Rabu, 21 Jumadil Awwal 1446 H / 19 Agutus 2009 21:47 wib
5.964 views
Syahrir Pernah Jihad ke Poso
Tangerang (voa-islam) Muhamad Syahrir, mengaku alumni jihadist Poso. Dia bahkan rela meninggalkan pekerjaannya untuk berjihad ke Poso.
Budiman, tetangga Syahrir di Kompleks Mutiara Garuda, Teluk Naga, Tangerang, menyatakan pada 2001 Syahrir yang merupakan pegawai maintenance di Bandara Soekarno-Hatta mengaku dirinya dimutasi ke Sulawesi.
Setahun kemudian atau pada 2002, Syahrir kembali dan mengaku mengundurkan diri dari pekerjaannya dan akan berjihad di Poso.
Semenjak itu, Budiman sudah jarang bertemu dengan bapak enam anak itu di kompleks.
"Pada 2003, dia pernah pulang ke Mutiara, namun hanya sementara saja, kadang hanya 3 bulan," imbuhnya.
Kepada Budiman, Syahrir mengaku melakukan dakwah. Dan sudah tidak lagi beraktivitas politik sejak 2002.
Syahrir menyatakan, dia lebih tertarik dengan kelompok Islam. Namun Budiman enggan menjelaskan kelompok Islam yang dimaksud. Sejak 2003 Budiman kehilangan kontak dengan Syahrir.
"Banyak juga orang yang datang ke rumahnya dan menggunakan celana yang ngatung," jelasnya.
Budiman juga pernah menanyakan kepada istri Syahrir, Nurjanah, soal aktivitas buronan tersangka teroris bom Mega Kuningan itu. Kepada Budiman, Nurjanah menjawab bahwa kepergian Syahrir ke Sulawesi untuk urusan bisnis.
Buka warnet di tengah sawah
Berkaitan dengan gencarnya polisi menangkapi aktivis Islam pada kasus JW Marriot jilid 2 ini, Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap Iwan Herdiansyah yang mengaku akan membuat warung internet (warnet) di tengah sawah.
"Yang bersangkutan mengatakan mau buka warnet di tengah sawah," ujar Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (19/8/2009).
Kini Iwan tengah diperiksa secara intensif oleh Mabes Polri bersama dengan rekannya Ali Muhammad bin Abdullah, yang diduga warga Riyadh, Arab Saudi.
"Ali dan Iwan masih dalam pemeriksaan oleh tim, sejauh mana keterlibatannya, kaitannya dengan negara lain soal pendanaan," singkat Nanan.
Densus 88 menangkap Iwan di lereng Gunung Ceremai., Sabtu 15 Agustus lalu. Sementara Ali ditangkap Densus di Desa Cirendang, Kuningan. Sebelumnya Nanan sempat mengatakan, pihaknya terlalu cepat melakukan penangkapan atas keduanya.
Pasalnya, keduanya telah mengendus pembuntutan yang dilakukan Densus 88. Selain itu, Nanan juga menyalahkan sorotan media yang terlalu gencar terhadap keduanya yang diduga ikut terlibat dalam pendanaan pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton. Sehingga membuat keduanya menyadari sedang diincar oleh pihak berwenang. (rojul/voa-islam)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!