Senin, 28 Jumadil Awwal 1446 H / 9 Maret 2020 21:16 wib
4.123 views
Kemiskinan 0 Persen Bisa, Asalkan...
Oleh:
Chusnatul Jannah
Anggota Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban
CITA-CITA Pak Jokowi di tahun 2045 kemiskinan mencapai 0 persen dianggap harapan muluk. Bagai pungguk merindukan bulan. Bukan karena pesimis, namun karena fakta ekonomi yang kian muram. Ekonomi Indonesia bisa dibilang stagnan. Sebagaimana diketahui pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2019 gagal melebihi atau menyamai pertumbuhan ekonomi di 2018. Pertumbuhan ekonomi di 2019 mentok di angka 5,02 persen. Lebih rendah dibanding tahun 2018 lalu yang mencapai 5,17 persen.
Melihat kondisi ekonomi global yang berada dalam ketidakpastian, lalu pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menurun, target 0 persen kemiskinan itu dinilai sulit tercapai. Meski angka kemiskinan diklaim turun, yaitu mencapai 9,22 persen atau sebanyak 24,9 juta penduduk, gelombang PHK masih saja terjadi. Terlebih lagi berbagai tarif dan kenaikan biaya, mungkinkah angka kemiskinan turun lagi?
Sebelumnya, penduduk kategori miskin menurut standar yang dibuat pemerintah adalah mereka yang memiliki pendapatan di bawah Rp 425.250 per kapita per bulan. Dari sini bisa dilihat, standar kemiskinan ini tidak logis. Bayangkan, pendapatan sebesar itu cukupkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari? Disamping kebijakan pemerintah yang menaikkan tarif dan biaya tahun ini. Dihitung-hitung ya tidak cukup. Belum biaya pendidikan yang mahal, tarif BPJS kesehatan yang mengalami kenaikan, tarif dasar listrik, kebutuhan pokok dan sebagainya. Uang sebesar 400 ratus ribu sangat jauh dari kata menyejahterakan hidup.
Standar miskin yang ditetapkan pemerintah sesungguhnya tidaklah sesuai fakta. Hitungan angka terkadang tak sama dengan realita. Boleh saja target kemiskinan 0 persen. Namun, RUU Cipta Kerja yang kontroversi itu justru berpotensi menyumbang peningkatan pengangguran dan kemiskinan. Sulit kerja lalu menganggur dan akhirnya sulit memenuhi kebutuhan hidup. Terlebih, sikap negara yang terkesan lepas tanggungjawab. Kesusahan rakyat tak dipandang oleh mereka yang memegang kekuasaan.
Dalam fitrahnya, siapapun tak ingin miskin. Semua manusia pasti menginginkan sejahtera. Kondisi miskin tidak serta merta berdiri sendiri. Meski ada kemiskinan lantaran memang bagian dari ujian kehidupan. Namun tak jarang kemiskinan terjadi karena sistem yang diterapkan. Sistem ekonomi kapitalis hari ini adalah penyebab utama kemiskinan yang terjadi. Yang kaya makin kaya, yang miskin tetap miskin. Dalam Islam, kemiskinan tidak diukur dari pendapatan dan pengeluaran, tetapi dari pemenuhan kebutuhan dasar perorangan. Kebutuhan itu mencakup sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan yang layak. Namun dalam kapitalis, kemiskinan dihitung dengan dipukul rata. Tak melihat satu per satu realitas kebutuhan dasar rakyat sudah terpenuhi atau tidak.
Mungkinkah kemiskinan 0 persen terwujud? Mungkin saja, asal berhentilah menerapkan sistem ekonomi kapitalis-liberal yang jelas menyengsarakan. Target kemiskinan 0 persen bisa, asalkan terapkan kebijakan yang memihak rakyat. Jangan kejar rakyat dengan pajak segala rupa. Lakukan swasembada pangan secara mandiri. Jangan banyak ngutang dan kejar investasi asing yang bikin rugi. Kelola kekayaan alam kita sendiri. Tidak ada jual beli dalam aset negara. Berilah fasilitas pendidikan dan kesehatan gratis untuk rakyat. Rakyat juga jangan dibebani dengan berbagai tarif yang memberatkan.
Jika itu dilakukan, mungkin saja kemiskinan berkurang drastis. Hal itu pernah terjadi pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Dalam dua tahun kepemimpinannya, hampir tidak ditemukan penduduk miskin. Bahkan sang Khalifah sampai dibuat bingung harus diserahkan pada siapa harta zakat yang terkumpul. Karena rakyatnya merasa tidak berhak menerima zakat. Semua sejahtera dan kebutuhan dasarnya terpenuhi. Itu adalah contoh nyata sepanjang sejarah. Kemiskinan nihil bisa saja asal ekonominya berbasis syariah. Kalau berbasis kapitalis-liberal target itu seperti mimpi yang sulit terwujud.*
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!