BRUSSEL (voa-islam.com) - Nasib para pengungsi dan imigran asal Suriah semakin memprihatinkan, akibat pertemuan darurat para menteri dalam negeri Uni Eropa di Brusel gagal untuk menyepakati secara bulat skema kuota wajib penempatan 120.000 pengungsi.
Mayoritas menteri hanya menyepakati secara prinsip, dan perundingan akan dilangsungkan menjelang pertemuan berikutnya Desember nanti. Sebelumnya, sejumlah negara memberlakukan pemeriksaan di perbatasan untuk sementara, beberapa jam setelah Jerman memberlakukan pemeriksaan di perbatasannya dengan Austria. Dalam keadaan normal, tidak ada pemeriksaan antar perbatasan di negara-negara anggota Uni Eropa yang tergabung dalam perjanjian Schengen.
Hungaria kini memberlakukan pemeriksaan ketat di perbatasannya, dan melarang pengungsi masuk ke negaranya. Senin (15/9), polisi Hungaria menyelesaikan pembangunan pagar penghalang yang dirancang untuk mencegah masuknya ribuan pencari suaka yang melintasi perbatasan dari Serbia.Ditetapkan pula hukum baru yang mulai berlaku tengah malam, yang memungkinkan polisi yang dikerahkan sepanjang perbatasan, untuk menahan siapa pun yang dianggap imigran ilegal atau yang berusaha menerobos pagar baru itu.
Luksemburg yang sedang memegang kepresidenan Uni Eropa, mengungkapkan harapannya bahwa proposal penempatan pengungsi itu bisa ditetapkan sebagai aturan yang mengikat, dalam pertemuan 8 Oktober.
Menjelang pertemuan Senin kemarin, Ceko, Slovakia dan Hungaria, sudah menolak skema kuota wajib. "Sistem kuota bukan solusinya," kata Menteri Dalam Negeri Slovakia, Robert Kalinak, saat tiba di Brusel.
Dalam jumpa pers sesudah perundingan, Menteri Luar Negeri Jean Asselborn mengatakan, "Tak semuanya berada di dalam pihak yang sama sekarang ini. Betapapun, para menteri sepakat untuk mulai menempatkan 40.000 pengungsi dari Yunani dan Italia, ke negara-negara Uni Eropa lain, seperti diusulkan Komisi Eropa sebelum musim panas. Sungguh sangat menyedihkan nasib mereka. (sasa/aby/voa-islam.com).