Jum'at, 12 Jumadil Awwal 1446 H / 16 Desember 2016 21:00 wib
9.474 views
Badan HAM PBB: Pembantaian dan Pemerkosan Terhadap Muslim Rohingya Terjadi Setiap Hari
AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Kantor hak asasi manusia PBB mengatakan mereka setiap harinya semakin banyak mendapati laporan dari perkosaan dan pembantaian terhadap minoritas Muslim Rohingya di Myanmar, meskipun pemerintah menolak klaim tersebut dan membuat situasi lebih buruk.
Zeid Ra'ad al-Hussein mengatakan hari Jum'at (16/12/2016) pemerintah, yang dipimpin oleh pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi, telah mengambil sebuah "pendekatan picik kontraproduktif, bahkan tak berperasaan" untuk krisis di Rakhine.
Dalam sebuah pernyataan, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia itu mengatakan kebijakan tersebut bisa berakibat kuburan jangka panjang untuk daerah itu.
Setidaknya 86 orang tewas dalam gelombang kekerasan rasial terakhir terhadap Muslim Rohingya, meskipun laporan independen menyebutkan korban jauh lebih tinggi.
PBB memperkirakan 27.000 anggota minoritas Rohingya sebagian besar tanpa kewarganegaraan telah melarikan diri melintasi perbatasan ke Bangladesh.
Negara bagian Rakhine di Myanmar utara telah berada di bawah pengepungan militer sejak Oktober menyusul serangan di sebuah pos polisi yang pemerintah telah persalahkan pada Muslim Rohingya.
Banyak laporan tentang pemerkosaan, pembunuhan, dan pembakaran terhadap penduduk Muslim di negara bagian tersebut.
Pada hari Selasa, Human Rights Watch mengatakan bukti-bukti menunjukkan militer Myanmar yang berada di balik pembakaran desa milik umat Islam.
Badan ham yang berbasis di New York itu mengatakan sedikitnya 1.500 bangunan telah hancur sejak Oktober 2015 di dalam Rakhine, rumah bagi sejumlah besar Muslim Rohingya.
Sejak penindasan dimulai, pemerintah menolak untuk mengizinkan badan-badan bantuan dan media ke wilayah bermasalah.
Rakhine telah menjadi tempat kekerasan komunal di tangan teroris Budha sejak 2012. Ratusan orang tewas dan puluhan ribu orang terpaksa meninggalkan rumah.
Pemerintah menyangkal kewarganegaraan penuh untuk penduduk berjumlah 1,1 juta tersebut, mencap mereka imigran ilegal dari Bangladesh meskipun fakta bahwa sebagian besar Rohingya memiliki garis keturunan kuno di Myanmar. (st/ptv)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!