Jum'at, 18 Jumadil Awwal 1446 H / 14 Agutus 2015 20:00 wib
5.404 views
Laporan: Pemberontak Syi'ah Houtsi Ingin Mundur dari Ibukota Sana'a
SANA'A, YAMAN (voa-islam.com) - Pemberontak Syi'ah Houtsi Yaman sedang mempertimbangkan untuk mundur dari Sana'a dan menyerahkan fasilitas pemerintah kepada otoritas negara, Asharq Al-Awsat melaporkan Kamis (14/8/2015).
Komite Keamanan Syi'ah Houtsi mengadakan pertemuan di Sana'a pada hari Senin untuk membahas kemungkinan mundur dari ibukota dan menyerahkan pos pemeriksaan keamanan dan fasilitas pemerintah kepada otoritas negara, sebuah sumber Yaman mengatakan kepada Asharq Al-Awsat.
Pertemuan tersebut dipimpin oleh Jalal Al-Ruwaishan, menteri dalam negeri yang ditunjuk pemberontak Syiah Houtsi, dan dihadiri oleh para anggota yang disebut Komite Revolusioner.
Langkah ini dilakukan setelah kelompok kaki tangan Iran itu telah mengalami serangkaian kekalahan di tangan pasukan yang setia kepada Presiden Yaman pengasingan Abdu Rabbu Mansur Hadi, yang didukung oleh koalisi yang dipimpin Arab Saudi, yang baru-baru ini merebut kembali kota strategis Aden dan banyak bagian di selatan negara itu.
Pemberontak Syi'ah Houtsi menyerbu Sana'a pada bulan September 2014, menjatuhkan pemerintah dan menempatkan Presiden Hadi dan para anggota senior lain di kabinetnya di bawah tahanan rumah. Setelah melarikan diri penculik Syi'ah Houtsi, Hadi mendirikan basis sementara di Aden sebelum akhirnya ia melarikan diri ke Riyadh menyusul kemajuan pemberontak Syi'ah Houtsi ke kota pelabuhan penting di selatan Yaman tersebut.
Sementara itu, mantan presiden Yaman Ali Abdulah Saleh dikabarkan mengeluarkan arahan kepada para pengikutnya di (GPC) Partai Umum Kongres Rakyat untuk tidak mengikuti perintah Syi'ah Houthi dalam tanda baru keretakan yang melebar antara mantan presiden dan para pemberontak Syi'ah Houtsi.
Presiden Hadi dan Arab Saudi menuduh Saleh, yang memiliki pengaruh kuat dalam militer Yaman, memfasilitasi pemberontak Syi'ah Houtsi merebut kontrol Sana'a dan bagian lain dari Yaman.
Instruksi baru itu datang setelah Saleh mulai merasa bahwa anggota partainya "telah lebih dekat ke Syi'ah Houtsi daripada [GPC]."
"GPC tidak memiliki strategi politik dan terutama didasarkan pada keuntungan [pribadi]," tambah sumber itu.
Saleh, selama beberapa bulan terakhir, telah berusaha untuk mengamankan sebuah jalan keluar aman bagi dirinya dan keluarganya, kata sumber itu, "Tapi dia tidak ingin terlihat kalah."
"[Saleh] ingin perang untuk berhenti sehingga ia bisa tetap menjadi pemimpin GPC yang menurutnya harus berpartisipasi dalam proses politik di masa depan," tambah sumber itu. (st/aa)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!