Sabtu, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 30 Juni 2012 08:57 wib
4.033 views
Anshar Al-Din Rebut Kontrol Kota Utara Mali dari Pemberontak Tuareg
MALI (voa-islam.com) - Para pejuang Islam hari Kamis (28/6/2012) mendeklarasikan pernyataan kontrol penuh atas gurun utara Mali, sehari setelah mengusir mantan sekutu mereka dari pemberontak MNLA Tuareg dari kota Gao dalam baku tembak yang menewaskan sedikitnya 20 orang.
Kelompok lokal Anshar Al-Din telah berada di atas angin di kota utara Kidal dan pos perdagangan kuno Timbuktu setelah pasukan pemerintah ditaklukkan pada April lalu.
"Orang-orang kami mengontrol semua dari tiga kota di bagian utara Mali," kata Oumar Ould Hamaha, seorang pejabat Anshar Al-Din yang berbasis di Timbuktu, wilayah sebagian besar padang pasir yang lebih besar dari Perancis.
"Mereka (MNLA) semua melarikan diri, kami memutuskan untuk tidak mengejar mereka .... Yang bisa saya katakan adalah bahwa mereka bahkan tidak di pinggiran kota," kata Hamaha dari wilayah pertempuran di Gao.
Gerakan separatis Nasional untuk Pembebasan Azawad (MNLA)- wilayah utara yang diklaim sebagai negara merdeka - mengatakan pasukannya mundur taktis di Gao pada Rabu dan menolak pernyataan bahwa mereka telah kalah dalam pertempuran tersebut.
"Saat ini beberapa unit MNLA, yang ditempatkan di perbatasan Azawad, akan datang kembali untuk benar-benar membersihkan kota Gao dari kelompok-kelompok Islam," kata juru bicara MNLA Mossa Ag Attaher dalam pernyataan tertulis.
Pertempuran itu merupakan puncak dari ketegangan berpekan-pekan antara kelompok MNLA dan pejuang Islam lokal yang telah membantu MNLA mengendalikan Mali utara setelah pasukan pemerintah pergi tanpa perintah menyusul kudeta 22 Maret.
Kedua faksi memiliki pengaturan pembagian kekuasaan tidak nyaman setelah menguasai wilayah itu.
Seorang warga Timbuktu mengatakan pada Kamis bahwa pejuang MNLA yang telah ditempatkan di bandara kota dan pelabuhan kini bahkan meninggalkan posisi tersebut.
Hamaha mengatakan lebih dari 22 pejuang MNLA termasuk seorang kolonel terkemuka telah tewas selama pertempuran di Gao, sementara tiga dari pejuang mereka juga gugur dalam pertempuran tersebut.
Dia menambahkan bahwa pemimpin MNLA Bilal Ag Acherif terluka dan mengungsi ke negara tetangga Burkina Faso. Mossa Ag Attaher dari MNLA menolak untuk mengkonfirmasi identitas atau jumlah korban tapi satu sumber keamanan Burkinabe menegaskan bahwa ia memang telah terluka.
"Dia cedera dalam serangan mortir dan berdarah banyak dari telinga, tapi kita berhasil menghentikan pendarahan," katanya. (an/wb)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!