Sabtu, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 15 Februari 2020 17:19 wib
4.934 views
Pelajaran Berharga dari Virus Corona
PRESIDEN China Xi Jinping, pada Selasa 1 Oktober 2019, mengatakan dalam pidatonya bahwa tidak ada kekuatan yang dapat menghentikan perkembangan Tiongkok. Hal itu disampaikannya untuk memperingati HUT ke-70 RRC atau Hari Nasional China di bawah pemerintahan Partai Komunis Tiongkok. "Tidak ada kekuatan yang dapat mengguncang pondasi negara besar ini," kata Xi dalam naskah pidato berbahasa Mandarin, yang diterjemahkan secara resmi oleh media pemerintah, dikutip dari CNBC, Selasa (1/10/2019). "Tidak ada kekuatan yang bisa menghentikan orang-orang China dan bangsa China untuk terus maju," lanjutnya.
Genap 2 bulan setelahnya, China diguncang oleh virus corona yang membuat kelabakan warganya, khususnya di propinsi Wuhan. Wabah corona 2019-2020 adalah peristiwa wabah penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru yang belum pernah diketahui sebelumnya. Saat ini, virus tersebut diberi kode 2019-nCoV oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Penyakit akibat virus ini pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan Desember 2019 setelah beberapa orang mengalami pneumonia tanpa sebab yang jelas serta prosedur perawatan dan vaksin yang diberikan ternyata tidak efektif. Kemunculan penyakit diduga berhubungan dengan pasar grosir makanan laut Huanan yang menjual hewan hidup. Sedikitnya 70% urutan genom 2019-nCoV sama seperti SARS-CoV.
Sampai saat ini, korban terus berjatuhan. Untuk pertama kalinya, jumlah kematian per hari akibat wabah virus corona di China menembus angka 100 orang. Sedikitnya 108 orang meninggal akibat virus corona dalam 24 jam pada Senin (10/2) waktu setempat. Seperti dilansir Associated Press dan CNN, Selasa (11/2/2020), Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) menyatakan dalam laporan harian bahwa 108 orang meninggal akibat virus corona dalam 24 jam terakhir. Jumlah ini menambah jumlah korban tewas akibat virus corona di wilayah China daratan menjadi 1.016 orang (detik.com, 11/2/2020).
Sungguh musibah yang tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh siapapun, sekalipun oleh presiden China. Mereka sampai harus membangun rumah sakit yang terus kekurangan, dalam hitungan harian, para dokter dan perawatnya pun sampai depresi menghadapi ribuan pasien yang terus berjatuhan.
Sebagai muslim, kita tentu prihatin, melihat kejadian tersebut. Sekaligus menjadi momen untuk muhasabah diri. Betapa lemahnya manusia di hadapan Allah sang pencipta virus corona. Kesombongan presiden China seolah runtuh oleh kehendak Allah atas kiriman virus corona ini. Bagi warga China yang mengalaminya, kita mendoakan mereka bersabar dengan qodlo dari Allah. Bagi warga China yang atheis, takkan pernah bisa merasakan hal ini. Saking bingungnya, bahkan warga China yang atheis itu minta didoakan pada muslim China dengan ikut melaksanakan sholat, meski lucu karena tak terarah dan tidak ada gunanya karena tidak didasari oleh aqidah/shahadat. Pandangan muslim tentu akan mengarahkannya pada kesimpulan, bahwa kesombongan tak pantas dan tak layak ditunjukkan oleh manusia seberapapun kehebatannya. Kecanggihan sains, teknologi, keahlian ilmu bisnis dan ekonomi dalam bentuk cengkraman China yang membuatnya menjadi negara adidaya, ternyata lemah dihadapan virus corona.
Inilah yang harusnya menjadi pelajaran berharga bagi kita sebagai muslim, kalau China atheis, sehingga sama sekali tak menjalankan syariat Allah, adalah kewajaran atas hukuman Allah dengan kalang kabutnya menghadapi virus korona. Tentu kita sebagai muslim terbesar di dunia harusnya instropeksi diri. Akankah kita menunggu setelah wabah pandemi seperti virus corona di China yang akan membuat kita tersadar akan kelemahan kita sehingga berani mencampakkan hukum Allah? Tidakkah kita merasakan sebagai derita dari berbagai musibah di negeri ini yang terus terjadi?
Negeri kita mayoritas muslim, tapi tak menerapkan syariatNya secara kaffah. Indonesia menganut aturan sistem demokrasi sekuler, hingga Indonesia menjadi negeri darurat narkoba, darurat seks bebas dan yang terbaru darurat korupsi. Karena gurita korupsi telah menjerat para petinggi penguasa oligarki. Akankah kita terus diam dengan keadaan ini? Padahal Allah sudah mengingatkan:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (TQS. Ar Ruum: 41).
Tentu kita harus merasakan ini sebagai hukuman dari Allah, karena Negeri kita tidak menjadikan hukum Allah sebagai panduan dalam melaksanakan pemerintahan, tak mengikuti aturan Rasulullah dalam melaksanakan pemerintahan, padahal Rasulullah adalah suri tauladan muslim sedunia.
Akhirnya, virus corona menjadi pelajaran berharga bagi muslim Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya. Bahwa manusia secanggih dan secerdas apapun, tak akan bisa melawan kehendak Allah, jika Allah sudah memberikan keputusannya. Mari kita renungkan firman Allah:
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan" (TQS. Al A,raf: 96).
Tahun 2020 adalah tahun umat islam, saatnya raih keberkahan dengan menegakkan sistem warisan Rasulullah, yakni sistem Islam, tanpa menunggu hadirnya virus corona yang mematikan. Naudzubillahimindzalik.*
Hermin Setyoningsih, Amd. Keb
Praktisi Kesehatan
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!