TEPI BARAT, PALESTINA (voa-islam.com) - Israel telah menahan 20.000 warga Palestina di Tepi Barat sejak perang di Gaza dimulai dua tahun lalu, menurut penelitian dari pemantau hak Palestina yang menandai ulang tahun konflik tersebut.

Laporan yang diterbitkan oleh Komisi Urusan Narapidana dan Tahanan, Klub Tahanan Palestina, dan Addameer menyatakan bahwa di antara yang ditahan terdapat 1.600 anak-anak dan 595 perempuan.

Jumlah ini tidak termasuk Gaza, di mana ribuan orang telah diculik oleh pasukan Israel dan ditahan secara terisolasi di kamp militer.

Setidaknya 77 warga Palestina meninggal saat ditahan dalam dua tahun terakhir akibat penyiksaan, kekurangan gizi, dan penolakan perawatan medis, menurut laporan tersebut.

Tidak diketahui berapa banyak orang yang diculik dari Gaza yang meninggal dalam fasilitas tahanan Israel.

Organisasi-organisasi tersebut mengatakan otoritas Israel melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, dengan saksi dan bukti fisik menunjukkan penggunaan penyiksaan, kekerasan seksual, kelaparan, dan pengabaian medis secara luas.

Di antara ribuan yang ditahan di Tepi Barat terdapat 360 tenaga medis dan 202 jurnalis.

Laporan PBB tahun lalu menyatakan bahwa sejumlah besar warga Palestina telah ditahan sejak 7 Oktober, banyak dari mereka ditahan tanpa dakwaan dalam kondisi yang disebut "menyedihkan."

Kepala hak asasi manusia PBB, Volker Turk, menuduh otoritas Israel melakukan "pelanggaran terang-terangan" hukum internasional berdasarkan kesaksian pribadi tentang perlakuan buruk dan penyiksaan.

Saat ini terdapat 11.000 warga Palestina yang ditahan di penjara Israel, banyak tanpa dakwaan, jumlah tertinggi sejak pecahnya Intifada Kedua pada tahun 2000.

Pada Selasa (7/10/2025) pagi, pasukan Israel menahan setidaknya 15 warga Palestina di kamp pengungsi dekat Ramallah dalam operasi besar-besaran di kamp El-Bireh dan Jalazone di utara kota tersebut.

Pasukan juga melakukan penguncian beberapa kota di gubernur, termasuk Atara dan Deir Ammar.

Pada hari yang sama, pemukim dan tentara Israel merusak 150 pohon zaitun di desa di Masafer Yatta, wilayah di selatan Bukit Hebron yang telah lama menjadi sasaran pemukim ekstremis. (TNA/Ab)