Selasa, 14 Jumadil Awwal 1446 H / 2 Oktober 2018 23:27 wib
4.727 views
Terombang Ambingnya Kurs Mata Uang
Oleh: Aisy Mujahidah Ummu Azzam
(Anggota Revowriter dan Member WritingClassWithHas Makassar)
Mata uang rupiah kembali terpuruk di hadapan dolar. Kondisi nilai tukar rupiah terus tergerus terhadap Dolar Amerika Serikat (AS).
Laju kurs Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada pembukaan perdagangan Rabu (19/9/2018) bergerak melemah ke posisi Rp 14.915 per dolar AS. (TRIBUNNEWS.COM)
Yang mana beberapa waktu lalu nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat menembus angka Rp.15.029.
"Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) telah menembus angka Rp 15.029, pada Selasa (4/9/2018) malam". (Tribun-Medan.com)
Akibat buruknya nilai tukar rupiah di hadapan dolar berimbas pada harga komoditi impor tidak terkecuali kenaikan harga kebutuhan pokok. Seperti kacang kedelai yang kebanyakan bahan bakunya impor.
"Harga bahan baku kedelai untuk produksi tempe meningkat dari Rp 6.500 menjadi Rp 7.700 pasca nilai tukar dolar mengalami kenaikan terhadap rupiah (6/9). (Liputan6.com)
Sehingga pengrajin mau tidak mau harus mengurangi takaran dan ukuran saat produksi.
"Pekerja menyelesaikan pembuatan tahu goreng di Sukaraja, Bogor, Kamis (6/9). Naiknya harga kedelai impor akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS membuat pengrajin mengurangi ukuran dan takaran pembuatan tahu". (Merdeka.com)
Yang paling berdampak dari lemahnya rupiah adalah kalangan menengah kebawah. Karena kebutuhan pokok yang ikut merangkak naik.
• Kenapa Ini Bisa Terjadi?
Saat ini yang kita gunakan sebagai alat tukar untuk memperoleh barang dan jasa adalah mata uang kertas yang di cetak oleh pemerintah dengan nominal tertentu. Sedangkan kita ketahui bahwa uang kertas tidak memiliki nilai intrinsik seperti halnya mata uang emas atau perak.
Nilai intrinsiknya hanyalah sehelai kertas biasa karena pemerintah tidak menjaminnya dengan menopang uang kertas tersebut dengan emas atau perak. Dan sistem ini dikenal dengan fiat money.
Selain hal diatas ini juga terjadi karena dua hal, yaitu:
Pertama, persoalan mata uang, di mana nilai mata uang suatu negara saat ini masih terikat kepada mata uang negara lain (misalnya rupiah terhadap US dollar), tidak pada dirinya sendiri. Sehingga nilainya tidak pernah stabil, bila nilai mata uang tertentu bergejolak, pasti akan mempengaruhi kestabilan mata uang tersebut.
Kedua, bahwa uang tidak lagi di jadikan alat tukar semata, akan tetapi juga di jadikan sebagai komoditi yang di perdagangkan (dalam bursa valuta asing).
Dan problem lemahnya mata uang rupiah di hadapan dolar juga bukan hanya sekedar soal teknis sehingga cukup di hadapi dengan solusi taktis (dasar) pragmatis seperti menaikkan suku bunga dan lain-lainnya, tapi ini menyangkut soal paradigmatis. Bagaimanapun sepanjang indonesia tidak mandiri dan sistem ekonominya masih berbasis fiat money, ekonomi Indonesia akan terus terombang ambing sebagaimana kurs mata uangnya.
• Kembali ke Sistem Ekonomi Islam Adalah Solusinya
Kesalahan pandangan terhadap kedudukan uang yang tidak hanya berfungsi sebagai alat tukar tapi juga sebagai komoditi, serta pembuatan mata uang tidak menggunakan basis emas atau perak sehingga nilai nominal tidak menyatu dengan nilai intrinsiknya, inilah yang menjadi biang dari segala keruwetan ekonomi kapitalis.
Mengatasi krisis ekonomi yang hingga kini masih terus berlangsung, di samping harus menata sektor riil, yang paling penting adalah meluruskan pandangan keliru tadi. Bila uang di kembalikan kepada fungsinya sebagai alat tukar saja, lantas mata uang di cetak dengan basis emas dan perak (dinar dan dirham), maka ekonomi akan betul-betul di gerakkan oleh hanya sektor riil saja. Tidak akan ada sektor non riil (dalam arti orang berusaha menarik keuntungan dari mengkomoditaskan uang dalam pasar uang, bank, pasar modal dan sebagainya).
Kalaupun ada usaha di sektor keuangan, itu tidaklah lebih sekedar katakanlah menyediakan uang untuk modal usaha yang diatur dengan sistem yang benar (misalnya bagi hasil). Dengan cara itu, sistem ekonomi yang bertumpu pada sektor riil akan berjalan mantap, tidak mudah goyang atau digoyang seperti saat ini. Disinilah keunggulan sistem ekonomi Islam.
Sistem Islam memiliki pandangan yang bersumber dari Allah swt, sistem Islam mengajarkan hanya memfungsikan uang hanya sebagai alat tukar saja. Ketika beredar, ia hanya akan bertemu dengan barang dan jasa saja. Semakin banyak uang beredar, semakin banyak pula barang dan jasa yang diproduksi dan diserap pasar.
Akibatnya pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat, tanpa ada ketakutan terjadi kolaps seperti pertumbuhan ekonomi dalam sistem kapatalisme. Dimana penerapan sistem ekonomi dan moneter ala kapitalisme juga menjadi jalan mengukuhkan hegemoni penjajahan negara adidaya atas indonesia dan dunia. Wallah a'lam bi ash-hawab. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!