Rabu, 15 Jumadil Awwal 1446 H / 19 Desember 2018 20:15 wib
4.353 views
Laporan: Jenderal Ahmed Al-Asiri Lakukan Perjalanan Rahasia ke Israel Atas Nama MBS
AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Seorang pejabat senior intelijen Saudi yang dipecat atas dugaan keterlibatannya dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi melakukan perjalanan rahasia ke Israel atas nama Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman (MBS), Wall Street Journal melaporkan pada hari Selasa (18/12/2018), mengutip sumber yang akrab dengan kunjungan tersebut.
Menurut sumber-sumber surat kabar itu, Mayor Jenderal Ahmed al-Assiri, mantan wakil kepala intelijen Saudi yang dipecat oleh Riyadh pada bulan Oktober, mengunjungi Israel untuk membahas bagaimana Arab Saudi dapat mengambil manfaat dari teknologi mata-mata Israel.
WSJ mengatakan bahwa satu lagi pembantu terdekat Mohammed Bin Salman, Saud al-Qahtani, yang juga dipecat atas pembunuhan Khashoggi, juga terlibat dalam upaya-upaya rahasia untuk meningkatkan hubungan Saudi-Israel.
Sumber-sumber mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa Qahtani, penasehat media putra mahkota, mengeluarkan arahan kepada pers Saudi untuk membantu melunakkan citra Israel dan terlibat dalam pembelian teknologi spyware dari perusahaan Israel di Riyadh.
"Qahtani adalah pemain kunci dalam semua ini," kata seorang pejabat Saudi. "Dia menginginkan yang terbaik dan dia tahu bahwa perusahaan Israel menawarkan yang terbaik."
Baik Assiri maupun Qahtani tidak menanggapi permintaan untuk komentar, dan baik pemerintah Saudi maupun Israel tidak memberikan komentar untuk cerita itu, kata WSJ.
Amerika Serikat telah menjadi kekuatan pendorong dalam upaya meningkatkan hubungan antara Israel dan Arab Saudi, karena pemerintahan Presiden Donald Trump telah mempromosikan hubungan yang kuat antara pemerintah Israel dan negara-negara Teluk sebagai cara untuk melawan Iran.
Hubungan Saudi-Israel telah berkembang di sektor teknologi, keamanan dan bisnis.
Pemerintah Saudi telah menggelontorkan investasi setidaknya $ 100 juta di berbagai perusahaan teknologi Israel, WSJ melaporkan, mengutip orang-orang yang akrab dengan kesepakatan itu, sementara perusahaan Israel melihat Arab Saudi memiliki pasar yang menguntungkan untuk produk mereka.
Namun, kemarahan global setelah pembunuhan Khashoggi telah menjadi kemunduran bagi hubungan Saudi-Israel yang sedang berkembang, karena Riyadh tidak ingin terperosok dalam skandal lain.
"Semuanya telah mendingin tepat setelah pembunuhan Khashoggi," kata seorang pejabat senior pemerintah Saudi kepada WSJ. "Hal terakhir yang kerajaan inginkan adalah agar ini muncul sekarang dan menyebabkan reaksi lain."
Menargetkan para pembangkang Saudi di luar negeri
Awal bulan ini, seorang pembangkang Saudi di Kanada mengatakan dia menggugat sebuah perusahaan perangkat lunak Israel yang katanya membantu Riyadh meretas ponselnya untuk memata-matai korespondensinya dengan Khashoggi, yang dibunuh di konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober.
Middle East Eye sebelumnya telah melaporkan bahwa Assiri adalah tokoh kunci dalam pembentukan unit khusus yang didirikan oleh putra mahkota untuk menargetkan para pembangkang Saudi di luar negeri.
Dikenal sebagai "Pasukan Macan", sumber dengan pengetahuan tentang bagaimana unit itu diciptakan mengatakan kepada MEE itu dinamai seperti Assiri.
"Assiri terkenal di antara rekan-rekannya sebagai 'Macan Selatan'. Sejak perang koalisi [di Yaman], media Saudi juga mulai memanggil Assiri 'the Beast', dan dia menyukai julukan ini," kata sumber itu.
Sumber itu mengatakan bahwa baik Assiri dan Qahtani adalah bagian dari struktur komando unit tersebut.
Pembangkang Saudi, Omar Abdulaziz, adalah seorang kritikus terkemuka dari pemerintah Arab Saudi dan putra mahkota.
Dia menuduh bahwa kelompok NSO perusahaan Israel membantu Riyadh meretas ponselnya, yang memungkinkan pemerintah Saudi untuk memantau pesan Whatsapp antara dirinya dan Khashoggi dalam minggu-minggu sebelum kematian wartawan.
Pesan WhatsApp mereka, yang Abdulaziz bagikan dengan CNN, melukiskan gambaran dari keduanya menciptakan strategi untuk membangun oposisi terhadap bin Salman.
Khashoggi diyakini telah dibunuh oleh regu pembunuh berjumlah 15 orang yang anggotanya semua tiba di Turki dari Riyadh beberapa jam sebelum kematiannya.
Arab Saudi membantah bahwa bin Salman terlibat dalam komplotan untuk membunuh Khashoggi. Namun Senat AS pekan lalu suara bulat mendukung resolusi yang menyatakan putra mahkota bertanggung jawab atas pembunuhan Khashoggi. (st/MEE)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!