Rabu, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 29 Juli 2009 04:00 wib
4.656 views
Selamatkan Anak-Anak Kita !
Pernahkah anda tanya anak-anak kita tentang idolanya, pasti mereka akan jawab : michael jackson, mariah carey, dan lain-lain artis mancanegara. Kalau mereka sebut yang ada di dalam negeri pasti mereka akan sebut : slank, kangen, dewa, wali, st 12, agnes monica, maia, ridho irama, dan lain-lain. Bukan cuma nama mereka, tapi juga hafal lagu-lagunya.
Tapi coba anda tanya siapakah nabi yang diberi mu'jizat tongkatnya membelah lautan, atau nabi yang mu'jizatnya berupa Al Qur'an. Apalagi kalau anda tanya siapakah nama sahabat Rasulullah yang menikahi dua anak Rasulullah Muhammad SAW (tentu saja setelah meninggal salah satunya). Dijamin anak-anak kita itu akan kelimpungan menjawabnya sambil garuk-garuk kepala yang tidak gatal.
Hari Anak Nasional yang diperingati pada tanggal 23 Juli 2009 yang lalu tidak satupun memunculkan anak yang memiliki prestasi sebagai anak yang peduli kepada masalah bangsanya...ups terlalu berat kali ya, oke kalau begitu...adakah media massa kita memunculkan anak-anak yang memiliki prestasi belajar yang luar biasa tapi pada saat yang sama dia juga memiliki kepedulian kepada lingkungannya. Justru yang di besar-besarkan oleh media elektronik kita adalah anak-anak seperti El, Al, dan Dul yang mampu bernyanyi sambil memainkan musik plus gaya hidup mereka. Adapula bintang sinetron cilik yang masih nampak sekali keluguan dan kelucuannya menjadi mesin uang bagi orang-tuanya.
Gaya hidup yang dipertontonkan oleh para artis cilik atau remaja di media elektronik kita khususnya, betul-betul telah menyihir anak-anak kita menjadi pemimpi dan pengkhayal. Handphone, MP4, televisi, play station, dan berbagai jenis permainan lainnya sudah menjadi agama baru atau sejenis ideologi baru anak-anak kita. Berapa jam mereka habiskan waktunya untuk mengutak-atik mainan tersebut. Belum lagi waktu nongkrong mereka di mal-mal yang hampir setiap jengkal tanah di kota-kota besar bermunculan dengan bebasnya. Yang lebih ironis lagi, waktu sekolah merekapun dirampas oleh live music seperti Dahsyat, Inbox, dan lain-lain yang sejenis. Bandingkan dengan waktu yang mereka sediakan untuk membaca buku, apalagi membaca Al Qur'an.
Akibat dari itu semua anak-anak kita kehilangan identitas dirinya. Manakala mereka kehilangan identitas dirinya maka itu bermakna keberlangsungan kehidupan dan identitas bangsa ini terancam punah 30 - 40 tahun yang akan datang.
Pemerintah adalah fihak yang paling bertanggung-jawab terhadap kondisi ini, mengapa ? Karena hanya pemerintahlah yang bisa melakukan pencegahan dan penanggulangan secara efektif dan drastis melalui undang-undang atau peraturan. Hanya pemerintah saja yang memiliki power untuk memperingatkan dan kemudian menggusur para pengusaha hiburan yang tidak turut dalam proses pembangunan bangsa ini.
Begitu juga KOMNAS Perlindungan Anak hendaklah diberi peran yang lebih besar seperti KPK yang bisa menindak langsung para perusak bangsa. Dan yang terlebih penting lagi adalah peran orangtua sebagai pendidik utama. Jangan pernah menyerah menghadapi tantangan dalam membina anak-anaknya.
Kami mengajak kepada semua fihak, jangan pernah tunduk kepada kemauan kelompok pengusaha hiburan yang jumlahnya hanya beberapa gelintir saja tetapi memiliki daya rusak yang tinggi terhadap bangsa ini.
Kalaulah kita mengabaikan persoalan ini, maka tidak akan lama lagi bangsa ini akan hanya menjadi kenangan dan catatan sejarah bahwa pernah ada yang namanya Indonesia. Na'uudzubillaahi min dzaalika. (sal/voa-islam)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!