Ahad, 15 Jumadil Awwal 1446 H / 30 Desember 2018 11:15 wib
3.915 views
Hamas Bantah Klaim Mubarak Mereka Mengirimkan Ratusan Pejuang ke Mesir Selama Pemberontakan 2011
KAIRO, MESIR (voa-islam.com) - Gerakan politik Palestina Hamas pada hari Sabtu (29/12/2018) membantah tuduhan Presiden Mesir Hosni Mubarak yang digulingkan bahwa mereka menyusupkan ratusan orang di seberang perbatasan selama pemberontakan 2011.
Mubarak menjadi saksi di pengadilan Kairo pada hari Rabu untuk memberikan kesaksian tentang pembobolan penjara yang diduga diatur oleh penggantinya Muhammad Mursi dan anggota Ikhwanul Muslimin (IM).
Mantan presiden itu mengatakan ia telah menerima informasi pada saat itu dari kepala intelijennya mengenai infiltrasi oleh pejuang dari Jalur Gaza ke timur negara itu selama pemberontakan.
"Jenderal Omar Suleiman memberi tahu saya pada 29 Januari 2011) bahwa 800 gerilyawan bersenjata menyusup ke perbatasan," katanya, seraya menambahkan bahwa pejuang dari Hamas, dibantu oleh penduduk Sinai Utara, menggunakan terowongan bawah tanah untuk menyeberang.
Namun Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya "sangat menyangkal klaim yang dibuat oleh presiden Mesir yang digulingkan Mohammed Hosni Mubarak selama kesaksiannya di pengadilan".
"Mubarak mengklaim bahwa Hamas mengirim 800 anggota ke Kairo untuk membebaskan tahanan Palestina, Mesir, dan Arab dari penjara-penjara Mesir," katanya.
"Sementara Hamas menyesalkan desakan beberapa pihak untuk melibatkan gerakan Palestina ke dalam urusan internal Mesir, Hamas menegaskan kembali komitmennya pada kebijakannya untuk tidak campur tangan dalam urusan internal negara-negara lain."
Mubarak digulingkan pada 2011 setelah tiga dekade memimpin.
Pada Maret 2017, ia dibebaskan dari tuduhan membunuhi demonstran, tetapi ia masih dalam penyelidikan karena dugaan korupsi.
Mursi memerintah Mesir hanya satu tahun sebelum protes massa yang dimotori kelompok sekuler dan liberal mendorong kepala militer dan sekarang Presiden Abdel Fattah al-Sisi untuk menggulingkannya pada Juli 2013.
Sebulan kemudian, pasukan keamanan Mesir mendatangi para pendukung mantan Presiden Muhammad Mursi yang sedang melakukan aksi protes damai, menewaskan sedikitnya 817 demonstran dalam beberapa jam.
Itu adalah pembunuhan massal terbesar dalam sejarah modern Mesir. Laporan menyebutkan jumlah korban tewas sendiri lebih dari seribu.
Pihak berwenang Mesir sejak itu telah memimpin penumpasan brutal terhadap para pembangkang politik, menangkap belasan ribu orang dan menjatuhkan hukuman mati atau penjara seumur hidup pada ratusan orang, dalam pengadilan massal yang sangat tidak adil.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia memperkirakan bahwa sebanyak 60.000 tahanan politik merana di penjara-penjara Mesir, jauh lebih banyak daripada di bawah kediktatoran Hosni Mubarak. (st/TNA)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!