PARIS (voa-islam.com) - Langsung dibayar "kontan" oleh Hollande, sesudah serangan "JUM'AT 13 NOPEMBER", angkatan udara Prancis mengerahkan sebanyak 12 pesawat, termasuk 10 pesawat tempur, untuk melancarkan gempuran ke Kota Raqqa, Suriah, yang menjadi basis ISIS, Minggu malam (15/11).
Gempuran yang terjadi dua hari setelah rangkaian insiden serangan di Paris itu ialah yang terbesar sejak Prancis memperpanjang masa pengeboman melawan kelompok ekstremis di Suriah pada September lalu, sebut Kementerian Pertahanan Prancis.
Dalam gempuran tersebut, armada pesawat Prancis dikerahkan secara bersamaan dari Uni Emirat Arab dan Jordania. Mereka menjatuhkan sebanyak 20 bom ke Kota Raqqa yang dianggap sebagai kantung kekuatan kelompok ISIS.
Kementerian Pertahanan mengklaim bom-bom itu menghantam sejumlah target, termasuk pusat komando, depot amunisi, dan kamp pelatihan milisi.Kepada AFP di sela-sela pertemuan G20, Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius menegaskan serangan ke Kota Raqqa ialah sesuatu yang lumrah.
“Mengingat Prancis tidak hanya diancam, tapi juga diserang Daesh (akronim untuk ISIS), lumrah baginya (Prancis) untuk melangkah maju. Dalam konteks pertahanan diri, perlu bagi Prancis untuk mengambil aksi. Kami telah melakukannya pada masa lalu, dan kami melakukannya hari ini lantaran Raqqa adalah pusat komando Daesh. Kami tidak bisa berdiam diri saat diserang, seperti yang Anda lihat dalam tragedi di Paris,” kata Fabius.
Sebelumnya, ISIS menyatakan bertanggungjawab atas serangan pengeboman dan penembakan di Paris yang menewaskan 153 orang. ISIS mengatakan telah menerjunkan orang-orang yang disebut sebagai pelaku jihad. Lebih lanjut ISIS mengatakan Prancis dan pihak-pihak sekutunya tetap menjadi sasaran ISIS. Serangan Perancis terhadap ISIS di Raqqa semakin memperdalam konflik, dan akan berdampak terhadap keamanan global. (afgh/aby/voa-islam.com)