Kamis, 17 September 2015 11:53 wib
Di zaman Jokowi rakyat bertambah mlarat. Rakyat bertambah susah. Segalanya menjadi sulit. Bukan menjadi mudah. Termasuk mempertahankan hidup sekarang sangat sulit. Potret kehidupan rakyat miskin, nampak di mana-mana, dan sangat menyedihkan.
more →
Selasa, 15 September 2015 08:33 wib
Begitulah Jokowi. Berpolitik dengan 'zig-zaq'. Semuanya yang diucapkan dan dinyatakannya diselisihi sendiri. Sejak mulai membentuk pemerintahan, sampai hari ini, inkonsistensi alias tidak istiqomah dalam berpendirian menjadi ciri khas Jokowi.
more →
Sabtu, 12 September 2015 20:29 wib
Sejak berlangsungnya gelombang pengungsi dan imigran ke negara-negara Uni Eropa, pemerintah Arab Saudi menegaskan telah menerima sekitar 2,5 juta warga Suriah sejak awal konflik di negara itu, ungkap sumber resmi di Kementerian Saudi Luar Negeri (Kemlu), Jum'at, 11/9/2015.
more →
Jum'at, 11 September 2015 07:59 wib
Di tengah krisis ekonomi Indonesia yang menghebat, justru terjadi 'power struggle' (perebutan) kekuasaan diantara para pemangku kekuasaan. Siapa yang akan menjadi 'the winner' dalam 'power struggle' itu? Mega, Jokowi, JK, Lulhut, atau Surya Paloh? Mereka sekalipun di luar nampak satu 'kongsi', tapi mereka 'berperang' dalam memperebutkan pusat kekuasaan.
more →
Kamis, 10 September 2015 05:51 wib
Para demonstan yang berkumpul di luar kantor perdana meneri Inggris, Downing Street, menyerukan Perdana Menteri Inggris David Cameron menjatuhkan sanksi terhadap Israel sebagai penjahat kemanusiaan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tiba di Inggris, Rabu, 10/8/2015.
more →
Rabu, 9 September 2015 14:36 wib
Aksi yang diikuti oleh puluhan ribu rakyat Turki turun ke jalan memprotes kekerasan teror yang dilakukan oleh PKK (Kurddi), berlangsung memasuki hari kedua, Selasa, 8/8/2015.
more →
Senin, 7 September 2015 20:23 wib
Seluruh media internasional tanpa henti menjadi 'headline news' (berita utama) tentang pengungsi dan imigran yang sedang berjuang ingin mendapatkan kehidupan baru di Uni Eropa.
more →
Jum'at, 4 September 2015 17:53 wib
Di tengah krisis menyengsarakan rakyat dua yang orang mengaku wakil rakyat datang ke New York, menemui kandidat paling populer dari Partai Republik Donal Trump. Trump berdasarkan polling merupakan kandidat paling populer di Amerika, mengalahkan kandidat Jeb Bush.
more →
Jum'at, 4 September 2015 07:03 wib
WASHINGTON (voa-islam.com) - Raja Saudi Salman bin Abdulaziz bertemu dengan Presiden Barack Obama di Gedung Putih membahas stiuasi keamanan regional, termasuk Rencana Aksi Konfrenhensif Bersama (JCPOA), sesudah tercapainya perjanjian antara Iran dan kekuatan dunia atas program nuklirnya yang kontroversial itu, Kamis, 3/9/2015.
Lebih khusus, kedua pemimpin itu, Arab Saudi dan Amerika akan membahas dampak dari perjanjian antara Iran dengan kekuatan dunia, dan dampaknya terhadap situasi keamanan regional, khususnya di kawasan Teluk. Iran telah menciptakan kondisi instabilitas diberbagai negara, seperti di Lebanon, Irak, Bahrain, Yaman, dan dukungna terhadap pemerontak Syi'ah Houthi di Yaman. Ini menjadi kepratinan Raja Salman bin Abdul Aziz.
Sejak Raja Salman bin Abdul Aziz menggantikan Raja Abdullah bulan Januari lalu, Arab Saudi menghadapi situasi tidak stabil di kawasan di kawasan Teluk. Ini membuat Raja Salman bin Abdul Aziz, kembali menengok ke Washington. Selama Arab Saudi menjadi Amerika Serikat sebagai 'payung' keamanan bagi negara 'petro dolar' itu.
