Selasa, 4 Jumadil Awwal 1446 H / 21 September 2010 15:30 wib
17.455 views
Surat Terbuka Rahmat Siliwangi Soal 'HKBP Tak Manusiawi' Bikin Heboh
JAKARTA (voa-islam.com) – Insiden penusukan oleh sekelompok orang terhadap jemaat gereja ‘ilegal’ HKBP PTI (Huria Kristen Batas Protestan Pondok Timur Indah) pada Minggu lalu (12/9/2010) telah menyita perhatian publik. Masyarakat terbelah menyikapi insiden tersebut. Ada yang langsung mengambinghitamkan FPI secara terburu-buru, tapi banyak pula umat yang mengecam pihak HKBP karena dinilai terlebih dulu melakukan provokasi terbuka kepada warga setempat. Ada yang menuding Peraturan Bersama Menteri (PBM) tentang pendirian rumah ibadah sebagai biang kerok kerusuhan umat beragama, tapi banyak kalangan malah menuding HKBP selalu berupaya melanggar PBM, dengan menyalahgunakan rumah sebagai gereja, dan memanipulasi tanda tangan warga untuk mengurus perizinan gereja.
Dengan alasan “cover both side,” Rakyat Merdeka Online (RMO) bermaksud menambah data pembanding dengan mempublikasikan email yang bersifat terbuka dari Rahmat Siliwangi, seseorang yang diyakini RMO sebagai warga Mustika Jaya, Bekasi tempat keberadaan gereja HKBP itu.
Surat terbuka Rahmat Siliwangi itu diupload hari Jum’at sore, 17 September 2010 pukul 15:25 WIB dengan judul “Inilah Alasan Lengkap Warga Mustika Jaya Tolak Gereja HKBP.”
Kontan saja, surat terbuka Rahmat Siliwangi itu menambah heboh suasana yang sudah panas di Bekasi. Dalam suratnya, Rahmat menyebutkan bahwa konflik HKBP Mustika Jaya dengan warga setempat itu bukan konflik agama, karena di tempat tersebut ada juga warga yang non muslim selain Kristen HKBP, tapi tidak bermasalah dengan warga setempat.
Kekisruhan HKBP dengan warga Mustika Jaya, lanjut Rahmat, karena dipicu oleh warga Kristen Batak berperilaku arogan dan mau menang sendiri, sehingga dalam acara–acara keluarga, Kristen HKBP sangat mengganggu ketenteraman kami sebagai warga asli.
...Kekisruhan HKBP dengan warga Mustika Jaya, menurut Rahmat, bukan masalah agama. Tapi dipicu oleh perilaku warga HKBP dalam sosial kemasyarakatan, yang cenderung kasar, sembrono, tidak tahu diri, tidak tahu malu, menyebalkan, dan sangat arogan, seperti mabuk, menggoda wanita–wanita dan putri–putri warga setempat...
Keberatan lain terhadap keberadaan HKBP, menurut Rahmat adalah perilaku dan cara–cara warga HKBP dalam sosial kemasyarakatan, jemaat HKBP cenderung kasar, sembrono, tidak tahu diri, tidak tahu malu, menyebalkan, cara bicaranya keras dan sangat arogan. Mereka berani terang–terangan melakukan intimidasi terhadap warga sekitar yang keberatan dengan pola tingkah dan perilaku hidup mereka seperti mabuk, menggoda wanita–wanita dan putri–putri warga setempat. Belum lagi pesta daging babi dan anjing yang diiringi lagu-lagu khas Batak dinilai menjijikkan dan mengusik ketenangan warga.
Singkat kata, menurut Rahmat, keberadaan HKBP mengganggu tatanan adat masyarakat asli dan hukum yang berlaku.
Spontan, berbagai media online pun mengutip ulang berita menghebohkan tersebut. Sehari sesudah diupload, situs resmi Front Pembela Islam memuat ulang berita tersebut apa adanya di: http://fpi.or.id/?p=detail&nid=231 pada hari Sabtu, 18 September 2010 pukul 12:11 WIB.
