Kamis, 12 Jumadil Awwal 1446 H / 26 Oktober 2017 11:45 wib
6.982 views
2 Tentata Khalifa Haftar Tewas Dalam Serangan Afiliasi Islamic State (IS) di Ajdabiya Libya
AJDABIYA, LIBYA (voa-islam.com) - Dua petempur dari pasukan yang dikomandoi oleh pemberontak terkenal Libya Khalifa Haftar tewas pada hari Rabu (25/10/2017) dalam sebuah serangan yang diklaim oleh kelompok Islamic State (IS), kata seorang juru bicara.
Tiga lainnya luka-luka dalam serangan yang terjadi 60 kilometer selatan kota Ajdabiya di timur, kata Jenderal Ahmad al-Mesmari, juru bicara Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Haftar.
Seorang petempur dipenggal kepalanya, Jenderal Mesmari mengatakan, mencatat bahwa serangan tersebut menimbulkan jejak dari IS.
Kelompok afiliasi Islamic State menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut segera setelah kejadian melalui kantor berita propaganda mereka, A'maaq.
Pihak berwenang melancarkan penyelidikan atas serangan itu dan mengajukan langkah untuk melacak pelaku, kata Mesmari.
Meskipun kehilangan benteng pesisir Sirte pada bulan Desember 2016, IS tetap aktif di Libya.
Serangan terakhir yang diklaim kelompok tersebut terjadi pada 4 Oktober, ketika seorang pembom jibaku membunuh empat orang di kompleks peradilan di kota barat Misrata.
Berbagai kelompok jihad termasuk IS telah mengeksploitasi kekacauan yang telah terjadi di Libya sejak jatuhnya diktator Muammar Qaddafi untuk mendapatkan pijakan di negara tersebut.
'Tidak ada perkembangan'
Libya memiliki dua pemerintahan yang bersaing: satu negara yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa di barat dan sebuah pemerintahan saingan yang didukung oleh pasukan Haftar di timur.
Satu bulan perundingan damai Libya yang didukung PBB berakhir pada hari Ahad tanpa kemajuan untuk menstabilkan negara atau pemilihan.
Utusan PBB Ghassan Salame membuka perundingan baru di Tunisia antara pemerintah Libya yang bersaing bulan lalu setelah mempresentasikan sebuah rencana untuk transisi menuju pemilihan presiden dan parlemen.
Salame, yang ditunjuk sebagai utusan PBB pada bulan Juli, mempresentasikan peta jalannya ke Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 September, yang menguraikan harapannya untuk memberi masa depan kepada orang-orang Libia.
Di bawah rencananya, sebuah konstitusi baru harus diajukan sebelum sebuah referendum, membuka jalan bagi pemilihan umum.
Selama bulan Oktober, PBB telah menjadi tuan rumah delegasi di Tunis dari parlemen saingan dari Libya timur dan Tripoli, yang dimaksudkan untuk menyusun amandemen terhadap rencana yang dimediasi PBB sebelumnya yang ditandatangani pada bulan Desember 2015.
Namun pada akhir putaran kedua pembicaraan, Salame mengatakan bahwa diskusi akan berlanjut, tanpa memberikan tanggal baru.
"Ada beberapa area konsensus ... tapi ada bagian yang perlu didiskusikan dengan pemimpin politik di Libya," kata Salame kepada wartawan, tanpa memberikan rincian. (st/tna)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!