Jum'at, 1 Sya'ban 1446 H / 28 Juni 2019 10:00 wib
5.033 views
Polisi Sudan Tembakkan Gas Air Mata untuk Bubarkan Demonstrasi Mahasiswa di Khartoum
KHARTOUM, SUDAN (voa-islam.com) - Polisi anti huru hara di Sudan yang dilanda krisis telah menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstrasi mahasiswa melawan penguasa militer yang diadakan di ibukota Khartoum.
Sekitar 300 siswa dari perguruan tinggi perbankan di Khartoum menggelar unjuk rasa spontan Kamis (27/6/2019), meneriakkan "kebebasan, perdamaian, keadilan", seruan gerakan protes yang menyebabkan penggulingan mantan presiden Omar al-Bashir.
"Banyak dari mereka memegang spanduk yang menyerukan pemerintahan sipil karena mereka memprotes tidak jauh dari istana kepresidenan," kata seorang saksi mata kepada AFP, seraya menambahkan bahwa polisi anti huru hara tiba dengan segera dan menembakkan gas air mata pada demonstran.
Tidak ada laporan segera tentang kemungkinan cedera atau penangkapan.
Orang-orang Sudan yang marah telah mengadakan demonstrasi protes sporadis dan tersebar dalam beberapa hari terakhir di Khartoum menjelang demonstrasi massa yang disebut oleh gerakan protes payung Aliansi untuk Kebebasan dan Perubahan yang akan diadakan di Khartoum dan kota-kota lain pada 30 Juni melawan para jenderal yang telah merebut kekuasaan sejak 11 April.
Ini adalah seruan nasional pertama semacam itu sejak penumpasan brutal terhadap aksi duduk di luar markas tentara pada 3 Juni yang menewaskan puluhan orang dan ratusan lainnya luka-luka.
Para pemimpin protes dari aliansi mengatakan sekitar 130 orang telah kehilangan nyawa mereka sejak penumpasan 3 Juni, sebagian besar dari mereka pada hari itu sendiri. Pemerintah menempatkan korban tewas pada 61 orang, termasuk tiga personil keamanan.
Sekelompok lima pakar hak-hak PBB telah mendesak Dewan Hak Asasi Manusia untuk meluncurkan "penyelidikan independen" terhadap kemungkinan pelanggaran yang dilakukan oleh pasukan keamanan Sudan terhadap "demonstran damai."
Pada 11 April, militer Sudan menggulingkan dan kemudian memenjarakan Bashir setelah sekitar empat bulan protes meluas atas kondisi ekonomi yang mengerikan dan melonjaknya harga komoditas pokok. Bashir sendiri berkuasa melalui kudeta militer pada tahun 1989.
Menyusul pemecatan Bashir, para pemimpin kudeta mendirikan apa yang disebut Dewan Militer Transisi (TMC) dengan tugas menjalankan urusan negara. Namun para pemimpin kudeta juga bergerak untuk mengkonsolidasikan kekuasaan dan menghadapi protes rakyat sendiri.
Para pemimpin protes kemudian mulai bernegosiasi dengan para jenderal dalam upaya untuk melakukan transisi damai, dan sementara kedua belah pihak membuat beberapa kemajuan dalam pembicaraan, negosiasi tiba-tiba gagal pada bulan Mei atas ketidaksepakatan yang tersisa.
Gerakan protes kemudian menyerukan pemogokan umum, dan ketegangan melonjak. TMC mulai meluncurkan tindakan keras terhadap para pengunjuk rasa, yang menuntut TMC untuk segera menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sipil. (st/ptv)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!