Jum'at, 15 Jumadil Awwal 1446 H / 6 Mei 2022 19:59 wib
4.092 views
Laporan: Raksasa Media Sosial Gagal Menindak 89 Persen Postingan Kebencian Anti-Muslim
AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Perusahaan raksasa media sosial gagal menindak 89% postingan yang berisi kebencian anti-Muslim dan konten Islamofobia yang dilaporkan kepada mereka, menurut sebuah laporan baru-baru ini.
"Laporan ini mengungkap bahwa perusahaan media sosial, termasuk Facebook, Instagram, TikTok, Twitter, dan YouTube, gagal menindak 89% postingan berisi kebencian anti-Muslim dan konten Islamofobia yang dilaporkan kepada mereka," kata Center for Countering Digital Hate (CCDH).
Dalam pernyataan bersama pada tahun 2019, Meta (saat itu Facebook), Twitter dan Google berkomitmen untuk menegakkan seruan Christchurch untuk menghilangkan konten teroris dan ekstremis kekerasan secara online.
Raksasa media sosial tersebut menyatakan bahwa mereka akan tegas dalam "komitmen mereka untuk memastikan mereka melakukan semua yang mereka bisa untuk memerangi kebencian dan ekstremisme yang mengarah pada kekerasan teroris."
"Sekali lagi, siaran pers mereka terbukti tidak lebih dari janji kosong," kata laporan itu.
Peneliti CCDH melaporkan 530 postingan yang berisi konten yang mengganggu, fanatik, dan tidak manusiawi yang menargetkan Muslim melalui karikatur rasis, konspirasi, dan klaim palsu.
Postingan ini dilihat setidaknya 25 juta kali. Banyak konten yang melecehkan dengan mudah dapat diidentifikasi, namun masih ada kelambanan, katanya.
Menyatakan bahwa Instagram, TikTok dan Twitter memungkinkan pengguna untuk menggunakan tagar seperti #deathtoislam, #islamiscancer dan #ragheadi, laporan itu lebih lanjut mengatakan konten yang menyebar menggunakan tagar menerima setidaknya 1,3 juta tayangan.
Konten semacam itu semakin membahayakan komunitas ini dengan mendorong "perpecahan sosial, menormalkan perilaku kasar, dan mendorong serangan dan penyalahgunaan offline," tambahnya.
"Lebih buruk lagi, platform mendapat untung dari kebencian ini, dengan senang hati memonetisasi konten, interaksi, dan perhatian serta bola mata yang dihasilkan. Bagi mereka, kebencian adalah bisnis yang baik," katanya. (TDS)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!