Rabu, 16 Jumadil Awwal 1446 H / 17 Mei 2017 13:46 wib
38.310 views
Pemimpin Aksi Mogok Makan Tahanan Palestina Marwan Barghouti Juga Akan Berhenti Minum Air
TEL AVIV, ISRAEL (voa-islam.com) - Pemimpin aksi mogok makan massal tahanan Palestina di penjara Israel, Marwan Barghouti bertekad untuk berhenti minum air sebagai protes atas penolakan Tel Aviv untuk mengindahkan panggilan para narapidana.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Selasa (16/7/2017), Komite Urusan Tahanan Palestina mengutip pengacara Barghouti Khader Shqeirat yang mengatakan bahwa keputusan Barghouti untuk menolak air akan menjadi "titik balik baru dalam mogok makan terbuka yang terus berlanjut," yang dijuluki Serangan Kebebasan dan Kemarahan.
Sejak 17 April, lebih dari 1.600 tahanan Palestina melakukan mogok makan untuk menuntut perawatan medis dan perlakuan yang sesuai di penjara-penjara Israel serta hak untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi. Mereka juga menyerukan diakhirinya penolakan kunjungan keluarga, kurungan isolasi dan yang disebut penahanan administratif, yang merupakan bentuk pemenjaraan tanpa pengadilan atau dakwaan.
Rezim Israel telah mengadopsi "sikap kriminal mengenai tuntutan yang adil dari para narapidana" dan membawa mereka untuk mengambil "jalan tragis dan bencana," kata pernyataan tersebut.
Lebih lanjut dicatat bahwa Barghouti, pemimpin gerakan Fatah Palestina yang dipenjara, mendesak Israel untuk memenuhi semua tuntutan narapidana yang menghadapi kelaparan tanpa tawar-menawar atau berkompromi.
Secara terpisah, komite media yang dibentuk untuk mendukung pemogokan tersebut memperingatkan dalam sebuah pernyataan bahwa tahanan Palestina yang menolak makanan telah "memasuki kondisi kesehatan yang kritis," dengan gejala seperti muntah kronis, penurunan penglihatan, pingsan dan penurunan berat badan rata-rata 20 kilogram .
"Meskipun demikian, (pemogokan lapar) mengirim banyak pesan yang mengkonfirmasikan bahwa mereka akan melanjutkan pemogokan tersebut sampai tuntutan mereka tercapai," bunyi pernyataan tersebut.
Ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang klinik lapangan yang didirikan oleh Israel untuk menghindari pengiriman tahanan ke rumah sakit sipil, dengan mengatakan bahwa klinik tersebut tidak layak untuk memberikan perawatan medis dan hanya menekan tahanan untuk menghentikan mogok makan mereka.
"Di klinik ini, peran dokter menyerupai peran sipir penjara yang menawarkan semua jenis makanan kepada tahanan dan tawar-menawar kepada yang sakit dan mereka memberikan perawatan medis sebagai imbalan atas penghentian mogok makan," pernyataan tersebut menambahkan.
Puluhan tahanan Palestina yang penuh rasa lapar dikatakan dipindahkan ke rumah sakit, salah satunya karena pendarahan internal.
Pada hari Rabu, aktivis hak asasi manusia dan kerabat aksi mogok makan menutup kantor PBB di kota Ramallah di Tepi Barat untuk mengecam kebisuan badan dunia itu atas aksi protes tersebut.
Sekitar 6.500 warga Palestina saat ini ditahan di penjara Israel, 536 di antaranya secara sewenang-wenang, menurut angka yang diberikan oleh kelompok hak asasi manusia hak asasi manusia Addameer pada bulan Januari.
Narapidana Palestina mengeluh bahwa mereka telah mengalami serangan dan penyiksaan di penjara-penjara Israel. (st/ptv)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!