Jum'at, 12 Rajab 1446 H / 20 Agutus 2010 16:20 wib
1.460 views
Umat Islam Xinjiang Akan Jalani Masa Sulit Pasca Ledakan
Tujuh orang tewas dan 14 terluka akibat ledakan di Xinjiang, China. Sebelum ledakan, puluhan tahun mereka sudah hidup dalam tekanan
Hidayatullah.com—Polisi China sudah menahan seorang tersangka pascaledakan yang menewasan tujuh orang dan melukai 14 yang lain. Kantor berita pemerintah China, Xinhua, Kamis (19/8) mengatakan, insiden yang disebut dalam laporan berbahasa Inggris sebagai kecelakaan itu, terjadi di kota Aksu di bagian barat kawasan terpencil China barat.
Juru bicara pemerintah daerah Hou Hanmin mengatakan, seorang pria Uighur mengendarai becak membawa bahan peledak ke tengah kerumunan massa.
"Ada kendaraan roda tiga, di atasnya terdapat bahan peledak," katanya kepada BBC China.
"Meledak ketika kendaraan tiga roda itu menyeruduk ke arah massa persimpangan jalan," katanya.
Semua yang terluka adalah penduduk setempat, lanjutnya, dan empat di antara mereka luka parah.
Muslim Xinjiang
Beijing sering menyalahkan kelompok muslim di Xinjiang untuk serangan-serangan kepada polisi atau target-target pemerintah.
Tahun lalu kerusuhan etnik meletus di Xinjiang setelah ketegangan antara minoritas muslim Uighur dan etnik Han China. Saat terjadi ledakan-ledakan bom, pemerintah China langsung menuduh muslim Uighur sebagai pelaku pengeboman itu.
Namun pegiat Uighur dan kelompok hak asasi manusia menuduh Beijing menggunakan isu ini untuk memberangus pembangkang Uighur.
Etnik Uighur mengadukan gelombang migran etnik Han yang telah mengucilkan budaya Uighur.
China mengirimkan tentara ke Xinjiang sejak kerusuhan Juli 2009 di Urumqi yang menyebabkan 200 orang tewas.
Telekomunikasi termasuk internet baru belakangan ini pulih di kawasan itu.
Amnesty International menyatakan, lebih dari 1.000 orang ditahan setelah gelombang kekerasan terhadap kaum muslim di sana.
Hari Kamis sebelum ledakan terjadi, Gubernur Xinjiang Nur Bekri mengatakan kepada para wartawan bahwa China menghadapi "perjuangan panjang, sulit dan sangat rumit" di Xinjiang.
"Separatisme di Beijing memiliki sejarah panjang pada masa lalu, masih berlangsung sekarang dan akan berlanjut di masa depan," katanya seperti dikutip kantor berita AP.
Pelanggar Kebebasan
China bahkan sering menuduh kaum muslim di Xinjiang bekerja sama dengan Al Qaidah atau muslim Asia Tengah untuk mendirikan suatu negara merdeka yang disebut Turkestan Timur.
Pada bulan Juni, pemerintah mengatakan telah menghancurkan sebuah sel teroris yang berupaya menyerang kota bagian selatan Xinjiang, yaitu Kashgar, Hotan, dan Aksu.
Sebagian besar warga Uighur, yang beragama Islam dan berbicara dalam bahasa Turki di kawasan itu, merasa kesal berada di bawah pemerintahan Beijing atas pembatasan-pembatasan terhadap bahasa, budaya, dan agama mereka.
Mereka saat ini berjumlah kurang dari separuh jumlah penduduk Xinjiang setelah imigrasi selama bertahun-tahun yang dilakukan oleh warga etnis mayoritas Han dari bagian lain China.
Para pengungsi Uighur di pengasingan menuduh China menggunakan alasan ancaman dari kelompok muslim bersenjata untuk membenarkan penanganan keras di Xinjiang.
Di Tiongkok terdapat 13 ribu kuil agama Buddha. Ada sekitar 10 juta penganut agama Kristen dan 12.000 buah gereja dan ada sebanyak 21 juta kaum muslim. Hampir 50 persen penduduk dari jumlah itu tinggal di Xinjiang.
Meski demikian, China dikenal sebagai negara yang tak ramah dengan penganut agama, termasuk Islam.
Tanggal 29 April, Komisi Kebebasan Beragama Internasional Amerika (USCIRF) mengeluarkan laporan tahunannya tentang pelanggaran hak asasi manusia di banyak negara. China termasuk 13 negara "negara-negara yang menjadi perhatian khusus" (Country of Particular Concern).
Baru-baru ini, pemerintah China telah memasang 400 ribu kamera pengintai di seantero ibukota Provinsi Xinjiang, di mana mayoritas penduduknya beragama Islam.
Boleh jadi, kaum muslim Xinjiang akan menghadapi masa-masa yang lebih sulit pascapeledakan bom ini. [cha, berbagai sumber/hidayatullah.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!