Senin, 15 Jumadil Awwal 1446 H / 9 Maret 2020 22:24 wib
11.966 views
Virus Corona Dapat Menginfeksi ~60% Populasi, Matematika di Balik Prediksi Para Ahli
Oleh: Hadi Susanto
Sejak dilaporkan pertama kali Desember 2019, berita perkembangan penyakit virus corona masih terus trending dan wajib diikuti. Sebagai antisipasi penyebaran virus, tempat-tempat wisata ditutup dan acara-acara yang melibatkan kumpulan manusia dibatalkan. Negara-negara menutup perbatasan, termasuk Arab Saudi yang meniadakan umrah dan haji mungkin untuk satu tahun ini. Italia bagian utara mengisolasi total 16 juta rakyatnya mulai kemarin! Uni Emirat Arab meliburkan sekolah dan kampus dari akhir pekan kemarin selama satu bulan. Disusul Arab Saudi hari ini. Konferensi-konferensi ilmiah ditiadakan, atau istilah sebagian panitia: ditunda sampai waktu yang tidak ditentukan. Semua itu untuk mengurangi laju infeksi yang sangat cepat.
Prof Gabriel Leung dari Fakultas Kedokteran di University of Hong Kong, satu tokoh penting dalam penanganan wabah SARS tahun 2003 dan flu burung 2013, memperkirakan virus ini dapat menginfeksi 60% manusia bila tidak ditangani dengan segera. Leung menuliskan analisanya dalam paper [1] yang terbit di The Lancet, salah satu majalah ilmiah tertua dalam bidang kedokteran. Prof Marc Lipsitch dari Harvard juga memperkirakan kisaran angka yang sama, yaitu 40-70% [2]. Lalu bagaimana mereka memprediksinya?
Mereka menggunakan variasi dari model matematika yang sekarang dikenal sebagai model Susceptible-Infectious-Recovered (SIR). Sebuah model penyebaran penyakit yang sangat sederhana, hanya terdiri dari tiga buah persamaan diferensial. Idenya adalah: ketika terjadi penyebaran penyakit, manusia dapat dibagi ke dalam tiga kotak (kompartemen): kelompok orang sehat (S), orang sakit (I), dan orang sehat kembali setelah sakit (R). Orang dapat berpindah dari kelompok satu ke kelompok yang lain lewat kontak: misal, jabattangan atau terkena bersin (S ke I) dan kontak pengobatan (I ke R). Model matematika SIR menggambarkan dinamika perubahan besarnya kompartemen-kompartemen tersebut terhadap waktu.
Dibuat tahun 1927 oleh Anderson McKendrick (dokter) dan William Kermack (bio-kimiawan), konsep model SIR yang sangat SEDERHANA itu masih dipakai dan dikembangkan sampai sekarang (konsep dan modelnya asli sederhana, yang bahkan saat ini mahasiswa S1 Matematika di Indonesia sudah mempelajarinya di sekitar tahun ketiga) dan sudah membantu banyak sekali penanganan penyakit menular.
Dalam konteks model matematika SIR, yang dilakukan sebagian besar pemerintah saat ini baru pada tahap menurunkan faktor kontak untuk menghambat laju perpindahan dari kotak S ke I. Sebaliknya, pemerintah harus segera memperbesar faktor perpindahan dari kotak I ke R: menemukan obatnya.
Sementara obat belum ada, kita perlu menjaga diri sebaik-baiknya. Jaga kebersihan. Makanan yang sehat. Gizi yang cukup. Untuk ketahanan tubuh. Dan yang paling penting, banyak-banyak berdoa dan mengamalkan wirid permohonan keselamatan. Saya sendiri berusaha mendawamkan shalawat tibbil qulub dengan penuh harapan semoga Allah mengabulkan.
Referensi:
[1] Wu, Joseph T., Kathy Leung, and Gabriel M. Leung. "Nowcasting and forecasting the potential domestic and international spread of the 2019-nCoV outbreak originating in Wuhan, China: a modelling study." The Lancet 395.10225 (2020): 689-697.
[2] Lipsitch, Marc, David L. Swerdlow, and Lyn Finelli. "Defining the Epidemiology of Covid-19—Studies Needed." New England Journal of Medicine (2020).
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!