Selalu Ingat Akhirat

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah ﷺ dan keluarganya.

Ambisi seorang mukmin terikat pada akhirat, sehingga segala sesuatu di dunia ini menggerakkannya untuk mengingat akhirat. Dan setiap orang yang disibukkan oleh suatu perkara, maka pikirannya akan terfokus pada perkara itu.

Tidakkah engkau melihat, jika para ahli suatu profesi masuk ke sebuah rumah yang sudah tertata rapi, engkau akan melihat pedagang kain memperhatikan karpet dan menaksir nilainya; tukang kayu memperhatikan atapnya; tukang bangunan memperhatikan dindingnya; dan penenun memperhatikan kain jahitannya.

Seorang mukmin, jika melihat kegelapan, ia akan teringat akan gelapnya kubur. Jika melihat sesuatu yang menyakitkan, ia akan teringat akan siksa. Jika mendengar suara yang mengerikan, ia akan teringat tiupan sangkakala. Jika melihat orang-orang sedang tidur, ia akan teringat orang-orang mati di dalam kubur. Jika melihat kenikmatan, pikirannya akan tertuju kepada kenikmatan surga. Dan hal itu membuatnya berpaling dari segala kesedihan.

Hal terbesar yang ada dalam benaknya adalah bayangan tentang kekekalan tinggal di surga -bahwa keberadaannya di sana- tidak akan terputus, tidak akan hilang, dan tidak akan terganggu oleh sesuatu yang merusak. Hingga ketika ia membayangkan dirinya berpindah-pindah menikmati kenikmatan abadi yang tidak akan sirna itu, ia hampir tak mampu menahan rasa gembira. Segala rasa sakit, penyakit, cobaan, kehilangan orang yang dicintai, datangnya kematian, dan pahitnya sakaratul maut menjadi terasa ringan baginya.

Sesungguhnya orang yang rindu pada Ka’bah akan merasa ringan menempuh padang pasir Zarud, dan orang yang mendambakan kesembuhan tidak memedulikan pahitnya obat.

Seseorang yang mengetahui bahwa kualitas buah di surga sebanding dengan kualitas benih yang ditanam di sini, maka ia memilih benih yang terbaik dan bersegera menanamnya di waktu yang tepat, memanfaatkan sisa umur tanpa rasa malas.

Kemudian seorang mukmin membayangkan masuknya ke dalam neraka dan siksaannya, sehingga hidupnya terasa terganggu dan kegelisahannya semakin kuat. Dengan kedua keadaan itu—mengingat surga dan neraka—ia tersibukkan dari dunia dan segala isinya.

Hatinya bagaikan orang yang mengembara, kadang di padang kerinduan yang luas, kadang di gurun kegelisahan yang mencekam, sehingga ia tidak terlalu memperhatikan bangunan-bangunan dunia.

Apabila kematian mendatanginya, ia menguatkan harapannya akan keselamatan dan menaruh harapan besar bagi dirinya untuk selamat, maka hal itu membuatnya mudah menghadapi kematian.

Ketika ia turun ke dalam kubur dan para malaikat datang untuk menanyainya, sebagian dari mereka berkata kepada yang lain: “Biarkanlah dia, sesungguhnya ia baru saja beristirahat sejak saat ini.”

Kita memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar memberikan kepada kita kewaspadaan yang sempurna, yang mendorong kita untuk mencari segala kebaikan dan menghalangi kita dari memilih segala keburukan. Sebab, jika Dia memberi taufik, maka itu yang menyelamatkan; namun jika tidak, maka tidak ada yang bermanfaat. [PurWD/voa-islam.com]

*Sumber: Shaid al-Khathir, Ibnu Jauzi

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Aqidah lainnya:

• Kunci Robbani Pembuka Pintu Rizki
• Ada Ampunan di Hari Senin & Kamis, Ini Orang yang Tidak Mendapatkannya!
• Jenuh Terhadap Nikmat, Penyakit Hati yang Bikin Tak Tau Diri
• Orang Mengaku Bisa Melihat Jin, itu Musibah!
• Hidupkan Sya’ban dengan Memperbanyak Shiyam
• Hadits ''Ya Allah Berkahi Kami di Rajab dan Syaban''
• Jangan Ikutan Rayakan Tahun Baru Masehi. Ini Alasannya!
• Di Akhir Desember Harus Semakin Khawatir Bencana, Kenapa?