Kamis, 19 Jumadil Awwal 1446 H / 15 Juli 2010 19:20 wib
56.347 views
Hati-hati!! Aktivasi Otak Tengah Ternyata Bohong dan Tidak Ilmiah
Batubara (voa-islam.com) – Menanggapi maraknya seminar aktivasi otak tengah yang biayanya jutaan rupiah, Guru besar dari Universitas Negeri Medan (Unimed) Profesor Syaiful Sagala mengimbau masyarakat Sumatera Utara (Sumut) agar lebih berhati-hati mengikuti apa yang disebut sebagai program pemberdayaan otak tengah.
Program ini kini mulai menjamur di tengah masyarakat, khususnya di kalangan siswa sekolah. “Dalam dunia pendidikan sama sekali tidak dikenal adanya metode pemberdayaan otak tengah. Lagipula, itu katanya disebut dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa. Tidakadaitu,”tutur Syaiful Sagala. Sejauh ini metode pemberdayaan otak tengah belum teruji. Itulah yang menuntut kehati-hatian.”
...’’Kalau ada yang bilang bahwa otak tengah itu ada, itu bohong. Sejauh saya jadi dokter dalam anatomi tubuh manusia, tidak ada otak tengah itu. Saya berani bilang itu tidak dapat dipertanggungjawabkan,” papar Surya Darma...
Lagipula, yang saya ketahui otak tengah itu tidak ada dalam anatomi tubuh manusia,’’ papar profesor bidang pascasarjana itu. Dunia pendidikan hanya mengenal tiga metode yang biasa diterapkan, yakni konstruktifisme, efektifisme, dan humanis. Ketiga metode itu diterapkan melalui proses bertahap dan terus menerus, bukan seperti pemberdayaan otak tengah yang cenderung bersifat instan.
Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Batubara Surya Darma sependapat dengan Profesor Syaiful. Menurut dia, otak tengah itu tidak ada dalam ilmu pengetahuan medis. ’’Kalau ada yang bilang bahwa otak tengah itu ada, itu bohong. Sejauh saya jadi dokter dalam anatomi tubuh manusia, tidak ada otak tengah itu. Saya berani bilang itu tidak dapat dipertanggungjawabkan,” papar Surya Darma.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batubara TM Syafii menyatakan, sejauh ini mereka belum menganjurkan siswa untuk mengikuti program itu. Lagipula, belum ada dukungan atau bukti ilmiah kebenaran program pemberdayaan otak tengah itu. ”Kalau tidak ilmiah, berarti harus diragukan. Saya tidak mau ada siswa yang ikut program, tetapi kemudian tidak mendapatkan apa-apa dari program,” pungkasnya di Limapuluh kemarin. (Ibnudzar/sio)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!