Kamis, 6 Jumadil Awwal 1446 H / 1 Maret 2012 00:26 wib
8.206 views
Mahfud MD Kritik Banyak Ilmuan Melacurkan Diri & Ulama Jadi-jadian
JAKARTA (VoA-Islam)- Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) yang hadir dalam deklarasi Majelis Intelektual dan Ulama Indonesia (MIUMI), Prof DR. Mahfud MD dalam sambutannya, menegaskan, saat ini umat Islam butuh ulama yang benar. Harus diakui, di tengah-tengah umat, ada ulama yang tidak benau atu dalam bahasa agamanya disebut dengan Ulama Su’ atau ulama jelek.
“Ini memang saat yang tepat untuk berbicara peran ulama. Di saat kita menghadapi persoalan besar dimana masyarakatnya yang semakin brutal, maka harus dirunut penyebabnya. Bukankah rusaknya umara karena rusaknya ulama,” kata Mahfud yang menyambut gembira lahirnya MIUMI, Rabu (28/2) malam.
Dikatakan Mahfud, rusaknya masyarakat adalah rusaknya pemerintah, dan rusaknya pemerintah (umara) karena ulamanya jelek.Ini realitas yang sedang terjadi. Ulama itu jelek karena menyenangi harta benda dan kedudukan.
“Sekarang ini banyak ulama yang jelek. Dikarenakan posisi ulama memiliki peran penting, terlebih saat ada gerakan politik, dimana ulama dikumpulkan meski ia sesungguhnya bukan ulama. Namun, karena diberikan sorban, dan disuruh ngaku ulama, maka jadilah ulama jadi-jadian,” kata Mahfud tegas.
Tak dipungkiri, masih ada ulama yang bena. Namun, juga harus diakui, adanya fatwa pesanan, tentu tidak seluruhnya. Ini membuktikan, bangsa Indonesia menghadapi disorientasi, dimana peran ulama telah bergeser ke hal-hal yang bersifat pragmatis.
Mahfud melontarkan kritik tajamnya, betapa sekarang ini banyak ilmuan yang melacurkan diri, membuat survei tapi sudah tahu hasilnya. Bahkan yang tidak sesuai kepentingannya dipilah-pilah, lalu hasil surveinya dihegemoni seolah-olah sebagai ilmu pengetahuan. Padahal hampir semua orang sudah tidak percaya lagi dengan yang namanya survei. Karena niat dan tujuannya sudah menyesatkan, lalu membuat ukuran kepemimpinan didalam survei yang dilakukan, dibatasi hanya 3 hal: popularitas, elektabilitas, dan eskeptabilitas, tidak ada akhlak yang menjadi ukuran.
“Sangat memperihatian, jika di dalam survei itu tidak ada ukuran leadeship, visi dan kepemimpinan yang shiddiq, amanah, tabligh serta fathonah. Ini berbahaya. Karena itu jangan heran, rusaknya bangsa, karena ilmuwannya sudah melacurkan diri pada kepentingan-kepentingan politik,” kritik Ketua MK.
MIUMI, kata Mahfud, diharapkan dapat menjernihkan dan meluruskan kembali, peran-peran keulamaan sebagai pewaris nabi yang menjalankan fungsi profetik kenabian. Setidaknya, MIUMI mengingatkan ulama lain, atau mereka yang ngaku-ngaku ulama yang tidak menjalankan fungsi ulama secara benar. Desastian
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!