Kamis, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 26 Maret 2015 14:30 wib
7.130 views
Lima Negara Non Teluk Berpartisipasi dalam Kampanye Militer Melawan Pemberontak Syi'ah Houtsi
RIYADH, ARAB SAUDI (voa-islam.com) - Arab Saudi mengatakan pada hari Kamis (26/3/2015) bahwa lima negara Muslim Sunni non GCC, termasuk Mesir dan Pakistan ingin berpartisipasi dalam koalisi militer Teluk yang dipimpin negara itu melawan pemberontak Syi'ah Houtsi yang telah menyita sebagian besar wilayah Yaman.
Bersama dengan Yordania, Maroko, dan Sudan, negara-negara itu telah "menyatakan keinginan mereka untuk berpartisipasi dalam operasi" melawan pemberontak Houtsi, yang kerajaan juluki sebagai "Decesive Storm", kata kantor berita negara Saudi SPA.
Arab Saudi dan empat negara Sunni Teluk lainnya yang tergabung dalam GCC (Dewan Kerjasama Teluk), termasuk Bahrain, Kuwait, Qatar dan Uni Emirat Arab, mengumumkan sebelumnya keputusan untuk "menjawab panggilan dari Presiden Hadi untuk melindungi Yaman dan rakyatnya dari agresi milisi (Syi'ah) Houtsi."
Duta kerajaan itu untuk Amerika Serikat mengumumkan dari Washington bahwa koalisi 10 negara, termasuk lima monarki Teluk, telah dibentuk untuk melindungi pemerintah Yaman yang berpenduduk mayoritas Sunni.
Adel al-Jubeir tidak menyebutkan nama anggota lain dari koalisi tersebut.
Amerika Serikat mengatakan akan memberikan "dukungan logistik dan intelijen" untuk operasi tersebut.
Saluran berita milik Saudi Al-Arabiya mengatakan UEA mengirim 30 jet tempur ke Arab Saudi untuk mengambil bagian dalam serangan udara, sementara Jordan akan berpartisipasi dengan enam pesawat.
Saluran ini juga mengatakan bahwa Mesir dan Pakistan akan mengirimkan jet tempur dan kapal perang untuk mengambil bagian dalam kampanye.
Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi telah mendesak negara-negara Arab untuk melakukan intervensi militer ketika pasukan anti-pemerintah semakin ketat mengepung kota selatan Aden, tempat ia berlindung.
Yaman telah dicengkeram oleh kekacauan berkembang sejak pemberontak Syi'ah Houtsi menyerbu ibu kota Sanaa pada bulan September.
Sejak itu pemberontak yang didukung negara Syi'ah Iran tersebut terus mencoba untuk memperluas cengkraman kekuasaan mereka ke wilayah-wilayah di Yaman.
Mesir sangat berkepentingan dengan kestabilan Yaman
Dari kelima negara non Teluk tersebut, Mesir merupakan salah satu yang bakal paling terdampak dengan adanya kudeta militer yang dilakukan oleh pemberontak Syi'ah Houtsi, terlebih saat kelompok itu mulai mencoba untuk menguasai selat strategis Bab Al-Mandab, koridor penting yang banyak dilalui perdagangan maritim dunia.
Hanya sekitar 30 kilometer dari titik tersempit, selat itu memisahkan Semenanjung Arab dari Afrika timur dan menghubungkan Laut Merah dengan Teluk Aden.
Hampir 40 persen dari perdagangan maritim global diperkirakan melewati selat tersebut, sebagian besar dalam perjalanan ke dan dari Terusan Suez, sebuah kanal penting yang notabene adalah sumber pemasukan besar bagi Mesir.
Mesir mengatakan mereka siap mengirimkan kekuatan tempurnya jika sesuatu yang tidak mereka inginkan terjadi atas selat tersebut.
Duta Besar Mesir untuk Yaman, Youssef Al Sharqawi, baru-baru ini memperingatkan bahwa ancaman terhadap Bab Al Mandab akan menjadi "garis merah" untuk Kairo.
"Keamanan nasional Yaman terkait erat dengan keamanan Laut Merah, Teluk dan Bab Al Mandab," katanya. (st/tds)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!