Beberapa hari kemudian, Suara Islam Online memuat berita tersebut pada hari Senin, 20 September 2010 pukul 20:06, dengan beberapa komentar yang mengkritisi kesalahan penanggalan pada surat tersebut.
Setelah itu, berbagai blog, mailis, facebook, dan twitter pun ramai mengutip berita heboh tersebut. Anehnya, setelah berita yang ditulis membuat heboh media, RMO malah menghapus konten surat Rahmat Siliwangi itu dari situsnya, sehingga hyperlink http://www.rakyatmerdeka.co.id/news.php?id=4062 yang memuat berita tersebut, sekarang sudah tidak dapat diakses lagi. Entah kenapa, tak ada penjelasan apapun.
Inilah kutipan lengkap dari surat terbuka Rahmat Siliwangi yang menghebohkan itu:
SAYA warga Mustika Jaya, Bekasi hanya ingin sharing kenapa sebenarnya kami sulit untuk menerima kehadiran warga HKBP di daerah kami. Dua puluh tahun lalu seorang warga Batak mulai menjadikan rumah tinggalnya sebagai tempat kebaktian. Kami warga perumahan Mustika Jaya dapat menerima karena kami sangat menghargai toleransi dan kebebasan dalam memilih keyakinan.
Namun makin lama kami biarkan semakin banyak warga Batak yang sering mondar mandir di perumahan kami. Bahkan perilaku mereka yang tadinya hormat kepada warga sekitar menjadi arogan dan mau menang sendiri. Selain itu dalam aktivitas sehari hari mereka mulai tidak menghormati tetua warga dan warga asli Mustika Jaya, Bekasi. Seakan–akan tanah dan daerah ini milik mereka. Bahkan dalam acara–acara keluarga, mereka sangat mengganggu ketenteraman kami sebagai warga asli.
Ini bukan masalah agama. Karena di tempat kami ada juga warga yang non muslim selain Kristen HKBP.
…Ini bukan masalah agama. Karena di tempat kami ada juga warga yang non muslim selain Kristen HKBP…
Warga selain muslim pun mulai keberatan dengan perilaku dan cara–cara warga HKBP dalam sosial kemasyarakatan. Kesimpulan kami bersama warga–warga non muslim selain jemaat HKPB, jemaat HKBP cenderung kasar, sembrono, tidak tahu diri, tidak tahu malu, menyebalkan, cara bicaranya keras dan sangat arogan.
Setelah sepuluh tahun kami biarkan, jika ada acara, mereka mulai mendominasi akses jalan kampung dan mereka mulai berani terang–terangan melakukan intimidasi terhadap warga sekitar yang keberatan dengan pola tingkah dan perilaku hidup mereka seperti mabuk, menggoda wanita–wanita dan putri–putri kami, mulai mengganggu tatanan adat masyarakat asli dan hukum yang berlaku.
…mereka terang–terangan melakukan intimidasi terhadap warga sekitar yang keberatan dengan perilaku hidup mereka seperti mabuk, menggoda wanita–wanita dan putri–putri kami, mulai mengganggu tatanan adat masyarakat asli dan hukum yang berlaku…
Selain itu jika ada acara makan–makan, mereka mulai berani memotong babi dan anjing di sekitar kampung Mustika. Bahkan bau daging–daging itu sampai tercium ke mana–mana. Mereka mulai berani keliling kampung dengan bernyanyi–nyanyi dengan suara dan logat khas Batak.
Pemaksaan cara mereka inilah yang membuat kami sangat kesal dengan tingkah pola mereka. Bahkan mereka mulai berani mendirikan lapo–lapo tuak yang selalu memicu keributan disekitar daerah Mustika Jaya.
Kemudian, kami warga sekitar, baik itu muslim dan non muslim non HKBP sering mengadakan pertemuan untuk membahas keberadaan warga HKBP (meskipun sebagian besar hanya datang setiap hari Minggu). Kesimpulan dan kesepakatan warga, kami takut jika ini dibiarkan akan merubah tatanan masyarakat kami dari berbagai lintas agama dan suku lain selain Batak.
