Rabu, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 20 Februari 2019 11:38 wib
3.002 views
Operasi Semburan Fitnah
Oleh: M Rizal Fadillah
Presiden Jokowi menuduh kubu Prabowo menggunakan "operasi semburan fitnah" ala Rusia (firehose of falsehood) dalam kompetisi Pilpres. Mengaitkan dengan propaganda Rusia ini tentu mengejutkan. Beberapa fihak justru menganggap Jokowi sedang melakukan semburan fitnah.
Kedutaan besar Rusia di Jakarta membantah keterkaitan dengan Pemerintah Rusia. Pihak Prabowo tegas memprotes tuduhan ini. Uniknya ada WNI yang membuat surat kepada Pemerintah Rusia dengan menggunakan bahasa Rusia meminta maaf atas sikap Presiden Jokowi yang dinilai telah memalukan bangsa Indonesia.
Entah ungkapan Jokowi ini "keseleo lidah" atau memang sengaja. Informasi dari intelijen atau konsultan mana yang menghubungkan kampanye pilpres dengan propaganda Rusia. Pandangan yang menyamakan dengan propaganda membangun ketidakpercayaan rakyat terhadap Tsar Rusia yang berujung pada Revolusi Bolshevik 1917 tentu berlebihan dan tak sesuai fakta. Cenderung fitnah.
Setelah sebelumnya menuding kubu Prabowo Sandi mendapat dukungan dan bagian kepentingan Amerika kini membawa-bawa Rusia pula. Menarik isu global ke dalam Pilpres 2019 di samping tidak relevan juga berbahaya. "Genderuwo" tengah dimunculkan. Sebenarnya yang paling ringan asumsi adalah kepanikan. Panik takut kalah. Rakyat memang telah kehilangan kepercayaan pada Pemerintahan Jokowi.
Belajar dari Suriah, rakyat bisa diadu domba. Pemerintahan Bashir Assad merupakan pemerintahan yang otoriter. Tak mau dengar aspirasi dan koreksi. Merasa memiliki kekuasaan yang besar sehingga tuntutan penggantian Presiden dianggap tabu.
Kekuasaan adalah warisan ayahanda. Ketika "Arab spring" terjadi Assad pun terkena imbas. Lalu kekuatan asing diundang. Negara dijadikan "dadu" di meja perjudian. Demi mempertahankan kekuasaan dengan segala cara maka kekuatan asing dibuat "sangat menikmati" Rusia, Cina, Amerika dan Iran. Rakyat Suriah hancur hancuran.
Pemerintah Indonesia jangan memulai mengundang asing dengan pancingan adu domba antar anak anak bangsa. Suriah adalah pelajaran berharga.
Ma'ruf Amin telah melempar pancingan adu domba dengan menyatakan bahwa Pilpres 2019 adalah perang ideologi antara moderat lawan radikal. Rakyat dipropaganda seolah dukung Jokowi mendukung kaum moderat dan sebaliknya dukung Prabowo radikal.
Jangan buat polarisasi seperti itu, pak Kyai. Tak ada ideologi moderat atau ideologi radikal, di Indonesia hanya ada Ideologi Pancasila. Jadikan Pilpres sebagai hal yang biasa dalam negara demokrasi. Mengganti Presiden bukan makar, melainkan upaya membuat negara agar lebih segar.
Kembali pada tuduhan keterlibatan Rusia sebagai sesuatu yang mengada-ada, maka Jokowi tidak perlu panik dalam menghadapi kompetisi April.
Sebagai kandidat yang bersikukuh untuk tetap sebagai Presiden, maka Jokowi mestinya bersikap tenang dan santai seperti figur yang ber "jeans" dan ber "kets" serta senyum ber "chopper" dan ber "bikers". Rileks saja.
Kecuali memang sebenarnya dibelakang ini ada bola api yang disemburkan oleh sang Naga berupa "operasi semburan fitnah". Jadi kalau begitu, rupanya penyembur itu bukanlah Rusia ya boss. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!