sebagaimana misalnya Einstein atau Thomas Alfa Edison. Bukan anak yang hanya bisa membaca, mewarnai gambar, atau naik sepeda dengan mata ditutup.
Dikatakan oleh psikolog perkembangan anak, ahli anak-anak cerdas istimewa dari Universitas Soegyapranata Semarang, DR Endang Widyorini SPsi menyebutkan, jenius adalah suatu istilah yang diberikan untuk orang yang dengan kemampuan berpikir tinggi dan kreativitas (orang yang sanggup berpikir orisinal, berpikir produktif) serta mampu menghasilkan suatu karya yang gemilang.
Namun, banyak yang salah kaprah dalam mengartikan kejeniusan. Banyak yang berkata bahwa jenius adalah orang yang memiliki IQ (Intelligence Quotient) di atas 140.Padahal hal itu tidak sepenuhnya benar. Ada pula argumentasi yang menyebutkan bahwa jenius terjadi karena kerja keras, seperti yang dikutip oleh Thomas Edison, bahwa jenius adalah 1 persen inspirasi dan 99 persen usaha keras.
Banyak yang salah kaprah dalam mengartikan kejeniusan. Banyak yang berkata bahwa jenius adalah orang yang memiliki IQ (Intelligence Quotient) di atas 140.Padahal hal itu tidak sepenuhnya benar
“Tidak semua orang ber-IQ tinggi itu jenius,” ungkap pakar gifted-talented children ini.
Jadi, seseorang dikatakan jenius apabila orang yang berpotensi tinggi itu sudah sanggup menciptakan karya yang luar biasa. Jenius tidak bisa dibuat karena butuh proses yang panjang. Faktor pendukung untuk menjadi jenius selain orang itu sendiri adalah orangtua, sekolah (seperti guru, sistem pembelajaran, dan lainnya), serta lingkungan sosialnya. ”Peran orangtua sangat besar dalam menjadikan anak jenius,” tutur Endang.
Pakar keluarga, Kyle Pruett MD dan Marsha Kline Pruett PhD dalam bukunya “Partneship Parenting 2009”, mengatakan bahwa kerja sama antar pasangan (partnership parenting) merupakan pendekatan terbaru dalam mengasuh dan membesarkan anak. Karena berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan pola pengasuhan oleh ayah dan ibunya secara seimbang dengan berperan aktif, akan lebih sehat, cerdas emosi, sosial, intelektual, serta mampu untuk mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik. Sedangkan karya jenius adalah sebuah karya yang orisinal, yang merupakan pengembangan inteligensinya dengan kreativitas yang tinggi serta dikembangkannya sendiri.
Psikolog keluarga dari Kasandra & Associates, Kasandra Putranto MPsi mengatakan, menjadikan anak jenius harus dilakukan dengan cara cerdas. Orang tua harus melakukannya secara bertahap. “Untuk menjadikan anak jenius ada tahapannya. Tidak secara instan,” tandas psikolog lulusan Universitas Indonesia itu.
Jelaskan kepada anak bahwa dia bisa menjadi jenius karena banyak berlatih dan belajar
Kasandra menuturkan, di antaranya dimulai dari memperkuat otak kanan dan otak kiri anak atau bisa juga dilakukan dengan melakukan pendekatan psikologis seperti meyakinkan anak bahwa dia mampu melakukan dan membuat sesuatu lebih dari orang lain.
“Jelaskan kepada anak bahwa dia bisa menjadi jenius karena banyak berlatih dan belajar,” ungkapnya.
Kecerdasan menjadi salah satu faktor yang sangat menentukan sukses atau tidaknya seorang anak dalam kehidupannya di masa depan. Itu sebabnya, peranan penting orangtua untuk menjadikan anak jenius dengan cara cerdas sangat diperlukan dalam usaha pengoptimalan potensi sang anak (rps/SI)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!