…mereka berani memotong babi dan anjing di sekitar kampung Mustika. Bahkan bau daging–daging itu sampai tercium ke mana–mana…
Perilaku mereka akan mengubah tatanan kemasyarakatan yang tadinya saling menghormati, toleran, sopan santun, menjadi arogan, mau menang sendiri, mabuk–mabukan di mana saja. Dan makan dengan makanan yang bagi kami sangat menjijikkan. Seperti bakar babi dan anjing.
Dan kami pun mulai melaporkan ke Pemerintah Kota Bekasi mengenai keberadaan mereka sesuai apa adanya. Kami juga meminta Pemkot Bekasi bahkan Kepolisian dan Babinsa di daerah kami untuk berkata apa adanya dan menyelidiki secara langsung perilaku warga HKBP.
Karena yang kami sampaikan bukanlah omong kosong maka setelah hampir dua puluh tahun kami menderita dengan perilaku HKBP, oleh Pemkot Bekasi kegiatan jemaat mereka dianggap liar. Dan gereja di rumah seorang warga pun disegel oleh Pemkot Bekasi. (Tentunya dengan hasil penyelidikan selama waktu yang cukup dengan melibatkan Kepolisian dan Koramil setempat).
Jadi maksud saya membuat surat ini pada dasarnya bukan masalah didirikan gereja atau tidak dirikan gereja yang menjadi pokok permasalahan. Tapi yang akan mendirikan gereja di tempat kami adalah jemaat Huria Kristen Batak Protestan, yang menurut teman saya juga beragama Kristen tapi dari suku lain (Jawa, Maluku, Irian, NTT) mereka juga kurang suka dengan kelompok ini (HKBP). Karena di dalam persatuan gereja–gereja Kristen pun, selalu membuat masalah–masalah tatanan sesuai pola arogansi kesukuan Batak mereka.
…Kristen dari suku lain (Jawa, Maluku, Irian, NTT) juga kurang suka dengan kelompok HKBP. Karena di dalam persatuan gereja–gereja Kristen pun, selalu membuat masalah dengan arogansi kesukuan Batak mereka…
Saya hanya bisa berharap, surat saya ini bisa menjadi informasi pembanding dan pertimbangan yang objektif apakah apa yang saya sebutkan dengan perilaku mereka di atas itu salah atau mengada–ada. Khusus untuk teman–teman wartawan jika Anda ingin objektif silakan survey warga Mustika Jaya Bekasi apakah yang saya sampaikan di atas benar atau tidak.
Dan saya surat saya ini juga ditujukan Warga HKBP untuk bercermin terhadap perilaku mereka, berperilakulah seperti manusia, kalau ingin dihormati dengan sebenarnya hormatilah tatanan masyarakat sekitar. Kita ini orang timur, “Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.” Kalau tidak di manapun anda berada kalian tidak akan pernah diterima oleh suku manapun!
…Kami takut jika mereka jadi bermukim di Mustika Jaya, tatanan kehidupan sosial kami berubah. Kami takut anak–anak kami menjadi para pemabuk, keras kepala, kekerasan meningkat, kejahatan meningkat, sekali lagi kami bukan tidak mau menerima umat kristiani…
Kami takut jika mereka jadi bermukim di Mustika Jaya, tatanan kehidupan sosial kami berubah, kami takut anak–anak kami menjadi para pemabuk, keras kepala, kekerasan meningkat, kejahatan meningkat, sekali lagi kami bukan tidak mau menerima umat kristiani. Yang tidak kami terima mereka ini HKBP. [taz]
Catatan redaksi:
Dengan memuat utuh surat terbuka Rahmat Siliwangi, voa-islam.com berharap ada klarifikasi tertulis maupun lisan dari Rahmat Siliwangi maupun dari pihak-pihak yang bersangkutan. Jika data-data tersebut benar, kami mohon diberi data-data konkretnya, dan sebaliknya.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!