Rabu, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 7 Oktober 2009 12:00 wib
4.141 views
Marinir Philipina Tewas Dalam Sebuah Serangan di Sulu
Zamboanga - Kelompok Pejuang Abu Sayyaf menyerang pasukan pemerintah Philipina, menewaskan seorang Marinir dan melukai beberapa lainnya dalam bentrokan senjata di provinsi Sulu, Philipina Selatan, kata seorang perwira kepada surat kabar independent lokal, the Mindanao Examiner, Selasa.
Perwira tersebut mengatakan prajurit-prajurit tersebut di tugaskan untuk menjaga sekelompok teknisi militer yang akan memperbaiki sebuah jembatan yang hancur ketika orang-orang bersenjata menyerang mereka hari Senin sekitar pukul 2.15 pagi di desa Bato-Bato di kota Indanan.
"Mereka sedang membersihkan jalan dan menjaga keamanan sekelompok teknisi meiliter yang ingin memperbaiki jembatan Talatak," kata seorang juru bicara Komando Barat Mindanao, Mayor Marinir Ramon David Hontiveros,
Mayor David Hontiveros menyalahkan Kelompok Abu Sayyaf atas serangan tersebut.
Jembatan Talatak yang menghubungkan kota Indanan dengan kota lainnya di hancurkan pertama kali pada 29 September dan kemudian di hancurkan lagi pada 1 Oktober lalu untuk mencegah kendaraan militer melintas masuk ke kota tersebut.
Tidak di ketahui apa yang mendorong militer untuk mengirim teknisi militer ke daerah tersebut meskipun kantong peperangan berada di kota, yang di ketahui merupakan basis dari Kelompok Abu Sayyaf dan Tentara Pembebasan Nasional Moro (MNLF) yang berjuang untuk kemerdekaan.
Pejuang Moro juga di duga menyerang sebuah pos marinir pada Senin pagi di desa Bitan-ag di kota Panamao, menurut keterangan Komandan Militer Wilayah Mindanao, Mayor Jenderal Benjamin Dolorfino.
Dia mengatakan pejuang Moro menembakkan bom mortir ke pos Marinir dari kesatuan 311, namun di laporkan tidak korban dalam serangan tersebut.
Seorang pemimpin pejuang, Madarang Sali, wakil komandan tertinggi kelompok bayangan yang di sebut Tentara Pembebasan Nasional Bangsamoro, mengatakan bahwa pertempuran meletus setelah pasukan Militer Philipina lebih dahulu menembaki basis dari Font Pembebasan Nasional Moro (MNLF).
Madarang Sali memperingatkan akan ada lebih banyak lagi pertumpahan darah dan ancaman bom baru bagi militer di negara itu sebagai balasan atas serangan pemerintah ke Sulu, salah satu dari lima provinsi di daerah otonomi Muslim yang begejolak.
MNLF di bawah pimpinan Nur Misuari menandatangani persetujuan damai dengan Manila pada September 1996, tetapi banyak dari anggotanya yang tidak puas dengan perjanjian tersebut karena menuduh pemerintah telah gagal untuk membawa perbaikan di wilayah Muslim yang bergejolak tersebut. (aa/tME)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!