Selasa, 18 Jumadil Awwal 1446 H / 23 Oktober 2018 20:25 wib
2.195 views
Erdogan Ingin Semua Orang yang Terlibat Pembunuhan Khashoggi Diadili di Istanbul
ANKARA, TURKI (voa-islam.com) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan semua orang di balik pembunuhan jurnalis pembangkang Saudi, Jamal Khashoggi harus dibawa ke pengadilan, menyerukan semua tersangka dalam kasus ini untuk diadili di Istanbul.
"Permintaan saya adalah bahwa 18 orang tersebut diadili di Istanbul," kata Erdogan dalam sebuah pidato kepada para anggota parlemen dari partai berkuasa di parlemen di Ankara pada hari Selasa (23/10/2018) mengenai kasus Khashoggi, yang dibunuh setelah memasuki konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober. .
Erdogan juga mencatat bahwa "semua orang yang memainkan peran dalam pembunuhan" harus menghadapi hukuman.
"Pembunuhan yang sangat biadab" itu telah "direncanakan" beberapa hari sebelumnya dan ada rencana kerja terperinci untuk melakukan pembunuhan tersebut, Erdogan menunjukkan.
Dia lebih lanjut mengkritik laporan-laporan kontradiktif Riyadh pada hari-hari setelah kematiannya, mengatakan Ankara tidak akan menghentikan penyelidikannya sampai semua pertanyaan utama dalam kasus ini dijawab.
“Mengapa 15 pria ini bertemu di Istanbul pada hari pembunuhan? Siapa yang memerintahkan mereka untuk melakukannya? Mengapa mereka tidak segera membuka gedung konsulat untuk investigasi, tetapi beberapa hari kemudian?" tanya Erdogan.
“Mengapa mereka masih belum menemukan jenazah orang tersebut setelah mereka masuk? Siapakah ‘kooperator lokal’ yang ditunjuk oleh pejabat Saudi sebagai orang yang mengambil jenazahnya? Anda harus mengungkapkan siapa kooperator lokal ini, ”tambahnya.
Di tempat lain di pidatonya, presiden Turki menyerukan komisi independen yang akan dibentuk untuk menyelidiki pembunuhan itu.
Selain itu, Erdogan mempertanyakan Konvensi Wina dan kekebalan yang diberikannya kepada para diplomat.
"Konvensi Wina tidak mengizinkan pembunuhan brutal seperti itu terjadi," katanya. "Imunitas diplomatik, yang merupakan bagian dari Konvensi Wina, akan diperdebatkan."
Erdogan sebelumnya berjanji untuk mengungkapkan "kebenaran sejati" tentang pembunuhan itu dalam beberapa hari. Selama pidatonya, Dia memberikan serangkaian rincian baru tentang kasus ini.
Pada hari pembunuhan, katanya, sistem pengawasan di konsulat Saudi di Istanbul telah dinonaktifkan dengan sengaja.
Khashoggi pertama datang ke konsulat Saudi di Istanbul pada 28 September untuk mendapatkan dokumen pernikahannya, kata Erdogan, menambahkan bahwa "rencana terperinci" untuk membunuhnya dimulai dengan kunjungan itu.
“Pada 1 Oktober, tim tiga orang (Saudi) mendarat di Istanbul dan pergi ke konsulat. Tim konsulat lainnya pergi ke Hutan Belgrad Istanbul dan provinsi Yalova [tetangga], ”tambahnya. "Kemudian kelompok lain datang dan tim beranggotakan 15 orang ini pergi ke konsulat pada 2 Oktober pagi dan mengeluarkan hard disk kamera keamanan di sana."
Asisten Bin Salman memerintahkan pembunuhan di Skype
Sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa seorang pembantu utama untuk Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) telah memerintahkan pembunuhan Khashoggi melalui panggilan Skype ke konsulat Kerajaan Istanbul.
Sumber-sumber intelijen Arab dan Turki mengatakan kepada Reuters pada hari Senin bahwa Saud al-Qahtani, yang diberhentikan pekan lalu sebagai penasihat kerajaan istana kerajaan, telah menghujat Khashoggi melalui Skype ketika kritikus itu sedang diinterogasi oleh 15 orang tim.
Khashoggi menjawab sendiri penghinaan Qahtani, sumber itu menambahkan.
Sumber intelijen Turki mengatakan bahwa Qahtani telah menginstruksikan orang-orangnya untuk membuang Khashoggi, mengatakan, "Bawakan saya kepala anjing tersebut."
Namun, tidak jelas apakah Qahtani telah menyaksikan seluruh proses itu, yang merupakan sumber intelijen Arab tingkat tinggi digambarkan sebagai "operasi ceroboh dan gagal."
Menurut sumber, Erdogan memiliki audio panggilan Skype tetapi menolak untuk melepaskannya ke pejabat Amerika.
Setelah lama bersikeras bahwa Khashoggi telah meninggalkan konsulat hidup-hidup, Riyadh akhirnya mengakui pada 20 Oktober bahwa dia telah dibunuh di dalam konsulat, menyalahkan pembunuhan pada "operasi nakal." Para pejabat Saudi menuduh bahwa "diskusi" di misi telah berubah menjadi " perkelahian, "mengakibatkan pembunuhan sang wartawan.
Berbicara mengenai kasus tersebut di Indonesia, Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir menjanjikan penyelidikan yang "menyeluruh dan lengkap" terhadap kematian tersebut. Dia menambahkan bahwa, "Mekanisme dan prosedur diberlakukan untuk memastikan bahwa hal seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi."
Delapan sumber diplomatik Saudi, Arab, dan Barat juga menegaskan kepada Reuters bahwa Qahtani adalah orang yang sama yang memimpin interogasi terhadap Perdana Menteri Libanon Saad Hariri selama penahanannya yang dilaporkan tahun lalu di Arab Saudi.
Hariri mengejutkan Libanon pada 4 November 2017 dengan mengumumkan pengunduran dirinya dalam siaran langsung televisi dari Arab Saudi. Dia, bagaimanapun, berhasil keluar dari kerajaan di tengah tekanan internasional terhadap Riyadh dan membatalkan pengunduran dirinya.
Tiga sumber Arab yang akrab dengan insiden itu mengatakan bahwa setibanya di Riyadh, Hariri telah diantar ke sebuah ruangan di mana Qahtani menunggunya dengan tim keamanan.
"Dia (Qahtani) memberitahunya Anda tidak punya pilihan selain mengundurkan diri dan membaca pernyataan ini," kata salah satu sumber. "Qahtani mengawasi interogasi dan perlakuan buruk terhadap Hariri."
Qahtani juga dikatakan telah memainkan peran dalam boikot yang dipimpin Saudi terhadap Qatar dan dugaan "kampanye anti-korupsi" yang dipelopori oleh Mohammed bin Salman November lalu. (st/ptv)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!
