Jum'at, 15 Jumadil Awwal 1446 H / 7 Oktober 2016 16:15 wib
5.183 views
Filipina Ingin Bebas dari Belenggu Ketergantungan pada AS
MANILA, FILIPINA (voa-islam.com) - Presiden Filipina mengatakan AS dan Uni Eropa dapat menghentikan bantuan ke negara-Nya jika mereka ingin, sementara menteri luar negeri Nya mengatakan Manila ingin membebaskan diri dari "belenggu ketergantungan" pada Washington.
Presiden Rodrigo Duterte hari Kamis (7/10/2016) mengatakan kepada Amerika Serikat dan Uni Eropa bahwa jika mereka-tidak senang dengan perang nya atas Narkoba, mereka bisa menarik bantuan mereka ke negara-Nya.
"Jangan fahami saya dan jika Anda berpikir sudah saatnya bagi Anda untuk menarik bantuan Anda, silahkan. Kami tidak akan mengemis untuk itu," dia mengkatakan kepada AS dan Uni Eropa, mengacu pada kritik mereka terhadap kampanye anti-narkoba-Nya.
Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana menambah bobot komentar Duterte saat berbicara pada sebuah forum wartawan asing di Manila, Jum'at (7/10/2016).
"Saya pikir kami bisa hidup tanpa bantuan [AS]. Kongres kami sekarang memberikan kami uang untuk pengadaan peralatan. Saya percaya mereka akan memberi kita lebih banyak jika kita kita tidak memiliki sumber pendanaan lainnya," katanya.
Barat telah mengkritik kampanye anti-narkoba yang telah menewaskan lebih dari 3.000 orang tapi jajak pendapat terbaru menunjukkan warga Filipina sangat mendukung perang Duterte pada kejahatan.
Duterte telah menyerukan penarikan pasukan AS dari negara-Nya dan telah mengatakan latihan bersama tahunan dengan AS tidak akan diadakan lagi tahun depan.
Pada hari Kamis, Menteri Luar Negeri Perfecto Yasay membela sikap presiden, mengatakan Duterte ingin membebaskan Filipina dari "belenggu ketergantungan" pada Amerika Serikat.
Yasay mengatakan Manila "dipaksa untuk menyetel kembali" kebijakan luar negeri mereka dan tidak tunduk kepada tuntutan dan kepentingan AS lagi.
"Melepaskan diri dari ketergantungan yang membelenggu dari Filipina untuk secara efektif mengatasi ancaman keamanan internal dan eksternal menjadi penting dalam mengakhiri pengabdian bangsa kita untuk kepentingan Amerika Serikat."
Diplomat top itu menekankan "Amerika telah membuat kita gagal" dan tidak pernah sepenuhnya menghormati kedaulatan Filipina sejak merdeka dari AS Sekitar 70 tahun yang lalu.
Yasay mengatakan Filipina akan berusaha untuk terlibat dengan Cina, dan akan memperhatikan pelajaran yang mereka telah pelajari dari menjadi dekat dengan Washington.
"Kesalahan masa lalu kami dalam Pembinaan dan Penguatan persahabatan kami dengan kakak kulit putih kami akan mengandung pelajaran untuk tujuan ini," dia mengatakan.
Sebuah survei yang dirilis pada Kamis mengisyaratkan lompatan besar dalam dukungan dari pemilihan Mei, di mana Duterte hanya menang dengan 37,6 persen suara.
Menurut jajak pendapat oleh Social Weather Stations, 76 persen warga Filipina "puas" dengan kinerja Duterte melawan hanya 11 persen orang yang "tidak puas".
"Saya ingin hanya memberikan saran kepada semua kritikus hak asasi manusia yang berteriak sekarang, lokal atau internasional, saya katakan Anda semua bisa pergi ke neraka karena tidak pernah salah bagi presiden dan polisi dan militer untuk melindungi warganya," kata Duterte. (st/ptv)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!