Ahad, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 20 November 2016 16:45 wib
4.658 views
Tersangka Pembakar Bank di Australia Pencari Suaka Rohingya Penderita Sakit Mental
MELBOURNE, AUSTRALIA (voa-islam.com) - Seorang pria yang diduga memulai kebakaran di sebuah bank Australia pada hari Jum'at yang mencederai 27 orang telah diidentifikasi sebagai pencari suaka.
Enam orang dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis setelah tersangka 21 tahun masuk ke Commonwealth Bank of Australia cabang Melbourne dan menyalakan accelerant, membakar dirunya dan kantor bank tersebut, Polisi Victoria mengatakan, menambahkan pria itu juga dalam kondisi serius.
kelompok kanan anti-Muslim-telah menfaatkan pembakaran itu untuk menyerukan larangan pengungsi memasuki negara itu. Mereka berunjuk rasa di kota pada hari Ahad (20/11/2016) untuk merayakan kemenangan pemilihan presiden AS asal Partai Republik Donald Trump.
Pembakaran itu sendiri semakin memicu kemarahan kelompok kanan-jauh dan menambah perdebatan nasional yang semakin memanas atas imigrasi.
Debat politik di sekitar kebijakan garis keras Australia atas pencari suaka telah memanas baru-baru ini. pencari suaka yang tiba di perairan Australia dengan perahu dicegat dan dikirim ke pusat penahanan di Pulau Manus di Papua New Guinea dan Nauru di Pasifik Selatan.
Kamp penahanan itu telah banyak dikritik oleh kelompok hak asasi manusia atas tuduhan pelanggaran sistemik dari tahanan dan insiden menyakiti diri sendiri.
Perdana Menteri negara bagian Victoria Daniel Andrews mengatakan pada hari Ahad tidak ada motivasi politik yang terlibat dalam serangan di bank itu.
"Ini bukan sebuah komentar, dan bukankah seharusnya untuk digunakan sebagai senjata politik oleh siapa saja yang menemukan kesalahan dengan salah satu pengaturan kebijakan yang kita miliki saat ini," Surat kabar Age mengutip perkataan Andrews.
Habib Habib, dari Organisasi Rohingya Burma Australia, mengatakan pria yang diduga telah melakukan serangan itu adalah pencari suaka Rohingya.
Pria itu, yang telah menghabiskan waktu di sebuah tahanan imigrasi di Pulau Christmas, menderita masalah mental dan keuangan, katanya. Sebuah sumber pemerintah federal mengkonfirmasi kepada Reuters pria itu tiba di Australia dengan perahu pada tahun 2013. (st/Reuters)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!