Jum'at, 27 Jumadil Awwal 1446 H / 27 Maret 2020 12:49 wib
3.893 views
Penanganan Covid-19 di Indonesia: Jumlah Kasus Semakin Tinggi
Oleh:
Dina Aprilya
Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
SETELAH menyaksikan perjuangan berbagai negara di belahan dunia dalam melawan pandemi corona, kini giliran masyarakat di Indonesia diuji melawan pandemi ini. Hingga tulisan ini dibuat, pemerintah menyatakan ada 790 kasus positif Covid-19 di Tanah Air.Angka ini bertambah 105 kasus dalam 24 terakhir, jumlah tersebut diyakini akan terus bertambahsejak Selasa (24/3/2020) pukul 12.00 WIB hingga Rabu ini pukul 12.00."Sekarang tambah 105 kasus, sehingga total kasus ada 790 (positif)," ujar juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto dalam konferensi pers di Graha BNPB, Rabu (25/3/2020) sore (tribunmedan.com, 26/03/2020).
Mewabahnya penyakit akibat virus corona (COVID-19) di Indonesia sungguh menyentak. Pemerintah gagap. Rakyat juga tak kalah terperangah. Sama-sama bingung. Pemerintah kelabakan mengelola jalur birokrasi dan koordinasi.Terjebak kebimbangan lockdown atau tidak. Penanganan diserahkan pada pusat atau daerah. Di saat yang sama, masyarakat yang harus memenuhi kehidupannya di luar juga harus berjuang di tengah wabah ini.Kini, jutaan nyawa rakyat sedang menjadi taruhan. Angka korban COVID-19 di Indonesia kian bertambah dengan death rate tercepat di dunia. Tapi kepekaan politikminimal rasa kemanusiaanpara penghulu negara tak jua terbangkitkan.
Ditambah pemerintah yang kini beranggapan untuk tetap mementingkan pertumbuhan ekonomi dibanding prioritas keselamatan rakyatnyanya. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memastikan persiapan pemindahan ibu kota baru ke Kalimantan Timur terus berjalan di tengah sentimen pandemi virus corona. Hal itu diungkapkan oleh juru bicara Luhut, Jodi Mahardi (tempo.co, 25/03/2020).
"Saat ini pemindahan ibu kota masih on track. Kami dan Kementerian BUMN serta Kementerian Keuangan terus berkomunikasi dengan investor dan mitra join venture untuk pemindahan ibu kota," ujar Jodi dalam rekaman video yang diterima wartawan, Rabu, 25 Maret 2020 (tempo.co, 25/03/2020).
Beginilah fakta yang ada di dalam negara sekuler kapitalis, di kondisi seperti ini kita pun mendengar jargon dari berbagai pihak yakni "Jangan tanyakan apa yang sudah kamu terima dari negaramu, tapi apa yang sudah kamu berikan pada negaramu". Jargon ini bukan sekedar pemanis kata. Tetapi benar-benarmenunjukkan orientasi negara.Negara sekuler kapitalis memang tidak berorientasi untuk melayani rakyat jelatanamun menuntut rakyatnya untuk selalu berkorban.Maka negara akan selalu keberatan untuk mensubsidi rakyatnya.
Sementara lain halnya dengan Islam, agama yang mencakup urusan dunia dan akhirat, artinya Islam pasti memiliki cara menyelesaikan segala macam problem kehidupan, namun cara menyelesaikan masalah tersebut diselesaikan dengan mekanisme yang berbeda dengan ideologi lainnya.
Maka dalam menghadapi musibah ini, tentu umat Islam tidak boleh salah bersikap, sehingga tidak rasional dalam bertindak, atau terlalu percaya diri dengan semua teknologi, sehingga muncul sikap takabur dan meremehkan pandemi serta membuang nilai spiritualitas dalam menghadapi musibah. Justru, seharusnya umat Islam menunjukan pada dunia, sikap terbaik dalam menghadapi pandemi ini, sesuai ajaran Islam, baik dari sisi akidah maupun syariah, agar dunia mengetahui keagungan ajaran Islam.
Krisis dan pandemi bukan baru sekali ini terjadi dalam sejarah kehidupan umat manusia, termasuk di era kejayaan Islam. Ini dapat terselesaikan karena selama ini negara juga mengurusi urusan rakyatnya. Negara memberikan apa yang menjadi hak rakyat. Sandang, papan, pangan, pendidikan, keamanan, kesehatan, serta kesejahteraan difasilitasi oleh negara dengan seutuhnya. Sebab penguasa muslim beserta rakyatnya saling bekerja sama serta taat terhadap hukum syara’. Inilah kunci utama, mengapa Khilafah bisa bertahan hingga lebih dari 13 abad.
Artinya, dalam konteks penguasa, Islam mengharuskan penguasa didalam negaranya mengutamakan kemaslahatan rakyat diatas segalanya, terlebih disaat pandemi corona semakin meningkat di negeri ini. Artinya kebijakan apapun yang diambil penguasa, tidak boleh berdasarkan kepentingan yang lain, seperti ekonomi, investasi atau perdagangan, namun wajib mengutamakan upaya pencegahan dan menghentikan pandemi corona di negeri ini, apapun resikonya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda:
“Seorang Imam adalah pengurus rakyatnya dan bertanggungjawab perihal urusan rakyatnya.” (HR. Al-Bukhari, 893).
Karena itu penguasa wajib menyediakan secara maksimal: alat pengetesan corona, laboratorium pengujian, rumah sakit khusus pandemi dengan kapasitas besar dan tersebar, tenaga ahli dan medis untuk membuat vaksin secepat mungkin, mengerahkan tenaga kesehatan untuk atasi korban pandemi, menyediakan anggaran besar untuk kesehatan, dan segala hal yang diperlukan untuk menghentikan pandemi.Ini semua dapat diperoleh jikalau negara nya mampu mengelola sumber daya yang ada sehingga terjamin juga perekonomian negara. Begitulah rumusan Islam menghadapi pandemi corona ini, namun satu yang pasti, umat Islam harus yakin bahwa segala ujian dan musibah ini, pasti akan berakhir. Wallahu’alam bishawab.*
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!