Selasa, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 30 Juli 2019 23:58 wib
2.575 views
Sekjen PBB: Anak-anak Paling Rentan Jadi Korban Perdagangan Manusia
ANKARA (voa-islam.com) - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada hari Selasa ini mengatakan bahwa anak-anak adalah salah satu korban perdagangan manusia yang paling terkena dampaknya.
"Perdagangan manusia adalah kejahatan keji yang terjadi di sekitar kita. Para korban - 30% di antaranya adalah anak-anak - dikenakan kerja paksa, eksploitasi seksual dan bentuk pelecehan lainnya," kata Guterres dalam sebuah tweet pada kesempatan Hari Dunia Menentang Perdagangan Manusia.
Guterres juga mendesak masyarakat internasional untuk berbuat lebih banyak untuk membawa para penjahat pelaku perdagangan manusia ke pengadilan, dan membantu para korban membangun kembali kehidupan mereka".
Masalah ini semakin menarik perhatian ketika Nadia Murad, seorang aktivis hak asasi manusia dari warga Ezidi Irak yang menghabiskan tiga bulan di sel penjara Daesh, dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada 2018.
Setelah pindah ke Jerman, Nadia Murad juga menjadi duta besar PBB untuk martabat korban perdagangan manusia.
Dalam laporan terbarunya tentang perdagangan manusia, PBB telah mengumpulkan informasi selama 13 tahun terakhir tentang sekitar 700 korban perdagangan manusia untuk pengambilan organ di 25 negara.
Mayoritas korban telah diidentifikasi dari Amerika dan di Asia, kata laporan itu.
"Selain perdagangan domestik dan subregional, negara-negara kaya lebih mungkin menjadi tujuan bagi para korban yang terdeteksi diperdagangkan dari negara asal yang lebih jauh," katanya, menekankan Eropa Barat dan Selatan dan negara-negara di Timur Tengah mencatat jumlah besar korban yang diperdagangkan dari negara lain.
Pada 2013, Majelis Umum PBB telah mengadakan pertemuan tingkat tinggi untuk membahas rencana aksi globalnya. Negara-negara anggota kemudian juga mengadopsi resolusi dan menetapkan 30 Juli sebagai Hari Dunia Menentang Perdagangan Manusia.[fq/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!