Kamis, 26 Jumadil Awwal 1446 H / 31 Januari 2019 22:58 wib
5.554 views
Pemimpin Idaman Pilihan Generasi Kekinian
Oleh: Ummu Fathan*
Keberadaan sosok pemimpin adalah bagian yang sangat penting dalam
kehidupan bermasyarakat. Bahkan posisi pemimpin diibaratkan sebagai
salah satu penopang dalam menjaga eksistensi sebuah masyarakat. Imam
Ibnu Qutaibah ad Dainuri pernah mengutip syair dari Afwah al Audi
terkait kepemimpinan: “Tidak akan baik suatu kaum itu hidup
tercerai-berai tanpa memiliki pemimpin dan tidak terhitung memiliki
pemimpin jika orang-orang bodoh di antara mereka yang menjadi
pemimpin.”
Sebagai bentuk kesadaran akan pentingnya memiliki pemimpin, negeri ini
pun juga akan menggelar pemilihan presiden tahun 2019 ini. Ajang yang
sangat menentukan hadirnya pemimpin baru bagi negeri ini. Generasi
kekinian yang melek berita media tentu sudah mengetahuinya. Terlebih
debat perdana calon presiden dan wakil presiden telah digelar beberapa
waktu lalu. Dan dari sana, secara garis besar bisa diketahui bagaimana
pemikiran masing-masing calon terhadap sejumlah isu yang dipersoalkan.
Dapat pula dibaca secara singkat bagaimana sekiranya kemampuan
retorika masing-masing calon jika diminta berkomunikasi secara formal.
Penilaian awal ini sekiranya tengah menjadi perbincangan hangat bagi
kawula muda dan generasi kekinian yang menghidupkan dunia maya. Arah
opini di media sosial tentang keutamaan kandidat masing-masing terus
berlanjut. Ada yang berdasarkan fakta, namun juga tidak jarang yang
berbalut asumsi. Bahkan ada pula di antaranya yang mengandung unsur
hoax. Namun semuanya menunjukkan arah yang sama, bahwa sebenarnya pada generasi kekinian tersimpan kerinduan terhadap sosok pemimpin idaman.
Agaknya kekecewaan terhadap berbagai kondisi hidup saat ini yang jauh
dari harapan menjadi energi yang menggerakkan semangat mereka untuk
berkontribusi dalam kancah pencarian pimpinan. Tentunya, agar kekecewaan tak berulang setiap individu haruslah banyak mengambil pelajaran. Dan sepanjang kehidupan umat akhir zaman ini, Muhammad SAW lah yang menjadi sebaik-baik tempat dan sumber mengambil pelajaran, termasuk dalam hal kepemimpinan. Bahkan sejak ribuan tahun lalu, beliau telah memiliki pakem yang keren terkait kepemimpinan agar harapan mendapat pemimpin idaman tak berujung memperoleh pimpinan yang
bodoh.
Nabi pernah mendoakan Kaab Bin Ujrah agar dilindungi Allah SWT
dari kepemimpinan kaum yang bodoh. Lalu Kaab bertanya tentang siapakah
mereka, dan Nabi bersabda:
“Mereka adalah para pemimpin sesudahku. Siapa saja yang mendatangi
pintu-pintu mereka, lalu membenarkan kebohongan mereka dan mendukung
kezaliman mereka, maka mereka bukan dari golonganku dan tidak bisa
mendatangiku di telaga kelak. Siapa yang tidak mendatangi pintu-pintu
mereka, tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak mendukung
kezaliman mereka maka mereka adalah bagian dariku, aku pun bagian dari
mereka dan dia akan mendatangiku di telaga” (HR Ahmad dan An Nasai).
Menurut keterangan dari Nabi Muhammad, pemimpin idaman bermakna mereka yang tidak bohong dan tidak zalim. Terkait hakikat pemimpin bohong HR Bukhari dan Muslim menjelaskan: “Tidaklah seorang hamba yang Allah
jadikan pemimpin untuk mengurus rakyat, mati pada hari dia menipu
rakyatnya, kecuali Allah mengharamkan surga bagi dirinya”. Mengenai
definisi pemimpin zalim itu sendiri, yang dimaksud adalah mereka yang
dalam kepemimpinannya tidak mau berhukum dengan hukum Allah SWT, yakni yang enggan berhukum dengan Alquran, sebagaimana firmanNya dalam surat Almaidah ayat 55.
Menipu rakyat tentu banyak contohnya. Janji yang terucap dan tak
ditepati, bahkan ketika ditagih sekalipun, adalah salah satu
contohnya. Dan mirisnya di alam demokrasi seperti saat ini, banyak
yang melakukan hal demikian. Ketika menjelang pemilihan, janji manis
diobral, ketika sudah duduk di kekuasaan yang terjadi tidak sama
dengan yang dijanjikan. Akibatnya rakyat, termasuk pula generasi
kekinian merasakan sendiri sudahnya bertahan hidup. Bahkan yang terasa
kezhaliman banyak ditemukan.
Oleh karenanya, dua arahan dari Nabi terkait pemimpin yang tidak boleh
diikuti tadi sekiranya bisa dijadikan panutan agar generasi kekinian
tak kecewa dalam mencari pemimpin idaman. Lebih dari itu, agar pilihan
benar-benar aman, hendaklah memilih yang benar-benar mampu memenuhi
kriteria pemimpin dalam Islam. Kriteria tersebut meliputi: harus
seorang Muslim (dalilnya surat Annisa ayat 141), harus seorang
laki-laki, harus balig, harus berakal, harus orang yang merdeka, harus
orang yang mampu dan harus orang yang adil. Dengan berpedoman pada kriteria pemimpin Islam ini, niscaya pemimpin idaman akan didapatkan. Sosok pemimpin yang tidak hanya sebatas menjajikan gemilang kesejahteraan, tapi juga pemimpin yang menerapkan Alquran dan sumber hukum lainnya sebagai satu-satunya dasar dalam menjalankan kehidupan kenegaraan. (rf/voa-islam.com)
*Penulis adalah Member TSC, Freelance Author
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!