Rabu, 27 Jumadil Awwal 1446 H / 11 Maret 2020 12:25 wib
4.870 views
Kesejahteraan Keluarga, Islam Solusinya
SETIAP keluarga muslim tentu mendambakan kehidupan yang islami. Dimana seorang ibu dapat memaksimalkan perannya sebagai pendidik pertama bagi anak-anaknya. Namun, mewujudkan hal tersebut cukup sulit dilakukan hari ini. Betapa tidak, menjadi seorang ibu kini harus merangkap dua tugas sekaligus.
Tak hanya memerankan tugasnya sebagai pendidik generasi, adakalanya seorang ibu harus turut dalam memerankan peran seorang ayah dalam mencari nafkah. Bukan tanpa sebab, untuk mencukupi kebutuhan makan, biaya listrik, biaya pendidikan anak, dan sederet kebutuhan lain akan sulit untuk tercukupi jika hanya satu pihak yang bekerja. Tentu saja akibat kondisi ini, tak sepenuhnya waktu ibu tercurah untuk buah hatinya.
Masalah ekonomi kini memang masih membelenggu negeri ini. Meski Pemerintah menyebut angka kemiskinan yang terus menurun, faktanya masih banyak di luar sana para ibu yang harus bekerja sebab pendapatan suami yang tak mencukupi. Ini bukti bahwa perekonomian negeri memang tak sedang baik-baik saja.
Dan kondisi ekonomi yang demikian adalah buah dari penerapan ekonomi kapitalisme dengan prinsip kebebasan dan asas manfaat yang menjadi ruhnya. Sehingga memberikan kemudahan bagi siapapun yang memiliki modal untuk bisa menguasai sejumlah besar sumber daya alam (SDA) suatu negara. Akibat hal ini, mayoritas masyarakat yang tak memiliki modal harus puas dengan sedikit remah-remah yang didapat. Dan hal ini pula yang membuat hidup semakin sulit.
Jika penguasaan sumber daya alam diserahkan kepada pemilik modal demikianlah akibatnya. Para pemodal tentu hanya peduli terhadap pundi-pundi uang, bukan pada kesejahteraanrakyat. Sehingga meskipun negeri ini berlimpah emas, batu bara, minyak bumi, dsb. Semua itu tak pernah benar-benar menyejahterakan rakyat selagi kapitalisme masih dipercaya dalam mengatur negeri ini. Papua adalah contoh nyata, sudah bertahun-tahun freepot menjadi penguasa di tambang tersebut, apakah rakyat papua tercukupi kebutuhan hidupnya, sandangnya, pangannya? Nyatanya tidak bukan?
Oleh karenanya, jika problem selama ini adalah penguasaan SDA oleh para pemodal yang membuat kesejahteraan tak secara merata dirasakan oleh rakyat, maka hal ini harusnya menjadi fokus perhatian. Artinya, sistem seperti ini tak seharusnya terus dibiarkan untuk mengatur negeri ini. Dengan demikian butuh adanya perubahan untuk tuntaskan masalah tersebut.
Sebelum muncul permasalahan seperti ini, ratusan tahun silam Islam telah memberikan pengaturan yang luar biasa berkaitan permasalahan ekonomi. Dimana sistem ekonomi Islam mengatur kepemilikan harta dengan melihat dari mana asal perolehannya. Jika harta tersebut diperoleh dari sumber yang tidak terbatas jumlahnya, maka ada larangan bagi setiap individu maupun kelompok untuk memilikinya. Dalil dalam perkara ini adalah sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban “Sesungguhnya dia (Abyadl bin Hammal) mendatangi Rasulullah saw, dan meminta beliau saw agar memberikan tambang garam kepadanya.
Ibnu al-Mutawakkil berkata, “yakni tambang garam yang ada di daerah Ma’rib.” Nabi saw pun memberikan tambang itu kepadanya. Ketika, Abyad bin Hamal ra telah pergi, ada seorang laki-laki yang ada di majelis itu bekata, “Tahukan anda, apa yang telah anda berikan kepadanya? Sesungguhnya, anda telah memberikan kepadanya sesuatu yang seperti air mengalir”. Ibnu al-Mutawakkil berkata, “lalu Rasulullah saw mencabut kembali pemberian tambang garam itu darinya (Abyadl bin Hammal)”.
Dengan demikian jelas bahwa, tambang atau sejenisnya yang sifatnya tak akan pernah habis tidak boleh diserahkan kepada selain negara dalam mengelolanya. Sebab pelanggaran akan hal tersebut hanya akan timbulkan kerusakan sebagaimana yang kini tengah terjadi. Maka sungguh keberkahan dalam hidup hanya akan terjadi jika aturan Allah benar-benar diterapkan di tengah-tengah kita. Bukan hanya perkara ekonomi yang dapat tersolusi, melainkan akan memberi kemudahan bagi manusia dalam berbagai aspek kehidupan.*
Sri Wahyuni, S.Pd
Desa Pakistaji, Kec.Kabat, Kab. Banyuwangi, Jawa Timur
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!