Senin, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 25 Februari 2019 04:46 wib
3.494 views
Debat Membuka Borok
Oleh: M Rizal Fadillah
Debat kedua usai, namun buntut perdebatan makin ramai. Medsos diisi dengan berbagai komentar, data, kilas balik, hasil polling, bantahan, peta dukungan, tanggapan KPU, hingga berita pengaduan ke Bawaslu. Perdebatan lebih hangat atau panas pasca debat itu sendiri. Hal ini sekurangnya berkembang dari tiga aspek utama, yaitu serangan kepemilikan Prabowo, data tak akurat Jokowi, serta alat dengar yang dicurigai.
Waktu pendek sesi dalam debat berlanjut dengan waktu panjang setelahnya. Bongkar-bongkar terjadi termasuk bongkar borok-borok. Sebagai petahana tentu wajar jika menjadi pihak yang tersasar banyak borok borok itu. Sekurangnya ada empat hal sebagai contoh.
Pertama, serangan pada penguasaan tanah Prabowo yang ingin dicitrakan "wah" ternyata membeberkan betapa besarnya taipan-taipan menguasai tanah-tanah di Indonesia. HGU yang dikelola Prabowo tak seberapa. Hanya ratus ribu, sedang yang dikelola taipan itu jutaan hektar. Rakyat sadar ada borok negara dalam pengelolaan hutan oleh para taipan. Kini muncul tuntutan agar Jokowi membongkar semua pemain hutan.
Kedua, serangan tentang "yunikon" yang dimaksud "unicorn" untuk menguji pemihakkan Prabowo. Nyatanya membongkar aib sendiri bahwa "unicorn-unicorn" yang ada justru dominan dikuasai pemodal asing. Akibatnya terjadi transfer besar devisa ke negara asing. Terbongkarlah borok Jokowi dalam memenej bisnis "unicorn" yang tak menguntungkan rakyat.
Ketiga, jalan tol yang dibanggakan, konon tanpa konflik dan ganti untung. Faktanya hampir disemua pembebasan lahan selalui ditandai konflik baik sengketa pemilikan, maupun besaran ganti rugi. Protes terjadi disana sini. Jika pembebasan lahan itu menguntungkan, maka keuntungan besar itu sebenarnya adanya pada para spekulan. Termasuk pejabat.
Keempat, soal impor sebagai borok nyata. Dengan argumen ini itu, fakta angka impor di segala bidang sungguh mengerikan. Yang perlu diteliti adalah sejauh mana impor berdampak pada "komisi" yang bisa ditarik. Maklum ruang bisnis impor cukup menawan bagi pengisian pundi-pundi pribadi and party di lingkup pemerintahan yang sarat komisi.
Debat dengan pengungkapan data "asal-asalan" itu sebenarnya sama dengan meninju diri sendiri. Sebuah pertunjukan aksi dari pemimpin palsu yang tak tahu malu. Jika ada pandangan yang menganggap rakyat itu bodoh maka itu cermin pemimpin yang bodoh. Inilah borok utama yang mesti disembuhkan.
Segera masuk IGD pastikan borok itu berbahaya atau tidak. Cukup diberi antibiotik atau memang harus tindakan amputasi. Jika mesti amputasi, pastikan kadar anestesi pas, kalau tidak, gawat nanti bisa bisa tidak bangun lagi. Datang dengan ambulance pulang dengan kereta jenazah. Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!