Senin, 11 Jumadil Awwal 1446 H / 20 Januari 2014 16:25 wib
11.804 views
Kasihan AS, Seruan Damainya Lagi-lagi Ditolak Taliban Afghanistan
AFGHANISTAN (voa-islam.com) - Disaat mujahidin Taliban berada diatas angin dalam perang melawan AS dan sekutunya di Afghanistan, Amerika Serikat kembali mengajukan permintaan kepada Taliban agar mau berunding mengakhiri perjuangan mereka. Namun, lagi-lagi Amerika harus menelan kekecewaan karena ajakan mereka kepada Taliban untuk berdamai lagi-lagi ditolak mentah-mentah oleh Taliban.
Seorang juru bicara utama bagi Taliban Afghanistan menolak seruan AS kepada kelompok itu untuk "meletakkan senjata mereka dan memulai pembicaraan damai," permintaan yang dibuat hanya satu hari setelah tim serangan jibaku Taliban menewaskan 29 orang, termasuk dua orang Amerika, di sebuah restoran di Kabul.
"Kami sangat menolak permintaan Amerika," Zabihullah Mujahid , juru bicara resmi Taliban, mengatakan dalam sebuah email yang dikirim ke The Long War Journal. Pernyataan Mujahid itu juga dipublikasikan di website Taliban, Voice of Jihad.
"Amerika ingin menutup mata dari kenyataan yang nyata dan mudah melewatkan alasan utama untuk masalah Afghanistan," lanjutnya. Mujahid mengatakan bahwa "invasi Amerika dan kebiadaban yang dihasilkan nya" adalah alasan Taliban untuk melanjutkan pertarungan.
"Jika Amerika benar-benar menginginkan perdamaian dan stabilitas bagi Afghanistan maka harus segera menarik semua pasukannya dari tanah kami dan meninggalkan Afghanistan untuk kemauan dan aspirasi mereka sendiri," lanjutnya." Jika Amerika bersikeras pada peperangan dan pendudukan maka negara itu harus menunggu serangan yang lebih mematikan."
Mujahid menanggapi pernyataan resmi Gedung Putih yang mengutuk serangan jibaku 17 Januari lalu di sebuah restoran Libanon di Kabul yang menewaskan 21 orang, termasuk perwakilan IMF untuk Afghanistan, tiga pekerja PBB, dua orang Amerika, dua orang Inggris, dua Kanada, dan warga negara Denmark.
Taliban menyatakan serangan Kabul adalah pembalasan atas serangan 15 Januari 2014 di provinsi Parwan yang menargetkan komandan senior Taliban yang terkait dengan Jaringan Haqqani dan mendukung bom jibaku dan serangan di ibukota.
Dalam pernyataan Gedung Putih, AS menegaskan bahwa mereka ingin bernegosiasi dengan Taliban.
"Kami menyerukan lagi pada Taliban untuk meletakkan senjata mereka dan memulai pembicaraan perdamaian, yang merupakan cara paling pasti untuk mengakhiri konflik dengan cara damai," kata pernyataan Gedung Putih.
Pemerintah AS tidak pernah berhasil mengejar pembicaraan damai dengan Taliban selama lima tahun terakhir saat pemerintahan Obama berusaha untuk menarik sebagian besar pasukan dari negara itu pada akhir 2014.
Wakil Presiden Joe Biden sedang mengusahakan kekuatan tersisa kurang dari 3.000 tentara untuk tetap di negara tersebut, sedangkan 'pilihan nol,' atau tidak ada pasukan AS di negara itu, adalah kemungkinan yang berbeda.
Pemerintah percaya bahwa kesepakatan damai dengan Taliban akan mengakhiri pertempuran dan mencegah Al-Qaidah beroperasi di negara itu.
Sebelumnya, AS telah menuntut Taliban untuk mengecam Al-Qaidah dan bergabung dengan proses politik Afghanistan. Permintaan untuk Taliban agar mengecam Al-Qaidah diajukan tahun lalu ketika Taliban diizinkan untuk membuka kantor di Qatar.
Pejabat Barat menginginkan Taliban untuk menggunakan kantor tersebut untuk melakukan pembicaraan damai, tetapi Taliban bersikeras itu akan digunakan untuk meningkatkan profil kelompok mereka dalam masyarakat internasional dan berfungsi sebagai "kantor politik." Selain itu, Taliban ingin menggunakan kantor di Qatar untuk menjamin pembebasan dari lima komandan Al Qaeda yang ditahan oleh AS di Teluk Guantanamo.
Taliban mengisyaratkan pada awal 2012, saat dorongan AS lain untuk pembicaraan damai, bahwa mereka tidak punya niat tidak mengakui Al-Qaidah, dan menolak untuk mengecam terorisme internasional. Seorang juru bicara Taliban bahkan mengatakan bahwa Al-Qaidah secara resmi beroperasi di bawah bendera Imarah Islam Afghanistan.
" Mereka [Al Qaeda ] adalah salah satu kelompok dan bendera pertama yang berjanji setia kepada Amir Mukminin [Mullah Omar, pemimpin Taliban Afghanistan] , dan mereka beroperasi di Afghanistan di bawah bendera Imarah Islam," ungkap seorang juru bicara ke forum jihad yang dikenal sebagai Abdullah al Wazir pada Februari 2012.
"Mereka adalah contoh disiplin dan ketepatan dalam pelaksanaan misi dan operasi yang dipercayakan kepada mereka oleh Komando Militer Imarah Islam," ujar Wazir melanjutkan, menyebut Al-Qaidah sebagai "singa dalam perang". (st/tlwj)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!