Sebaliknya Amerika melihat Arab Saudi yang kaya minyak itu, sebagai sekutu strategisnya. Tapi, sekarang Arab Saudi telah dicampakan oleh Washington, sejak sudah tidak penting lagi bagi Amerika, karena Amerika menemukan cadangan minyak yang besar di negaranya, dan tidak perlu bergantung kepada Arab Saudi.
Karena itu, Amerika Serikat dibawah Barack Obama, lebih bersikap pragmatis, dan cenderung oportunis, di mana sekarang ini terjadi 'powershif' (pergeseran) kekusaan. Amerika sekarang memegang 'kartu' Iran yang dimainkan, menghadapi kelompok radikal (teroris) Sunni. Di mata Amerika dengan sangat jelas memposisikan Arab Saudi, sebagai sumber lahirnya 'terorisme', yang bersumber dari ajaran Wahabi.
Amerika berubah haluan dan menggunakan 'proxy' (tangan) Syiah Iran menghadapi kelompok radikal Sunni, dan sekarang sudah berubah menjadi ancaman global, yaitu ISIS.
ISIS membuat Washington sudah kehilangan akal, dan sttategi mengeliminir ISIS ini. Sejatinya ISIS dan kelompok-kelompok radikal yang lahir di Timur Tengah adalah 'limbah' dari campur tangan Amerika di kawasan Timur Tengah dan Teluk, lebih dari dua dekade. Sekarang Amerika mengkonsolidasikan seluruh kekuatan Arab melawan kelompok radikal, diantaranya ISIS.
Di tengah perubahan yang terjadi di Washington yang sekarang berkolaborasi dengan Iran, yang disebut Presidenn George Walker Bush sebagai 'evil' (stan), dan Amerika menggunakan 'evil' itu, menghadapi kelompok-kelompok radikal Sunni, yang dipandang sebagai ancaman global. Genderang perang itu, berlangsung sejak peristiwa 11 September 2001, pemboman atas Gedung WTC di Manhattan, New York.
Raja Salman bin Abdul Aziz, sejauh ini masih terus berusaha meniadakan ancaman nuklir Iran. Namun, Washington lebih takut ancaman yang datang dari kelompok radikal Sunni. Dengan perjanjian nuklir antara Iran dengan kekuatan utama dunia, bermaksud 'mengikat' Iran dengan ikatan perjanjian, dan meminimalkan ancaman nuklir Iran, dan sebagai imbalannya, Iran akan mendapatkan 100 miliar dollar, termasuk dicabutnya sanksi ekonomi atas Iran oleh Barat.
Raja Salman hanya meminta jaminan dari Washington, khususnya terkait dengan keamanan regional, khususnya ancaman dari Iran. Washington memberikan jaminan keamanan atas Arab Saudi, tapi Washington menekan Riyad agar mau bersama Amerika membasmi kekuatan radikal Sunni yang sekarang sudah menyebar di berbagai kawasan. Amerika tidak ingin Suriah jatuh ke tangan ISIS. Itulah hakekat pertemuan antara Raja Salman dengan Barack Obama di Washington. Wallahu'alam. dta
Raja Saudi Salman bin Abdulaziz bertemu dengan Presiden Barack Obama di Gedung Putih membahas stiuasi keamanan regional, termasuk Rencana Aksi Konfrenhensif Bersama (JCPOA), sesudah tercapainya perjanjian antara Iran dan kekuatan dunia atas program nuklirnya yang kontroversial itu, Kamis, 3/9/2015.
Raja Saudi Salman bin Abdulaziz bertemu dengan Presiden Barack Obama di Gedung Putih membahas stiuasi keamanan regional, termasuk Rencana Aksi Konfrenhensif Bersama (JCPOA), sesudah tercapainya perjanjian antara Iran dan kekuatan dunia atas program nuklirnya yang kontroversial itu, Kamis, 3/9/2015.
more →
Kamis, 3 September 2015 07:49 wib
Hanya kengerian setiap melihat sudut kota-kota Suriah. Hancur total. Kekejaman, kejahatan, kebiadaban, kebengisan yang tidak ada bandingnya. Di mana-mana hanya tercium bau anyir darah. Darah rakyat. Darah terus tertumpah.
more →